Bab 2-Tentang Waktu

16 1 0
                                    

Mencintai itu mudah, yang sulit itu bagaimana kamu menerima luka setelah cinta itu pergi

-Sara-

>>Aksara<<

Berjalan menelusuri waktu, menjelajahi menit dan detik sampai berserah pada takdir. Semesta selalu bilang pada Sara untuk menunggu, kembali lagi semua tentang waktu sampai semua pertanyaan menumpuk di dalam pikirannya.

Tentang waktu.

Waktu mana yang ingin Sara hentikan? Jika bisa menjawab dan semesta berbaik hati mengabulkan permintaannya. Sara dengan senang hati meminta waktu dapat mengembalikan masa remaja yang dia habiskan berdua dengan makhluk bumi yang saat ini menjadi sosok paling dirindukan.

Abiaksa Naren Faidhan

Mengapa Aksa sangat jahat? Membunuh semua harapan yang sudah Sara rencanakan untuk masa depannya. Lelaki yang sudah menemaninya sedari SMP itu tiba-tiba pergi meninggalkannya. Meninggalkan jejak hingga Sara menderita overthinking akut yang menyebabkannya sakit kepala.

Aksa panggilannya dan bagi Sara nama Aksa sangat indah jika digabungkan dengan sara yaitu Aksara. Sara tidak mengerti apakah ini permainan takdir atau memang mereka sudah dituliskan takdir untuk bertemu dan bersahabat dengan Aksa.

Munafik rasanya jika Sara mengatakan laki-laki dan perempuan bisa berteman, nyatanya yang Sara alami tidak seperti itu. Dirinya mencintai Aksa, bahkan hingga kini Aksanya pergi. Sara tetap menunggu dan mencintainya.

Sara merapikan meja yang dipenuhi berkas-berkas yang berserakan. Jabatan manajer yang diembannya membuat sara menjadi wanita karir yang cukup sibuk, belum lagi bisnis cafe miliknya yang dia handle sendiri. Butuh waktu lima belas menit untuk Sara menata meja dan merapikannya seperti awal dia datang ke kantor.

"Rafa udah keluar belum ya?" gumam Sara melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Sara keluar dari ruangannya berjalan menuju lobby. Menemui Rafa di kantor bukan gaya Sara, atau bisa dibilang jika dia malas menemui Rafa yang berada di lantai lebih tinggi darinya. Malas bolak balik, lebih baik jika Sara menunggu lobby dan menelpon temannya itu seperti sekarang.

"Di mana?" tanya Sara.

"Lift," jawab Rafa dengan singkat. Sara mengangguk pelan yang pada dasarnya percuma karena Rafa tidak bisa melihat angguk nya itu.

"Gue di lobby."

"Terus?" tanya Rafa yang bingung dengan Sara, tidak biasanya gadis itu menanyakan jika pulang kerja. Biasanya Sara pulang sendiri dan tidak menunggu Rafa seperti ini. Itulah mengapa Rafa bertanya kepada Sara.

"Bareng, urgent!" ucap Sara.

Rafa yang sepertinya mengerti menjawab, "Ya udah, tunggu."

Sara tersenyum mendapati Rafa berjalan menghampirinya. Tanpa menunggu lama gadis itu langsung melingkarkan tangannya di lengan Rafa, membuat siapapun yang melihat itu menebak jika mereka adalah sepasang kekasih. Padahal yang sebenarnya mereka hanya berteman, tidak lebih.

Karena Rafa tahu, mencintai Sara adalah suatu yang menyakitkan. Sebab apa? Hati Sara masih terselip nama seseorang yang hingga kini terukir sempurna. Aksa.

Sara memasuki mobil Rafa dengan santai, tetapi si pemilik mobil memandang Sara bingung. Pasalnya yang Rafa ketahui gadis itu selalu membawa mobil kemanapun.

"Kenapa?" tanya Sara bingung mendapat tatapan bertanya dari Rafa.

"Mobil lo?" tanya Rafa dagunya menunjuk mobil Sara yang terparkir sempurna.

AKSARAWhere stories live. Discover now