2. Ajakan

4 1 0
                                    

Selamat membaca

***

Jam sudah menunjukkan pukul 12.10, yang artinya sebentar lagi seluruh pegawai kantor akan beristirahat sejenak dari tugas mereka. Namun tidak untuk perempuan yang satu ini. Dari tadi ia duduk dengan gelisah sampai-sampai Misya dibuat heran olehnya. Pasalnya Alona terus menerus bertingkah tidak jelas, sesekali melirik ke arah pintu ruangan Gion, kemudian matanya melirik dokumen-dokumen yang ada di atas mejanya, lalu melirik ke arah pintu lagi, dan itu terjadi berulang kali.

"Ona," Misya menyentuh lengan Alona dengan pelan namun mampu membuat Alona terkejut dan menatap Misya kaget. "Lo baik-baik aja kan? Dari tadi gue perhatikan lu gelisah terus Na, ada apa Ona?" tanya Misya kepada Alona.

"E-eh gue gak apa-apa kok Sya. Oh iya, lo gak makan siang?" Alona mengalihkan pembicaraan, dan Misya tau itu. Misya cukup dekat dengan Alona karena mereka dulu satu universitas dan di jurusan yang sama, jadi Misya tau kalau temannya ini sedang tidak baik-baik aja. "Nggak, gue nunggu Gion dulu, mau minta maaf soalnya gue ketiduran jadi lupa ngabarin Gion." cengir perempuan itu. Bagaimana tidak, kemarin malam ia sangat mengantuk dan tidur dari jam 8 hingga jam 6, dan itu membuat Gion marah dan khawatir kepada pacarnya karena tidak mendengar kabar dari Misya. Oleh sebab itu Gion mendiamkan Misya hingga sekarang.

Alona mendengus mendengar perkataan Misya, terkadang ia sangat iri dengan percintaan adeknya, mulus semulus pantat bayi ya Tuhan, gumam Alona dalam hati. Andai kisah gue baik-baik aja, gumamnya sambil tersenyum kecut. "Hah, lo bilang apa?" sahut Misya penasaran sambil menatap Alona.

Alona cengengesan "Hehe gapapa sayang. Oh iya, lo kenal sama tamu tadi gak?" tanya Alona kepo. Misya mendelik heran kepada Alona, Alona adalah sekretaris bosnya, mustahil Alona tidak tahu apa saja yang sedang dikerjakan oleh Dion. "Lah, emang lu gak tau?" tanya Misya balik. "Ya elah, kalau gue tau gak mungkin gue tanya lo lagi kan, lagian di schedule gak ada tuh pertemuan sama Mr. Gevariel, emang dia siapa? Dari perusahaan mana?" pertanyaan itu dilontarkan bertubi-tubi ke Misya sehigga membuat perempuan itu jengkel.

"Kalau soal mereka lagi bahas apa ya gue juga gatau sih Na, tapi masa sih lo ga kenal Mr. Gevariel? Handphone yang lo pake sekarang, dia yang punya perusahaannya anjir. Astaga lo selama ini mendekam dimana Onaaa," sungguh, Misya sangat ingin menggantung temannya yang satu ini ke pohon cabe, tapi tidak mungkin, untung kakak ipar, ucapnya dalam hati.

"Oh, iya kah?" Alona hanya meringis kecil. Well, tidak mungkin dia tidak mengetahui hal itu. Namun ia berpura-pura tidak tau supaya temannya tidak curiga dan bertanya lebih dalam, sungguh, ia tidak ingin membuka kembali halaman yang sudah robek itu.

Ceklek!

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian dua perempuan itu, terlihat Edriel keluar diikuti oleh Gion di belakangnya.

"Sekali lagi terimakasih Mr. Zephan, saya sangat beharap kerjasama kita bisa berhasil dan berjalan lancar," kedua laki-laki itu berjabat tangan. "Tentu saja Mr. Gevariel, saya sangat menghargai kerjasama kita dan juga berharap demikian." Balas Gion.

"Kalau begitu saya permisi, sampai jumpa lagi." Edriel berlalu meninggalkan tiga orang tersebut.

Alona menatap kepergian pria itu dengan sangat lama. Bahkan dia gak melihat gue sedetik pun, hati Alona berteriak dengan keras.

Hal itu tidak luput dari pandangan Gion, ia sangat penasaran apa yang terjadi di antara Edriel dan Alona. Namun ia tak ingin ambil pusing, ia menatap kekasihnya yang sedang tersenyum kepadanya, lebih tepatnya memberi cengiran kepada Gion. Ia mendengus tapi langsung menggenggam tangan Misya membawa perempuan itu untuk makan siang.

"Kakak jangan lupa makan siang," ingat Gion kepada Alona yang dibalas dengan anggukan.

"Gue duluan ya Ona, lu jangan lupa makan." Misya memberikan lambaian kepada Alona yang dibalas hanya dengan senyuman bodoh perempuan itu.

Tik tok tik tok

Hanya terdengar suara jarum jam, sedang perempuan itu hanya duduk termenung setelah semuanya pergi. Tak lama dia meneteskan air matanya, menangis dalam diam. Andaikan dulu gue gak bodoh, andaikan dulu gue gak gegabah, andaikan....

Alona hanya bisa berandai-andai dan menyesali apa yang terjadi di masa lalu. Ia mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap wajah bekas air mata itu. Kemudian ia tersenyum seolah menguatkan dirinya dan berkata, "Semua baik-baik aja Na, Tuhan masih sayang sama lo, semua bakal baik-baik saja."

***

Alona sudah berada di lantai bawah, niatnya hari ini ia ingin makan di kantin kantor. Namun langkah kakinya terhenti ketika ia melihat orang yang beberapa saat lalu menghantui pikirannya sedang berada di lobby seakan sedang menunggu seseorang. Tatapan mereka bertemu untuk sesaat. Edriel, laki-laki itu hanya menatap datar ke arah Alona, kemudian ia berdiri dan berjalan ke arah Alona. Ia berhenti tepat di depan Alona hingga perempuan itu sedikit mundur dan mendongkak untuk bisa melihat laki-laki di depannya.

Gugup. Itulah yang dirasakan oleh Alona sekarang, bagaimana tidak? Jarak mereka sangat dekat, dan hey, ini masih berada di area kantor. Alona tidak ingin jadi pertunjukan gratis bagi yang melihatnya, walaupun tidak ramai mengingat orang-orang masih menikmati makan siang mereka tapi posisi Alona dan Edriel cukup menarik perhatian orang-orang.

"E-eh ada apa Edriel?" tanya Alona terbata. Sedangkan yang ditanya hanya menatap datar Alona tanpa berniat menjawab pertanyaan perempuan itu.

"Ayo makan siang bersama," Edriel mengucapkan kalimat itu setelah sekian lama dan berbalik berjalan ke arah parkiran meninggalkan Alona yang masih terpaku seolah ia telah melihat setan terbang. Melihat Alona yang terdiam seperti orang bodoh membuat Edriel menghela napas dan menghentikan langkahnya, "Cepetan sebelum gue berubah pikiran." Seakan baru tersadar, Alona berlari kecil mengikuti di belakang Edriel yang kembali berjalan. Ya, semua akan baik-baik aja kan, Tuhan? Gumam Alona dalam hati sambil tersenyum hangat menatap punggung lebar itu.

***

Terimakasih telah membaca, jangan lupa vote dan komen yaa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trust Me, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang