2. Secangkir Kopi Dengan Obrolan Kecil

260 49 9
                                    

fyi gess ini cerita setahun lalu yang ada di draft.

Playing Now
Tutur Batin - Yura Yunita

***

Kadang, manusia tak pernah puas atas apa yang dimiliki. Mereka akan mencari sesuatu yang lebih dan tak akan mengenal puas.

***

Kala baru saja turun dari taksi online yang ia tumpangi tepat di depan gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Gadis itu melangkahkan kaki masuk ke dalam, dan memencet tombol lift menuju lantai 4.

Saat ia akan masuk, tiba-tiba saja ada lelaki berlari dari arah depan, terburu-buru masuk ke dalam lift, hingga keduanya bersamaan berada di lift.

"Lantai berapa?" tanya Kala, saat pintu lift sudah tertutup.

Lelaki itu mengisyaratkan angka lima dengan tangannya, dia masih menetralkan nafasnya akibat berlari kencang tadi. Pasalnya, ada kelas pagi, dan sialnya dosen sudah masuk ke dalam kelas.

Kala mengangguk, lalu memencet tombol lima di sana. Kala tau lelaki ini, dia wakil ketua HIMA-MEN, yang secara diam gadis itu menyukainya.

"Sorry, boleh gue tau nama lo?" tanya Deon, gadis ini mirip dengan gadis yang ia temui di kantin, tapi Deon lupa-lupa ingat. Entah ini Nadin atau Kala, tapi Derik bilang Kala yang berambut sebahu. Dan gadis ini berambut sebahu.

"Kalana, satu prodi sama Kakak," jawab gadis itu sambil tersenyum ramah.

Deon tersenyum, tepat wanita yang akan ia dekati kini berada dekat dengannya. Berarti Tuhan memberkati untuk dia mendekati gadis ini.

Saat pintu lift terbuka di lantai 4, Kala cepat-cepat keluar setelah memberikan senyuman sopan pada Deon. Sebelum pintu itu tertutup, Deon memanggilnya.

"Kala.." Gadis itu menoleh, menunggu Deon mengatakan hal selanjutnya.

"Selesai kelas, gue tunggu di Tamcin, ya." Setelah itu pintu lift benar-benar tertutup, meninggalkan Kala yang masih berdiri membeku.

Apakah ini mimpi? Benar? Kenapa aku? Pertanyaan itu Kala simpan dalam benaknya sambil berjalan menuju ruang kelas, satu-satunya yang harus ia lakukan adalah diam menyimpan ini sendiri.

"Kenapa lo, Kal?" tanya Nadin saat gadis itu baru saja datang dan duduk di sampingnya. Senyum di wajahnya memberikan tanda tanya untuk Nadin.

Kala menggeleng pelan, seperti rencananya, ini hanya rahasia dan ia simpan untuk dirinya sendiri. Kala tidak mau kejadian yang sering terjadi, terulang lagi di sini.

"Eh, gue tau, lo baru potong rambut?" Nadin baru menyadari penampilan baru dari Kala, memang kemarin gadis itu bilang ada sesuatu yang beda darinya.

Kala tersenyum sambil memainkan rambutnya. "Gue cocok gak rambut pendek gini?"

"Of course, lo selalu cantik Kala, iri gue." kata Nadin yang membuat air muka Kala berubah.

Iri? Mengapa dia harus iri dengannya, sedangkan selama ini Kala yang iri pada Nadin. Nadin yang selalu cantik dan pandai bersosialisasi dengan orang lain. Apa yang harus dia irikan pada Kala yang setidak pernah beruntung dalam segi apapun?

Hai, Juan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang