Prolog
.
Dubrak kedubrakSuara berjatuhan yang terdengar berantakkan memenuhi gendang telinga seorang gadis yang baru saja memasuki sebuah perpustakaan desa.
Gadis yang dua tahun belakangan ini selalu mengunjungi desa kelahirannya itu terlihat mengkerutkan keningnya heran.
Ia berjalan cepat ke arah suara yang mengusiknya itu. Tepat setelah ia menemukan setumpukkan buku yang terlihat menumpuk tak beraturan ia menghentikkan langkahnya.
"Loh pak!! Mau di kemanaiin novelnya?." Ucap gadis itu sambil mendatangi petugas yang ternyata ia kenal.
"Ini non ada pembersihan gudang, mungkin novelnya mau di sumbangkan, itu novel yang udah lama terbit non, gak banyak yang suka juga."
"Emang terbitan tahun kapan aja pak."
"Tahun sembilan belasan kayaknya non."
Gadis itu mengangguk." Aku bantuin ngeluarin ya pak, sambil liat masih ada yang aku suka atau enggak."
"Eh boleh non silakan."
Gadis cantik itu memasuki tempat buku lama itu dengan hati hati, matanya menelisik satu persatu novel kuno. Tangan lentiknya memegang salah satu buku, terasa serpihan debu di jarinya, membuat ia menjauhkan jarinya.
"Debunya banyak banget." Gumamnya.
Bahunya ia naikkan seakan tak apa, ia mengambil satu persatu buku sambil membaca deskripsi buku. Serasa tak menarik ia tumpukkan menjadi satu lalu menaruhnya di keranjang untuk dipindahkan.
Pandangannya mulai menelisik kembali sebuah buku berwarna emas dengan tulisan latin yang bertulis 'love between wolf fire and phoenix light'.
Ia melangkah menuju buku itu, lalu tangannya terulur membalikkan buku untuk membaca deskripsi.
Gadis itu tersenyum tatkala buku dengan cover emas itu menarik perhatiannya. "PAK ARGON.".
Laki laki berumur yang dipanggil gadis itu menengok lalu mendatangi sang gadis. "Eh iya non ada apa."
Gadis itu tersenyum. "Ini boleh saya beli kan pak." Katanya sambil menunjukkan buku bercover emas.
Pak Argon tersenyum. "Boleh kok non, tapi cerita itu versi tiruannya non, versi aslinya_." Pak Argon menelisik tempat itu lalu mengeluarkan tumpukkan buku kuno. Ia mengambil salah satu buku becorak biru laut dengan gambar sisik.
Pak Argon mengkerutkan keningnya seperti mengingat sesuatu. "Kayaknya ini cerita aslinya non."
Gadis itu mengambil buku dengan sampul biru, ia membalikkan buku mencari deskripsi, karena tak menemukan apapun ia membuka buku itu. Namun matanya melihat bingung tulisan yang berada di dalam buku aneh pikirnya.
"Ck bapak bapak, ini pakai tulisan yunani kuno pak saya gak ngerti, terus sampul nya aja beda, ini kayak menceritakkan lautan deh kayaknya, terus yang mau aku baca tuh tentang pangeran dan putri raja pak, beda ini mah."
Pak Argon menggaruk tengkuknya lalu menyengir. "Hehehe. Oh gitu ya non, ya sudah kalau begitu bukunya boleh dibaca non."
Sang gadis mengangguk. "He'eh pak saya baca disini gak papa kan pak."
"Boleh dong non Tala." Gadis yang bernama lengkap Thalasa itu tersenyum, lalu duduk di bangku single yang berada di sana. Menurutnya membaca di ruangan kuno dengan bacaan kuno membuat imajinasinya lebih asri.
Duduk dengan kenyamanan membuat pikirannya tertuju pada alur cerita, krenyitan senyuman, cabikan bibir ia tunjukkan bahkan raut sedih ia gambarkan pada muka Asianya.
Sampai akhirnya buku tebal itu menipis senyuman haru menghiasi wajah cantiknya.
"Saya kaisar Naveen de ignis lykaios dengan ini menjadikan belahan jiwa saya Esmeralda carla vor Valdez sebagai permaisuri satu satunya."
Dengan senyuman yang tak pernah terpatri sang kaisar menghadiahi senyuman tulus pada sang permaisuri ia mendekatkan bibirnya pada bibir ranum Esme lalu ciuman manis mereka berikan pada para tamu undangan.
TAMAT.
"Astaga anahgsjshsgbak." Sungguh Thalasa tak bisa berkata kata, membaca sebuah cerita romantis membuat dirinya seperti terbang, mungkin karena dirinya tak pernah mengenal cinta sejatinya, bahkan cinta dan hangatnya keluarga saja, tak pernah ada di setiap kisah Thalasa.
"Mungkin aku harus menikah dengan pangeran yang tampan, kaya, punya kekuasaan, dan lagi kuat dan mempunyai kotak kotak diperutnya hihihi."
Thalasa bangkit dari duduknya, namun pintu ruangan secara tiba tiba tertutup asap api menyerebak di ruangan Thalasa.
Thalasa yang panik berusaha membuka pintu. "Pak pak Argon. Pak, tolong saya pak, kebakaran."
Kobaran api tiba tiba muncul membuat Thalasa meringsut kesakitan, buku yang ia pegang terjatuh nafasnya tercekat asap api terhirup rakus oleh Thalasa.
Tangannya masih menggedor gedor ruangan, suara yang biasah ia pakai untuk menghibur seseorang dengan nada nada indah sekarang tak dapat bersuara.
"A_ku ak_an bertemu A_yah ukhuk ukhuk." Ucapnya sembari menutup mata dengan senyuman terakhir Ia lemas lalu sepenuh kesadarannya hilang.
Api sekarang berubah menjadi angin membentuk pusar, buku ber cover emas terbuka angin itu menyedot Thalasa ke dalam buku tak disangka buku bercover biru terbawa oleh angin itu.
Whusss whuss whuss whuss
Srebb
Setelah melahap habis tubuh serta perlengkapan Thalasa seperti hp dompet dan tasnya yang berisi make up, uang atm dan tanda pengenal serta buku bercover biru Lalu buku yang tadi di baca oleh Thalasa tertutup, ruangan seketika kembali seperti semula namun satu yang berbeda yaitu keberadaan Thalasa.
Ceklek
Bersamaan dengan kembalinya ruangan pak Argon datang. "Non Tala." Bukanya raut khawatir yang muncul namun serigaian tipis setelah ia tidak melihat kehadiran Thalasa. "Kau kembali."
Thalasa
____________________________
Thalasa
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid destiny
FantasyDunia novel yang kini akan ia jalani, dunia tanpa telepon, tv, dan transportasi, hanya dunia tentang sihir kekuasaan dan hewan aneh. Dunia baru yang entah akan menyedihkan atau sebaliknya, namun yang sama adalah ia sendiri tanpa keluarga. "transmigr...