thank you.

438 58 6
                                    

Dibalik pintu kamarnya, sunoo terduduk. Ia masih menangis, bahkan sekarang tangis nya semakin menjadi jadi sebab telinganya mendengar suara mesin mobil Ni-Ki yang mulai menjauh dari kontrakannya.

Hatinya terasa begitu campur aduk. Dirinya merasa bingung. Di satu sisi, ia sangat rindu pada laki laki yang menjadi ayah dari bayi yang sedang di kandungnya ini, tapi di sisi lain ia merasa begitu benci, juga tak ingin bertemu dengan pria itu.

Rasa sakit yang telah ia terima masih cukup membuatnya tak ingin memakan pria itu. Ia bahkan masih memiliki bekas luka yang di buat oleh pria itu. Hatinya masih teramat sakit jika harus memaafkan nya sekarang.

120 menit sunoo duduk di belakang pintu kamarnya. Sama sekali tidak bergerak dan beranjak dari sana. Posisinya masih sama hanya saja tangisnya sudah berhenti. Kini, pria manis itu tengah melamun.

Sunoo akan memaafkan Ni-Ki, namun tidak dalam waktu dekat ini. Ia harus melupakan semua perlakuan yang sudah Ni-Ki lakukan kepadanya terlebih dahulu, barulah ia bisa memaafkan Ni-Ki.

Sejujurnya, sunoo merasakan rindu yang mendalam pada pria itu. Namun, egonya begitu besar hingga membuatnya memilih untuk mengabaikan pria itu.

“sunoo, keluar yuk. makan malem, sama minum susu. abis itu langsung tidur. pasti lo cape banget hari ini. udahan nangisnya” suara Jungwon terdengar dari luar kamar.

Fyi, Jungwon memang datang bersama Ni-Ki dan juga seseorang yang tak sunoo kenali.

Dari pada menjawab, sunoo lebih memilih segera bangkit dari duduknya dan langsung membuka pintu kamarnya. Wajah Jungwon yang pertama kali ia lihat. Jungwon tengah tersenyum di sana.

Jungwon menghampiri sunoo, di usapnya pipi gembil itu untuk menghilangkan jejak air mata yang tertinggal. Lalu, tangannya bergerak menarik lengan sunoo dan segera ia memeluk tubuh pria manis itu.

Di usapnya beberapa kali punggung Sunoo. Tangannya yang lain menggenggam tangan sunoo dan mengelusnya dengan ibu jari.

“maaf ya, karna gue lo jadi tinggal sendiri di sini. tapi, gue udah minta Rohmah temenin lo. dia nemenin lo kan?” tanya Jungwon.

“iya”

Jungwon melepaskan pelukannya, menarik tangan sunoo pelan dan berjalan menuju sofa. Di arahkan nya sunoo untuk duduk di pangkuannya. Lalu, kembali ia peluk tubuh itu.

Sunyi, hanya terdengar suara jangkrik yang terdengar begitu nyaring. Elusan di rambut hitamnya yang Jungwon berikan, membuat sunoo merasa nyaman.

“Jungwon, sunoo kangen Ni-Ki” ujar Sunoo tiba tiba. di susul dengan suara Isak tangis.

Yang lebih muda terdiam, tangannya masih setia mengelus rambut yang lebih tua. Jujur ia merasa bingung dengan apa yang Sunoo rasakan. Dua jam yang lalu, Ni-Ki di minta untuk pulang. Dan sekarang  sunoo kata ia merindukan Ni-Ki.

Apa ibu hamil memang selalu seperti ini?

“siapa yang dua jam lalu minta Ni-Ki pergi? Sunoo kan? terus kenapa baru bilang kalo lo juga kangen Ni-Ki?” tanya Jungwon.

“sunoo takut Ni-Ki mukulin perut sunoo karna dia benci sama dede bayi.” jawab Sunoo.

Baru berhenti menangis, anak itu sudah menangis lagi sebab rasa rindunya pada seseorang yang menjadi ayah dari anaknya.

Jungwon mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Lalu setelahnya ia meletakkan ponselnya di telinga. Setelah beberapa saat menunggu, Jungwon mengatakan “masuk” pada orang di sebrang sana. Kemudian, telpon itu ia matikan kembali.

Lalu, tak berapa lama kemudian seseorang yang baru saja Jungwon telpon memasuki kontrakan sunoo dengan perlahan. Iya, itu Ni-Ki. Ia tidak pulang, namun menunggu di rumah pak RT, menunggu sampai Sunoo merasa tenang.

Ni-Ki menatap sendu pemandangan yang kini ada di hadapannya. Bagaimana sang pujaan hati menangis tersedu sedu di peluk an Kakak sepupunya. Hatinya terasa begitu sakit ketika mengetahui jika alasan Sunoo menangis adalah dirinya.

Ni-Ki mendekat, lalu menepuk bahu Sunoo pelan dan mengelus surai yang juga kini ikut menghitam seperti rambutnya. Sunoo menoleh, matanya sedikit membesar kala melihat Ni-Ki ada di sana.

Ni-Ki menghapus air mata yang mengalir di pipi sang pujaan hati. Mengelus pipi gembil itu sebentar sebelum mengangkat Sunoo dari pangkuan kakaknya. Tidak, Ni-Ki sama sekali tidak menurunkan sunoo. Dengan kata lain, kini Ni-Ki tengah menggendong sunoo.

“ke kamar sana, nanti gue bawain susu ibu hamilnya ke kamar. kalo mau makan, nanti lo sama sunoo beli aja sendiri keluar. gabisa masak gue” ujar Jungwon.

Ni-Ki mengangguk, sebelum akhirnya pergi ke kamar sunoo. Masih dengan sunoo yang berada dalam gendongannya. Sedikit susah sebab, terganjal oleh perut besar Sunoo.

Setelah duduk di atas ranjang, ,kini Ni-Ki menatap sunoo dengan lamat. Ada banyak kerinduan dalam bola mata Ni-Ki. Begitu banyak hingga sunoo bisa mengetahuinya.

Di usapnya Surai yang kini sudah berubah menjadi warna hitam pekat. Terus begitu hingga sunoo mulai mengeluarkan suara.

“aku kira kamu beneran pergi” ujarnya.

Ni-Ki tersenyum kala pria manisnya sudah mulai mau berbicara dengannya baik baik. “ngga kok, aku mana bisa pergi kalo belum dapet maaf dari calon mama yang satu ini” katanya, sambil terus mengusap Surai itu.

“maafin aku ya, kalo kamu harus ketemu sama aku waktu keadaan mental ku lagi ga baik baik aja. maaf juga karna udah bikin kamu dan dede bayinya sakit. maaf untuk semua yang udah aku lakuin ke kamu.”

“aku juga sadar diri ko, kalo semua yang aku lakuin ke kamu ga bisa di maafin gitu aja. aku bahkan bisa ngerusak mental kamu kalo ka Jungwon dan juga ka Jay ga bawa kamu pergi ke sini”

“kalo kamu emang ga bisa maafin aku, dan gamau ketemu sama aku setelah ini. cuma ada satu hal yang mau aku minta, ga susah kok. aku cuma minta, tolong biarin aku jaga kamu. seenggaknya sampe bayi itu keluar”

“demi bisa ketemu sama kamu, aku mau di suruh ayah ikut terapi. ayah selalu bilang ke aku, kalo aku mau rajin terapi dan sembuh, ayah bakal bantu aku cari kamu. Janji itu di tepatin sama ayah juga papa. tapi mereka ga bisa nemuin kamu”

“sampe akhirnya beberapa hari yang lalu, ka Jungwon nyamperin aku di kamar. dia dateng sambil senyum yang bikin tenang di hati. dia cerita tentang semuanya. tentang gimana dia bawa kamu kabur dan tinggal di sini. gimana selama beberapa bulan kamu sama ka Jay tinggal bareng”

“aku gatau gimana caranya aku bisa bales kebaikan dia. walaupun emang kadang dia keliatan begitu jahat dan nakal, dia selalu bantu aku buat berubah. dia juga udah jaga kamu dari aku”

“aku ngerasa bersalah, karna dia akhirnya putus sama ka Jay karna satu hal yang awal nya mereka udah setuju lakuin bareng dan bakal saling percaya.”

Sunoo terkejut tentu saja, raut wajahnya terlihat begitu lucu. Matanya membulat. “serius? karna apa?”

“waktu itu, dia baru aja mau jenguk kamu sama ka Jay. tapi, apa yang dia liat malem itu bikin dia puter balik dan pergi dari sini.”

Ni-Ki menjeda.

“dia, liat kamu sama ka Jay ciuman dalam posisi ka Jay ada di atas kamu. waktu ka jay pulang ke Jakarta, ka Jungwon bener bener diemin dia, dan berakhir putus”

Ni-ki mengakhiri ceritanya. matanya tidak berhenti menatap wajah sunoo yang selalu berganti ganti ekspresi sesuai apa yang ia dengar.

Ia memeluk tubuh sunoo dengan erat, tau pasti jika sunoo kini merasakan penyesalan yang teramat sangat. Punggung Sunoo ia usap untuk menenangkan. Namun tangis masih belum reda.

Kata kata penenang Ni-Ki ucapkan tepat di telinga yang lebih tua. setelah hampir lima belas menit, akhirnya tangis itu reda.

“kamu harus kasih kejelasan nanti, bukan cuma harus, tapi wajib. ka Jungwon udah terlalu banyak berkorban untuk kebaikan kita berdua” ujar Ni-Ki.

Anggukan sunoo begitu terasa di bahunya. Setelah ini, sebisa mungkin mereka akan memberikan yang terbaik kepada Jungwon sebagai tanda balas Budi mereka.

























TO BE CONTINUE

N O T    A     D O L  [ SunKi Or NiSun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang