Episode 1

162 20 0
                                    

Aku mengacungkan tanganku, meluncurkan bilah tipis titanium yang kuat ke dalam leher Deviants di depanku. Makhluk itu terkejang marah kemudian tergeletak sambil menghembuskan napas terakhir. Itu adalah Deviants terakhir dari tiga yang kami lawan. Aku terengah kelelahan. Kegiatan ini selalu melelahkan.

Ketika aku terbangun di Domo. Aku bingung sekali karena hanya ada 5 orang termasuk aku di dalam ruangan luas itu, sangat sedikit. Ketika pemimpin kami Jarda mulai memberitahu misi kami, aku semakin kebingungan. Menghabisi Deviants dengan lima orang? Itu sungguh gila. Tidak, sebenarnya hanya tiga orang karena kekuatan Jarda adalah penyembuhan, dan si kecil Raesan adalah anak yang sangat brilian-tapi sangat penakut.

"Astaga ini gila sekali, kita harus melakukan ini sampai kapan?" Austine berjalan ke arahku sambil mengeluh, tangannya mengusap lehernya.

"Berhentilah mengeluh Tine," Davon ikut mendekat. "Ini untukmu Lyn!" katanya sambil sedikit berseru, tangannya melemparkan sesuatu padaku, aku menangkapnya. Itu adalah bijih plantine, logam yang bisa menumbuhkan bunga, logam favoritku.

"Terimakasih Davon" kataku sambil tersenyum.

Kami bertiga kemudian mulai melangkah pulang menuju Domo. Hari sudah hampir gelap, Jarda pasti sudah memasak makan malam yang lezat. Tapi ada sesuatu yang aneh malam itu.

Langkahku terhenti tiba-tiba, aku memusatkan pikiran, merasakan denyut logam yang familiar dari kejauhan. Anehnya, walaupun familiar, denyut itu tidak seharusnya ada dua. Hanya ada satu benda yang memiliki denyut seperti itu sejauh pengetahuanku.

"Ada apa Edlyn?" Davon bertanya dengan waspada. Itu karena aku hanya bertindak seperti ini jika ada ancaman sedang mendekat.

"Ada Domo yang sedang masuk ke Planet ini"

"Domo?" Austine bertanya dengan sangat kebingungan.

"Ya, kita harus bergegas"

Denyut itu terasa semakin kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Denyut itu terasa semakin kuat. Aku, Austine, dan Davon bersiaga dalam formasi tempur, sementara Jarda dan Raesan berdiri di belakang kami. Domo itu awalnya hanyalah sebuah titik hitam di kejauhan, setelah beberapa saat, wujudnya yang agung akhirnya tiba dihadapan kami. Aku menegakkan posisiku, bersiap untuk hal tak biasa ini.

Kilatan cahaya emas keluar dari Domo itu, sangat cepat sampai membuatku kehilangan fokus. Tiga orang saat ini berdiri di hadapan kami. Seorang wanita cantik berambut pirang terang dan memakai baju yang senada dengan warna rambutnya, satu perempuan yang berwajah teduh menggunakan pakaian berwarna merah. Dan satu orang laki-laki berpakaian hitam yang memancarkan aura misterius. Mereka bertiga berdiri dengan tenang.

Tapi aku tidak peduli dengan sikap tenang mereka. Aku menarik bijih-bijih titanium dari tanah, membentuknya menjadi bilah-bilah tipis. Tapi sebelum aku bisa melemparkan bilah-bilah itu, kepalaku tiba-tiba menjadi kosong. Sebuah suara berbisik lirih padaku, jatuhkan bilah itu! Tubuhku menurut, tanganku terjatuh lunglai bersamaan dengan bilah-bilah titanium. Kemudian pikiranku tidak kosong lagi, aku tertarik kembali ke dunia nyata. Di depanku, aku bisa melihat binar keemasan perlahan menghilang dari mata laki-laki berbaju hitam tadi.

C'est la vie [Druig]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang