Tanpa cahaya, duniamu akan gelap. Tanpa kegelapan, cahaya akan membunuh karena terlalu menyilaukan.
- Noismela
***
Akhirnya Rimba memutuskan untuk datang langsung ke Surabaya dengan Violetta dan Raline menggunakan pesawat udara. Selain untuk menghadiri acara lamaran Vidi, mereka juga akan menjemput Aurora untuk bersama ke Jakarta.
Sudah dua tahun terakhir Rimba dan Violetta mengatasi trauma naik pesawat mereka, sehingga kini mereka sudah jauh lebih baik jika terpaksa harus pergi dengan menggunakan transportasi satu ini.
"Raline mau apa?" Tanya Violetta pada putrinya yang sedang menatap datar lalu-lalang pramugari yang menawarkan berbagai kudapan.
"Mau kayak Ayah."
Violetta mengalihkan pandangan ke kursi Rimba yang ada di seberang. Pria itu sedang asik menggulir layar iPad nya sambil minum secangkir kopi.
"Raline memangnya doyan minum kopi?" Tanya Violetta sangsi. Terkadang putrinya suka berlagak seperti orang dewasa, meniru Ayahnya.
"Doyan." Balas Raline pendek, kemudian kembali memainkan tabletnya sendiri yang sedang memutar video tentang bagaimana singa hidup berkelompok di Afrika.
"Mbak.. tolong susu hangatnya satu, pakai cangkir yang sama seperti punya suami saya, ya." Pesan Violetta dengan suara berbisik pada seorang pramugari. Pramugari itu melirik gadis kecil yang duduk di kursi dekat jendela, lalu ia mengulum senyum gemas.
"Baik, Bu." Dan beberapa saat kemudian secangkir susu sudah dibawakan.
Raline menggerak-gerakkan kakinya senang, lalu ia meniru gerakan ayahnya meminum dari cangkir kopi tersebut dengan penuh gaya.
Violetta menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Raline.
"Gemes banget ih.." Violetta menoel pipi Raline gemas. Raline nyengir lebar setelah menandaskan susunya.
Sementara itu, Rimba yang berbeda tempat duduk hanya bisa mencondongkan tubuh penasaran melihat keseruan Ibu dan anak itu.
***
"Yeayyy ponakan aku!!! Kangen bangett." Seru Aurora saat akhirnya mereka kembali berjumpa.
Raline menatap tantenya datar. Dia masih setengah mengantuk karena kaget terbangun setelah kupingnya tiba-tiba berdengung pada saat pesawat mendarat.
"Jangan diganggu dulu, masih ngantuk." Kata Rimba sambil menepuk-nepuk pantat Raline di gendongannya.
Raline yang memang masih mengantuk itupun kembali terlelap.
"Yaah..." Aurora mendesah kecewa. Kemudian ia beralih merangkul sahabatnya menuju taksi online yang sudah menunggu mereka.
"Mas, aku boleh naik gunung nggak?" Tanya Aurora saat mereka sudah sampai rumah.
"Nggak."
"Masa nggak boleh, Mas? Ini acara kampus aku loh Mas.. acara bersama terakhir sebelum wisudaan."
"Sekali nggak ya nggak, Aurora." Sahut Rimba galak. Aurora langsung memanyunkan bibir.
"Tahu gitu, nggak usah bilang." Gumam Aurora yang masih bisa didengar Rimba, karena itu sebuah bantal sofa langsung melayang mengenai wajah Aurora.
"Mas!!!" Teriak Aurora lalu segera membalas lemparan Rimba, namun meleset.
"Ya ampun... Kalian ini. Nggak malu apa, dilihatin Raline sejak tadi?" Tegur Violetta, membuat duo kakak beradik itu langsung membeku seketika. Keduanya menoleh ke samping, di sana sudah ada Raline yang duduk memeluk lutut menonton adu mulut Aurora dan Rimba.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSESAT (Terdampar Season II) (END_revisi)
FantasíaAda yang berbeda dari anak pertama Rimba dan Violetta. Mulai dari warna bola mata yang berbeda, hingga kepribadiannya yang terlalu dewasa untuk anak seusianya. Tidak banyak yang tahu kalau Raline memiliki kemampuan melihat warna aura seseorang, hing...