Jangan lupa rekomendasiin cerita ini ke temen-temen kalian ya... ☺️
***
Sudah hampir 10 menit Rimba membeku di sofa ruang keluarga. Otaknya masih mencerna informasi yang baru saja dikatakan oleh Violetta.
"Ayah marah, Raline bohong?" Tanya Raline sedih. Ia tidak tahan didiamkan Ayahnya begini.
"Iya, Ayah marah karena kamu tidak memercayai Ayah sama Bunda. Kamu tahu kan, Ayah dan Bunda tidak pernah sekalipun menyalahkan anak Ayah karena hal itu?" Rimba menatap tajam putrinya, baru kali ini pria itu bersikap demikian terhadap Raline.
"Maafin Raline, Ayah." Raline tidak berani mengangkat wajahnya. Air matanya sudah akan menetes, namun Rimba lebih dulu memeluk anak gadisnya.
"Ayah sayang banget sama Raline. Ayah sedih banget Raline memendam masalah Raline sendiri." Rimba menepuk pelan punggung putrinya.
"Raline minta maaf.." Tangis Raline akhirnya pecah lagi. Gadis itu menjadi seperti anak kecil di dalam dekapan sang Ayah.
"Iya, Ayah maafin."
Radian yang ikut menyimak sambil memainkan lego akhirnya berdiri dan ikut bergabung dengan pelukan antara Raline dan Rimba. Violetta yang melihat itu langsung bergegas tak mau kalah, bergelayut di punggung suaminya.
"Aduduuh.. udah-udah. Pinggang Ayah sakit." Seru Rimba menyudahi aksi pelukan ala teletubbies ini. Violetta terkikik melihat suaminya tersiksa dihimpit dari berbagai sudut.
Untung Orion tidak ikutan. Lelaki itu hanya mengawasi sambil tersenyum tipis, menyaksikan keharmonisan dalam keluarga ini membuat hatinya hangat.
Tiba-tiba ia jadi teringat dengan perkataan Mamanya.
Sebentar lagi ia harus pergi dari rumah ini. Dan kembali hanya hidup berdua dengan sang Mama.
Bukan berarti Orion tidak suka tinggal bersama Mamanya, namun setelah beberapa saat tinggal bersama keluarga Aurora, Orion jadi terbiasa dengan keramaian dan kehangatan keluarga ini.
Orion masih menatap iri dengan aksi saling menebar afeksi, hingga suara Violetta terdengar menegur.
"Mas Ori mau ikut pelukan juga?" Tanya Violetta dengan senyum jahil.
"A- Um.. anu.." Orion gelagapan.
"Tadi sebelum Bunda datang, Kita udah pelukan kok, Bun." Raline menyahut enteng. Dia tidak tahu jika celetukannya itu akan membawa malapetaka bua Orion.
"Orion.. " Panggil Rimba dengan suara beratnya.
"I-iya Om?"
"Mau nemenin Om latihan tinju di belakang?" Tanya Rimba dengan nada memaksa. Pria yang masih tampak muda di usianya yang sudah setengah abad itu merangkul pundak Orion dan menyeretnya ke halaman belakang.
Raline dan Violetta saling berpandangan.
"Ayah kenapa, Bun?" Tanya Raline polos. Matanya yang berbeda warna itu berkedip cemerlang. Benar-benar clueless.
"Lain kali jangan ngomongin masalah skinship dengan cowok di depan Ayah, ya Sayang. Sekalipun itu Mas Orion. Ntar jiwa petarungnya Ayah kamu tiba-tiba keluar." Kata Violetta dengan kedua tangan memeragakan seperti macan yang akan menerkam.
Raline bergidik ngeri.
"Mas Ori nggak papa, kita biarin sama Ayah Bun?" Tanya Raline penasaran. Ia ingin mengintip namun tangannya dicekal oleh Radian.
"Nggak akan diapa-apain kok Mas Ori-nya kamu. Paling cuma ditakut-takutin aja." Violetta mengedipkan sebelah mata, lalu merangkul kedua anaknya menuju sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSESAT (Terdampar Season II) (END_revisi)
FantasiAda yang berbeda dari anak pertama Rimba dan Violetta. Mulai dari warna bola mata yang berbeda, hingga kepribadiannya yang terlalu dewasa untuk anak seusianya. Tidak banyak yang tahu kalau Raline memiliki kemampuan melihat warna aura seseorang, hing...