Kecewa

2.5K 224 25
                                    

Aku membuka mataku dan meninggalkan alam mimpi saat mentari pagi menelusup masuk melalui jendela kamarku.

"Masih jam setengah enam pagi"  gumamku sambil mengucek mata.

Lalu aku berjalan gontai menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah. Setelah sepuluh menit selesai mandi, aku menuju ruang makan untuk sarapan bersama nenek. Kulihat dimeja makan sudah ada roti tawar, tak lupa dengan selai coklat kesukaanku dan segelas susu putih.

"Pagi nek"  sapaku sambil mencium pipi nenek.

"Eh udah bangun, pagi juga nak"  sahutnya dan mengelus rambutku.

"Mama mu kemarin nelfon gak?"  tanya nenek tiba-tiba.

"Nggak tau nek, kemarin Velis tidur jam 8. Trs hpnya Velis matiin"  jawabku cengar-cengir. Nenek hanya menggelengkan kepala.

"Yaudah, palingan nanti Mama kamu telfon lagi"  nenek menghela nafas.

"Iya nek, Velis udah selesai sarapan nih. Mau langsung berangkat. Velis berangkat dulu ya nek"  ucapku beranjak dari meja makan dan mengecup punggung tangan nenek.

"Iya, belajar yang bener ya. Hati-hati dijalan"  jawab nenek dan mengantarku sampai pintu.

"Siap nek"  sahutku sambil hormat pada nenek.

***

Sesampainya di sekolah, aku langsung mendudukan pantatku ke bangku urutan ketiga dari depan. Ternyata Adel sudah berangkat.

"Hari ini gak ada tugas kan, Del?"  tanyaku pada Adel.

"Nggak ada kok, Vel. Tenang aja"  jawabnya santai.

"Eh, Vel. Lo tau gak? Katanya Erza lagi PDKT sama Sabrina anak kelas sebelah lho"  tanya Adel tiba-tiba.

Jleb.

"Oh, apa iya? Wah Sabrina yang cantik itu kan? Cocok dong kalo mereka jadian. Erza nya ganteng, Sabrina nya cantik, hehehe"  sahutku setengah gugup. Sumpah rasanya sakit banget denger kabar kaya gitu.

"Iya sih cantik, tapi hatinya itu lho. Dia kan terkenal Playgirl"  Adel menghela nafas.

"Udah ah, gak usah ngomongin orang. Gak baik tau"  aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Dan kulihat kebelakang ternyata Erza sudah berangkat. Semoga saja dia tidak mendengar apa yang dikatakan Adel tadi.

Tiba-tiba bel masuk berbunyi dan diikuti datangnya Bu Ima guru Matematika.

"Fokus sama pelajaran Velis. Jangan mikirin Erza terus, semangat!"  Batinku menyemangati.

***

Bel istirahat sudah berbunyi. Aku dan Adel bergegas menuju kantin untuk mengisi perut yang keroncongan minta diisi.

Sesampainya di kantin, aku hanya mendengus kesal karena kantin sudah dipenuhi oleh lautan manusia. Tapi kulihat dipojok dekat penjual bakso ada tempat yang kosong. Kuputuskan untuk duduk disana dan memesan bakso.

"Elo mau pesen apa, Del?" tanyaku pada Adel yang malah celingak-celinguk.

"Woy, Adel? Elo mau pesen apa?"  tanyaku ulang pada Adel sambil melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Eh iya Vel, gue pesen bakso satu sama es teh manis satu" jawabnya dengan satu tarikan napas. Aku hanya menggelengkan kepala.

"Baksonya dua mangkuk sama es teh manisnya dua gelas ya, Mang"  pesanku pada Mang Ucup si penjual bakso.

"Oke, mbak. Tunggu bentar ya" kata Mang Ucup dan ku balas anggukan kepala.

"Vel, gue tu tadi ngeliat Erza ke kantin berduaan sama Sabrina. Dia duduk dipojok sana noh, deket yang jual siomay"  kata Adel sambil menunjuk kursi paling pojok dekat penjual siomay. Ya, kulihat disana ada Sabrina dan Erza sedang tertawa-tawa. Sesak banget cuma ngeliat mereka berdua tertawa-tawa.

"Yaudah lah, Del. Namanya juga orang PDKT" jawabku sok santai. Padahal hatiku sakit.

