1. Kembali

24 4 0
                                    

"Alona! kamu tidak tahu ini sudah jam berapa? Kamu sudah berhenti bekerja? Bangun sekarang atau Mama kunci kamu dari luar!"

"Ya ampun Ma. Mama berisik banget, ga malu apa didengar tetangga, nanti kita digosipin Ma." Alona berdecak kesal saat tidurnya terganggu, terlebih dia lembur semalam jadi dia hanya tidur sebentar. Dia kembali tidur setelahA membetulkan selimutnya yang sempat ditarik oleh Mamanya dan menutup telinganya dengan bantal.

Zefany menghela napas melihat putrinya kembali tidur, dengan geram dia mengambil semua bantal beserta selimut Alona dan membuangnya ke lantai. "Kalau sepuluh menit lagi kamu tidak bangun, siap-siap saja Mama suruh abang dan adekmu tinggalin kamu biar kamu naik bus saja."

"Ihh, Mama jahat banget sih." Setelah itu Mama meninggalkan Aalona yang merengek kepadanya.

Alona Christel Zephan kerap dipanggil Ona yang berusia dua puluh satu tahun, anak kedua dan putri tunggal keluarga Zephan. Anak dari Zefany Yona dan Hans Jonathan.

Dengan kesal Alona bersiap-siap untuk ke kantor, pasalnya dia tidak ingin naik bus karena dia pernah hampir dilecehkan oleh seorang bapak-bapak di bus, dan itu membuatnya trauma sehingga dia mengatakan kalau dia tidak akan pernah naik bus lagi.

Selesai memoles wajahnya dengan sedikit make-up, dia turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan. Di situ sudah ada abangnya Dean dan adiknya Gion menatapnya dengan kesal, sedangkan Mamanya kembali berkutat di dapur.

"Dek kalau kamu niat telat ke kantor kenapa sih gak bawa mobil sendiri aja? atau gak suruh Pak Amir antar kamu ke kantor." rungut Dean kepada adiknya, sedangkan sang adik hanya nyengir tanpa dosa. Memang Alona tidak berangkat dengan Dean, namun mereka tidak diperbolehkan pergi oleh Mamanya sebelum semuanya sarapan.

"Maaf bang Vani." Cengir Alona. Si sulung merengut saat mendengar Alona memanggilnya Vani. Hey, namanya Dean Giovani Zephan. Begitu bagus bukan? Namun menurut Alona, nama tengah Dean, Giovani seperti nama perempuan. Bukannya Dean, tapi katanya, ia sudah terbiasa memanggil abangnya seperti itu. Dean tidak lagi memarahi Alona saat dia memanggilnya dengan nama itu. Capek, katanya. Jadi Dean hanya membiarkannya.

Alona menatap adik laki-lakinya, Gion Putra Zephan yang dari tadi cemberut, pasalnya Gion yang berangkat dengan Alona karena kantor mereka sama, Alona bekerja di kantor Gion sebagai sekretarisnya. Alona selalu membuat Gion kesal karena dia sering sekali terlambat bangun, dan tentunya itu membuatnya terlambat juga. Pernah sekali dia meninggalkan Alona karena dia tidak mau bangun sama sekali dan pergi ke kantor duluan, Alona merajuk terus menerus dan mendiaminya seminggu, tentu itu membuatnya sangat tidak nyaman. Bahkan dia sering merasa bahwa Alona adalah adiknya karena sikapnya yang kekanak-kanakan, hal itu membuatnya sering mengalah kepada Alona.

"Wajah kamu kenapa cemberut gitu dek? Sayang banget tahu gak, ganteng-ganteng kok tukang cemberut." ucap Alona tertawa sambil menyendokkan makanan ke mulutnya, sedangkan Gion hanya mendengus dan melanjutkan makannya.

See? bisa dilihat siapa yang lebih dewasa di sini.
Zefany mendatangi Alona dan menjewer telinganya karena kesal dengan kelakuan putrinya.

"Aduh, aduh Ma, sakit Ma." Ringis Alona, dia yakin kalau wajahnya memerah menahan sakit itu. Dean dan Gion tertawa saat melihat pertunjukan yang sangat menyenangkan itu, mendengar abang dan adiknya tertawa, Alona mendelikkan matanya sebal kepada mereka berdua.

"Sekali lagi kalau kamu ulangi itu, Mama bakal suruh Gion supaya pecat kamu! Kamu cari saja pekerjaan yang bisa membuatmu tidur seharian!" Lagi-lagi Dean dan Gion tertawa mendengar ancaman Mamanya itu.

"Yess!" Pekik Gion pelan supaya tidak terdengar oleh kakaknya. Alona tentu saja mendengar itu dan menjitak Gion.

"Aw! Sakit kak!" Ringis Gion.

Trust Me, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang