Bab 6 - Tentang Teman

8 1 0
                                    

A friend is on that knows you as you are, understands where you have been, accepts what you have become, and still, gently allows you to grow.

-William Shakespeare-

>>Aksara<<

Hari senin menjadi hari yang sangat dibenci banyak manusia, tentu saja termasuk Sara. Bahkan kini gadis itu sedang gemetar tidak tenang karena tidak membawa topi upacara yang diadakan setiap senin.

Padahal Sara selalu mewanti-wanti agar hal ini tidak terjadi. Sara tidak ingin merasakan berdiri di lapangan ujung kanan dan menjadi penonton peserta upacara. Mau taruh dimana wajah Sara, malu sekali.

Seharusnya setelah Mama Hanna berteriak pada Sara agar dia memeriksa lagi isi tasnya dia harus menuruti untuk memeriksanya, bukan percaya pada perasaan jika dia sudah sangat yakin memasukan semua perlengkapan sekolahnya. Sara menyesali itu.

Sara terdiam kaku mendapati seseorang memakaikannya topi untuknya dan orang itu langsung berlari tanpa sempat Sara melihat wajahnya. Sara yang bingung langsung menoleh ke kanan ke kiri berusaha mencari saksi siapa yang melihat wajah orang tadi, atau setidaknya Sara tahu namanya. Tapi naasnya suasana sudah sepi, semua murid sudah berhamburan menuju tengah lapangan.

Sara jalan menuju lapangan dengan canggung, semua temannya sudah berbaris di lapangan, tinggal Sara sendiri. Dari ujung lapangan Sara melihat ke arah temannya yang melambaikan tangan kepada Sara, berharap gadis itu segera menghampirinya dan cepat berbaris sebelum kena tegur guru piket.

"Kamu dari mana Sar?" tanya Arini Febianti, teman sebangku Sara.

Sara yang berbaris di posisi depan itu menoleh sebentar, "Tadi aku nggak bawa topi," jelas Sara.

Arini mengangguk paham, lalu terdiam sebentar.

"Terus itu topi siapa?" tanya Arini lagi menunjuk topi yang Sara gunakan.

"Nggak tau, tadi tiba-tiba ada yang pakein aku terus orangnya pergi," jelas Sara.

Arini menatap Sara dengan tidak percaya, "Wah, apa ini secret admirer?"

Sara hanya menggeleng sambil tersenyum, kemudian kembali kepada posisi semula karena upacara sudah dimulai.

Upacara berjalan dengan semestinya. Ketua osis yang bertugas sebagai pemimpin upacara. Kepala sekolah yang siap memberikan ceramah panjang kali lebar, disusul dengan pembacaan Undang-Undang Dasar 1945, dan tidak lupa diakhiri dengan doa.

Satu jam lebih upacara yang berlangsung itu telah usai membuat anak-anak berlarian menuju kelas, banyak juga anak-anak yang berjalan ke kantin membeli minum katanya, padahal mereka membeli makanan dan juga pada sarapan dulu sebelum akhirnya lanjut jam pelajaran pertama.

Sara sedang duduk di bangku panjang depan kelas dengan tangan memegang topi. Setelah upacara selesai Sara langsung balik ke kelas, karena Sara membawa minum dia tidak perlu berdesakan beli di kantin. Sara masih bingung dengan topi yang ada di tangannya.

Aksa yang melihat Sara duduk sendiri langsung menghampirinya, kebetulan kelas mereka sebelahan. Sara berada di kelas 7-A dan Aksa berada di kelas 7-B. Sara yang menyadari kehadiran Aksa di sampingnya langsung menoleh memberikan senyum manisnya kepada Aksa.

"Sini," pinta Aksa dengan tangan terbuka berharap Sara memberikan sesuatu untuknya, Sara bingung menatap Aksa.

Satu alis Sara terangkat, "Apa?"

Tingkah bingung Sara mendapat tawa dari Aksa, anak lelaki itu tersenyum singkat kemudian mengusap kepala Sara dengan pelan, tidak ada apapun hanya ingin saja Aksa melakukan itu.

AKSARAWhere stories live. Discover now