Adel hanya menghela nafas.

"Iyaiya Velis sayang. Gak akan bahas itu lagi deh"  ucapnya.

"Ih najis, pake sayang-sayang"  ujarku manyun.

Tiba-tiba pesananku dan Adel pun datang. Saatnya makan.

"Ini mbak pesanannya"  ucap Mang Ucup sambil menyodorkan pesananku dan Adel.

"Makasih ya, Mang" sahutku dan Adel bersamaan.

Aku dan Adel pun melahap bakso itu dengan nikmat. Setelah kami selesai makan, aku dan Adel kembali ke kelas, karena bel masuk lima menit lagi akan berbunyi.

***

"Selamat siang anak-anak"  sapa Pak Irwan ketika memasuki kelasku. Ya, sekarang adalah pelajaran Kimia.

"Siang, Pak"  sahut anak-anak bersamaan.

"Karena hari ini bapak ada rapat di Dinas kota, maka kalian akan saya beri tugas"  kata Pak Irwan tegas.

Terlihat banyak siswa yang bersorak karena diberi tugas. Begitu juga denganku.

"Begini tugasnya, jadi kalian merangkum buku paket Kimia kalian masing-masing pada Bab 1, setelah itu kalian presentasikan didepan teman-teman kalian. Tugas ini dilakukan secara berkelompok dan bapak yang akan membagi kelompok kalian" imbuh Pak Irwan.

"Semoga aja kita sekelompok ya, Del" ucapku pada Adel yang sedang memperhatikan penjelasan Pak Irwan.

"Iya, Vel. Semoga" jawabnya sambil menganggukan kepala.

"Oke, sekarang akan bapak bagi kelompoknya. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Kelompok 1 terdiri dari Evan, Dias, Dhafa dan Nabila. Kelompok 2 terdiri dari Emma, Andre, Yunita dan Bagas. Kelompok 3 terdiri dari Dinda, Adhit, Bara dan Ika....."  terang Pak Irwan,  yang kutahu namaku belum disebut.

"Kelompok yang terakhir adalah Erza, Adel, Kevin dan Velis" tambah Pak Irwan. Seketika mataku langsung terbuka lebar. Satu kelompok sama Erza? Gimana nasib jantungku?

"Vel, kita satu kelompok nih. Yeay!" kata Adel riang yang membuyarkan lamunanku.

"E-eh iya, Del" jawabku setengah gugup.

Kok bisa kebetulan banget satu kelompok sama Erza sih. Masa bodo aja lah.

"Erza, Kevin sini. Diskusi dulu" panggil Adel pada Erza dan Kevin yang kebetulan duduk bersebelahan.

"Oke" sahut mereka serempak dan berjalan menuju mejaku.

"Kita ngerjain tugasnya dimana?" tanyaku pada mereka bertiga.

"Dirumahku aja gimana? Besok hari Sabtu?" tawar Erza pada kami.

"Beneran gak papa, Za?" Adel yang bertanya dan dijawab anggukan oleh Ezra.

"Yaudah, gue okeoke aja" ucapku.

"Besok Sabtu pulang sekolah kan?" kini Kevin membuka suara.

"Iya, Kevin" jawab kami bertiga serempak. Kemudian Erza tertawa geli melihat raut wajah Kevin yang cengo'.

Duh, ngeliat Erza tertawa kaya gitu bikin jantung marathon aja.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua siswa bersorak-sorak ria. Aku memasukkan buku yang ada di atas meja ke dalam tas. Dan bergegas keluar kelas. Hari ini entah mengapa terasa membosankan.

Ketika sampai depan pagar dekat parkiran, aku melihat pemandangan yang tidak mengenakan. Sabrina bergelayut manja di lengan Erza sambil tertawa-tawa menuju tempat parkiran. Tapi Erza hanya membiarkannya. Duh, sakit.

Saat aku melihat ke arah mereka, pandanganku sempat bertemu dengan Erza. Dia segera melepaskan tangan Sabrina yang masih bergelayut manja di lengannya.
Percuma, Za. Aku udah liat kok, batinku. Aku hanya tersenyum kecut pada Erza dan melanjutkan perjalanan pulangku.

***

Lumayan lagi ada ide nih :D
Vote ya! :)

Waiting My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang