16 | A Kiss (?)

2K 241 17
                                    

"Jadi pacarku dulu."

Raline tertegun mendengar perkataan lelaki berkulit coklat di hadapannya.

"Gimana?"

Qeith merotasikan mata melihat respon Raline.

"Nggak usah pura-pura bodoh. Kamu tahu apa maksudku."

"Tapi kenapa?"

"Yah... karena itu bisa bikin tetanggamu cemburu." Jawab Qeith santai lalu menyedot minumannya dengan khidmat.

Raline merenungi ucapan Qeith. Sepertinya itu bukan ide yang buruk, Raline juga pernah membaca di novel teenlit Dhita tentang seorang gadis yang mendapat perhatian pasangannya dengan pura-pura pacaran dengan orang lain.

Tapi.. dari novel itu, tokoh utamanya malah berakhir dengan pacar pura-puranya. Bukan dengan lelaki yang dia cintai di awal cerita!

Raline jadi pusing sendiri.

"Nggak mau. Ntar keterusan." Kata Raline akhirnya. Qeith terkekeh, dia tahu gadis di hadapannya ini akan menolak, tapi ternyata saat mendengarkannya langsung...

Qeith merasakan ketidaknyamanan di hatinya.

"Apa itu jawaban akhir kamu?" Tanya Qeith dengan senyum yang sepenuhnya lenyap. Lelaki itu menatap Raline dingin.

"I-iya. Memang kenapa?"

"Aku anter kamu pulang sekarang." Kata Qeith sambil bangkit berdiri untuk menemui Ayahnya.

"Saya permisi, Om. Terima kasih makanannya." Ucap Raline dengan bahasa isyarat pada Ayah Qeith yang berdiri dibalik meja kasir. Pria berambut silver itu baals tersenyum tipis.

"Kamu.. marah?" Tanya Raline takut-takut. Perilaku Qeith yang mendadak dingin ini mengingatkannya pada saat ia tersesat di hutan.

Qeith diam saja. Dengan tanpa suara ia memakaikan helm pada Raline.

"Bentar." Raline mencekal tangan Qeith yang hendak menaiki motornya.

Qeith menoleh dengan wajah datar.

"Makasih buat yang tadi, dan... " Raline menggantung kalimatnya. Ia sedang menimbang apakah harus ia mengatakannya atau tidak.

"Karena kita saling memegang rahasia satu sama lain, kamu.. mau nggak kalau kita sahabatan?" Tanya Raline dengan mata berbinar penuh harap. Gadis itu sungguh-sungguh saat mengatakan ingin Qeith menjadi sahabatnya. Sebagaimana Dhita.

Qeith menghela nafas berat. Tidak kuasa ditatap dengan mata coklat madu yang berbinar miliki Raline.

"Ada syaratnya." Qeith  melipat kedua tangannya di dada.

"Apa?"

"Cium aku. Untuk yang pertama dan terakhir, mungkin?" Raline membelalakkan matanya kaget.

"Mau nggak?" Senyum mengejek Qeith akhirnya kembali.

"Nggak mau." Jawab Raline datar. Lalu ia naik ke boncengan motor  Qeith.

"Yaudah kalau gitu habis aku nganterin kamu, kita musuhan."

***

"Kamu nggak niat nganterin aku, ya?" Tuduh Raline langsung setelah ia turun dari motor. Rambutnya berantakan berkat Qeith yang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan.

"Yang penting selamat, kan?" Balas Qeith santai sambil membukakan helm Raline, karena gadis itu masih kesulitan membuka helmnya sendiri. Dengan jail ia mengacak rambut Raline dan membuatnya semakin berdecak kesal.

"Kamu beneran pengen kita musuhan?"

"Kan tersesah kamu. Cium aku sekali dan kita jadi sahabat, atau musuhan aja sekalian. Bebas."

TERSESAT (Terdampar Season II) (END_revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang