8

11 0 0
                                    

sopir mulai menurunkan kecepatan, pintupun akan segera terbuka. dengan gerakan cepat Oriel menahan tangan Four yang berniat membuka pintu mobil mewahnya.

"kumohon berjanjilah padaku untuk melindngi Rama" Pinta Oriel

indah, dengan lancangnya kata tersebut lewat kala mata bundar Oriel menatap ke dalam mata tajam Four. wajahnya bisa dibilang biasa saja namun terdapat daya tarik sendiri di wanita ini. Four terdiam, menjelajahi semua bagian wajah wanita di depannya. Dingin dan sedikit berkeringat saat tangan halus Oriel menyentuh kuliatnya.

"aku berjanji akan membantumu..... akujuga janji akan menuruti semua keinginanmu" ucap Oriel yang kembali mengembalikan kesadaran Four.

"kau tadi sudah minta 50 juta dan sekarang kau mau aku melindungi kakakmu, berkacalah ! siapa dirimu" jawab Four dengan sinisnya.

kalau dipikir pikir memang Oriel banyak minta, tapi tak ada takdir baik yang berpihak pada dirinya untuk saat ini.

"aku tahu, tapi sungguh tidak ada yang bisa membantu diriku selain kau " melas Oriel.

"kau tahu, tidak ada yang berguna dari dirimu bahkan tubuhmu" kata Four sambil memandangi tangannya yang masih di genggam oleh Oriel. sadar akan arah pandang Four, Oriel segera melapas genggamannya.

sakit hati, pastinya. Oriel manusia biasa. tapi apa ada  yang bisa dia lakukan. Oriel orang kecil yang dimana keadilan tidak berlaku untuknya. yang dipikirannya hanyalah keselamatan Rama sang kakak.

"jadilah tamengku" setelah sekian detik terjadi keheningan diantara keduanya tak lama Four membuka suara. "sepertinya ucapanku salah, aku ralat tubuhmu mungkin saja berguna, maka jadilah tamengku" kaget bukan main, Oriel benar-benar akan menyerahkan seluruh jiwa dan raganya. tanpa pikir panjang Oriel menganggukan kepalanya tanda setuju.

Oriel mulai membuka pintu ruangan Rama dan langsung terpampanglah sang ayah. 

"bagus putriku, aku bangga padamu" 

ucapnya dengan senyum lebar. tangannya terulur berniat menerima amplop yang Oriel bawa. Kenric mulai membuka dan mengeluarkan sedikit kertas dari amplop coklat tersebut. 

Tak sempat kertas putih itu di keluarkan, sudah tertuju satu peluru yang tak tepat sasaran. Kenric segera menunduk menyelamatkan nyawanya sedangkan Oriel, dia memeluk Rama dalam ketakutan, menjaganya agar tidak terkena peluru panas sia-sia. 

anak buah Kenric yang sudah di tata sedemikian rupa sudah mengeluarkan banyak peluru dari induknya. Disisi lawan, tak lain dan tak bukan anak buah Four juga melakukan hal yang sama. Dengan pergerakan yang strategis dan sistematis semuanya meramaikan Rumah Sakit yang pada awalnya sepi. 

Four memasuki ruangan berniat untuk menyerang Kenric. Mengetahui bahwa kode dari Four sudah terlaksana, Oriel dengan cepat menubruk Kenric agar dirinya tidak bisa lari kemana-mana. Namun tenaganya tidak cukup untuk menahan Kenric. Tak segan-segan Kenric menodongkan moncong pistolnya ke muka Oriel. Badan Oriel terombang ambing berusaha merebut pistol yang ada di tangan Kenric. 

Four tidak diam saja, ia mencoba menembakan pistolnya ke arah Kenric namun karena target tidak stabil peluru itu mental di tengah-tengah mereka. Bebarengan dengan hal tersebut Oriel terlempar kearah nakas karena kaget dan sempat ditendang oleh Kenric. 

Kenric berhasil lepas dari jeratan Orien selanjutnya giliran Four untuk mengeluarkan lebih banyak tenaganya. Diluar ruangan sana sudah ramai suara pukulan dan beberapa suara tembakan, bagi orang yang tidak suka sepi, mungkin ini menjadi pilihan tontonan atau media keramaian yang bisa direkomendasikan. Kenric sempat akan berlari ke arah keluar namun berhasil dicegat oleh Four. Bahu kanannya ditarik hingga ia membalikkan badan dan melayangkan tangan kirinya untuk  memberikan pukulan kepada Four. Hasilnya ? pipi Four menjadi samsak gratis badannya oleng mengikuti arah pukulan. Tidak diam saja Four segera membalas dengan berbagai pukulan, tendangan, tangkisan, dan bantingan. Tapi tak semua berjalan mulus. Hal itu juga berlaku untuk Kenric. 

Oriel yang melihat hal itu tidak diam saja, ia segera mencari pistol yang tadinya milik kenric. setelah mendapatkan pistol tersebut, ia bersiap untuk menembakan ke arah Kenric. belum saja ia mengangkat tangannya, jarinya sudah terlihat bergetar, tangannya sangat putih, dan ditambah keringat yang  membuat licin. Pikirannya kembali ke masa lalu, ke masa paling terpuruknya dia, ke masa paling ia ingin lewati, dan ke masa awal mula ia kehilangan semua dunianya. Oriel berusaha menormalkan nafas dan pikirannya. 

"tenang, semua akan berakhir, ini hanya sementara"

"tidak ! ini tidak sementara, semua nyata, jadi jangan berharap kamu lari dari dosamu"

"dia yang sudah membunuh ibumu"

"sekarang sudah ada pistol di tanganmu ayok segera arahkan dan tarik pelatuknya ke dia"

"kamu psikopat !? kamu mau jadi pembunuh"

"nggak apa, setelah pelurunya keluar bebanmu akan hilang"

dan berbagai pikiran lainnya. 

Dengan menguatkan segala tekadnya, Oriel menegakkan tangannya meskipun dengan gemetaran, mengarahkan pistol tersebut ke arah Kenric meskipun itu tidak tepat, dan....................peluru itu terlempar dari induknya. 

Sudah jelas sekali bukan, hasilnya tidak mengenai sasaran. Membuat Four dan Kenric tertegun sepersekian detik. kesempatan itu digunakan sangat baik oleh Kenric untuk melawan Four dan kabur dari ruangan yang soalah-olah menjadi sempit ini. 

Oriel ambruk, seperti jiwanya hilang separuh. Ia sangat merasaakan ketidaknyamanan saat pikiran itu kembali, membawanya ke masa yang sangat ingin ia lupakan. Tatapannya kosong, nafasnyapun pendek dan lemah. Terlihat genangan air mata di pelupuk matanya dan muka yang merah. 

Four berusaha mengejar Kenric hingga pintu belakang rumah sakit, namun dia sudah terlambat. kondisi Rumah sakit yang awalnya dipenuhi dengan keramaian adu mekanikpun sudah berkurang. Four kembali ke ruangan dengan segala emosinya. 

"KAU GILA YA ! KAU SUDAH MERUSAK SEMUA RENCANAKU !. SEDIKIT LAGI ! SEDIKIT LAGI AKU DAPAT MENANGKAPNYA, TAPI DENGAN BODOHNYA KAU MENEMBAKAN PISTOL ITU !"

Four mendobrak pintu dengan keras dan meluapkan segala emosinya. 

Oriel yang masih lemas dengan perlahan membangkitkan tubuhnya untuk melayani omongan Four dengan seadanya. 

"Four" panggil Jeff memasuki ruangan. 

"semua rencana sudah selesai bukan, sekarang aku minta hak ku" 

"lucu sekali dirimu, aku memintamu menjadi tamengku kau, kau malah hampir saja membunuhku dan jangan lupakan kalau kamu mencuri dataku" 

"perjanjian tetap perjanjian, kau pun tak menepati janjimu untuk melindungi kakakku, jadi aku tunggu janjimu, sekarang biarkan kakakku istirahat" kata Oriel sambil merapikan tempat tidur rama yang sempat tergeser karena kejadian sebelumnya. 



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang