Bab 4 - Tentang Pertemuan

10 2 0
                                    

Ada yang nunggu cerita ini gak sih? Gak ada ya? Oke gapapa. 

Buat yang baru nemu cerita ini, selamat membaca...!

---

Jangan cepat besar ya, cukup nikmati hari-hari tanpa memikirkan bagaimana caranya menjadi dewasa.

>>Aksara<<

Malam itu semesta sepertinya sangat baik hati mempertemukan dua makhluk bumi berbeda gender itu dengan tidak sengaja. Sara sangat ingat bagaimana pertemuannya dengan Aksa yang berujung pertemanan dalam waktu yang lama.

Semua berawal dari kejadian di Warnet.

Anak perempuan berumur 13 tahun itu begitu semangat mencari gambar tumbuhan untuk tugas IPA yang diberikan gurunya satu minggu yang lalu. Sara memang bukan anak ambis yang jika diberi tugas langsung diselesaikan saat itu juga, tidak. Justru Sara cenderung anak yang suka mengerjakan tugas mepet waktu atau disebut deadline.

"Oke, tinggal print."

Sara berjalan untuk menyambung kabel printer ke stop kontak yang berada di samping meja belajar. Baru saja dia menekan Ctrl+P dan mengklik simbol mesin printer bertuliskan epson tersebut.

Sara terdiam melihat mesin printer tidak juga mengeluarkan hasil yang sempurna. Gadis kecil itu menghembuskan napas pelan, lelah dengan mesin printer yang tidak kunjung mengeluarkan hasil, Sara beranjak keluar kamar menemui sang Mama.

"Mah, kok Adik nggak bisa print tugas?" tanya Sara kepada Mamanya yang sedang sibuk menata makan malam.

Tidak perlu merasa heran mengapa di usia Sara yang masih kecil ini sudah pandai menggunakan teknologi seperti laptop, komputer, bahkan printer. Orang tua Sara sendiri sudah mengajarkan melek teknologi sejak Sara menginjak kelas 4 SD yang tidak lain adalah saat tugas sekolah Sara sudah mulai berbau teknologi.

"Sebelumnya bisa?" tanya Mama Sara, Asmita Hanna Ghiltyas.

Sara berjalan menarik bangku dan duduk sambil memperhatikan Mama Hanna yang menata makanan. Tatapan Sara jatuh pada ayam goreng yang terlihat lezat di matanya hingga tanpa sadar tangan kanan Sara mendekati piring dan berhasil menyentuh satu potong ayam goreng.

"Adik," tegur Mama Hanna melihat tingkah laku putri kecilnya. Sara hanya tersenyum malu kemudian menarik tangannya menjauhi piring.

"Ayo Ma, periksa printer di kamar aku," pinta Sara dengan nada merajuk sambil berjalan menuju kamar meninggalkan dapur.

Mama Hanna mengelap tangan yang baru saja di cucinya itu dengan handuk. Menghampiri Sara yang sudah menunggunya di anak tangga.

"Tuh kan nggak bisa," ujar Sara memberitahu Mama Hanna yang sedang mencoba print tugas sang anak. Mama Hanna menggeleng ketika menemui alasan mengapa printer tidak bisa digunakan.

"Ini tintanya habis sayang, harus beli lagi," jelas Mama Hanna kepada Sara yang menaruh kepalanya di atas meja, lelah sekali menunggu tugasnya selesai, banyak ujian.

"Pakai printer Abang aja ya, ruang kerja papa masih di kunci, papa belum pulang," suruh Mama Hanna dengan tangan sibuk memindahkan file Sara yang ingin di print itu.

Sara yang masih menempelkan wajahnya di atas meja belajar itu semakin lelah, harusnya dia tidak mengerjakan tugas di waktu mepet seperti ini. Namanya juga anak kecil, ingin main terus jadinya tugas dinomor sekiankan.

"Abang belum pulang main Ma," jelas Sara yang sedari sore tidak melihat Abang berada di rumah.

Briano Yasa Fahreza, anak lelaki berusia 16 tahun yang merupakan kakak dari Sara. Abang panggilan Sara untuk kakak laki-lakinya itu. Hubungan Rian dan Sara seperti adik-kakak pada umumnya, pertengkaran menjadi urutan nomor satu. Mengingat Abangnya adalah laki-laki, membuat Sara hanya bisa bersabar menghadapi kejahilan Abangnya itu.

AKSARAWhere stories live. Discover now