Edlyn's POV
Hari itu sudah gelap, aku mengangkat wajahku dari bantal yang terasa basah. Aku tidak tahu kapan aku tertidur, hal terakhir yang kuingat adalah suara ledakan besar yang terdengar lirih di kejauhan. Ketika berusaha duduk, aku bisa merasakan kepalaku berputar dan pandanganku memutih. Aku baru ingat aku tidak makan seharian.
Setelah selesai mandi, aku membuka pintu untuk mengendap ke dapur. Tanpa kusangka-sangka, pintuku menabrak pelan sebua nampan dan menimbulkan suara dentang yang cukup keras. Aku membuka pintu dengan lebih perlahan dan memeriksa nampan itu. Isinya adalah makanan, aku bisa melihat jejak-jejak pekerjaan Austine, Davon, dan Raesan. Ada sebuah kertas kecil yang dihiasi tulisan tangan Raesan yang cantik.
"Ini untukmu Edlyn, kamu belum makan sama sekali setelah memasuki kamar. Kuharap makanannya masih hangat ketika kamu menemukannya"
Aku tersenyum tipis, menyadari kalau setidaknya ada sedikit hal baik yang terjadi di hari yang kacau ini. Walaupun sangat tidak berselera makan, aku memaksakan diri untuk menelan makanan itu. 15 menit kemudian aku berhasil menyelesaikannya. Aku kemudian kembali merebahkan tubuhku di tempat tidurku, merasa bingung hendak melakukan apa karena aku tidak bisa melakukan hobiku di Domo. Saat itu aku merasakan kepalaku seperti di gelitik oleh sesuatu, ini adalah yang ketiga kalinya. Sebelumnya aku tidak memedulikannya karena suasana hatiku sedang kacau, tapi kali ini suasana hatiku sudah lebih baik.
Walaupun merasa kebingungan, aku tahu hanya satu orang yang bisa melakukan hal ini. Aku bangkit dari kasur dan mencari buku dan alat tulis. Sambil merasa kesal aku mulai menulis.
"Sebaiknya kamu menghentikan apapun yang sedang kamu coba lakukan"
Setelah menulis itu aku memelototi tulisan itu dengan sungguh-sungguh. Berharap agar orang yang sedang memasuki kepalaku ini menghentikan hal ini. Setelah beberapa saat, kepalaku tiba-tiba terasa kosong, tanganku bergerak menulis tanpa perintahku. Sensasinya mirip sekali dengan ketika aku pertama kali mengalaminya.
"Maaf! Ini Druig. Aku tidak bermaksud jahat" setelah kembali tersadar, aku membaca tulisan itu di buku.
"Ya, ya. Aku tahu kamu Druig dan kamu tidak bermaksud jahat. Hanya saja ini aneh, dan kamu seperti sedang melakukan perbuatan mesum" tulisku
"Apa? Aku bukan orang mesum!" Tanpa sadar aku tertawa kecil ketika membaca itu, aku tidak menyangka Druig akan menjadi se-ekspresif ini.
"Baiklah, tapi bisakah kamu meminta izin dulu sebelum melakukannya? Kamu bisa mengendalikan pikiranku untuk menulis sesuatu seperti ini"
"Ya, aku akan melakukannya" Druig membalas dengan cepat.
Malam itu kami asyik berbicara dengan cara yang sangat aneh. Malam itu, aku bahkan mulai terbiasa dengan sensasi kosongnya kepalaku ketika Druig akan menulis. Suasana hatiku menjadi jauh lebih baik karena percakapan itu. Ketika matahari terbit, aku mengucapkan selamat tinggal karena Jarda bisa datang kapan saja. Ketika sensasi menggelitik itu meninggalkan kepalaku, aku baru menyadari debaran jantungku yang terasa sangat cepat. Perasaan yang sama ketika aku menyelesaikan gelang itu kembali datang. Entah apa nama perasaan ini, tapi ini terasa sangat nyaman. Aku mungkin tidak akan pernah tahu, tapi aku tidak berencana untuk menyangkalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
C'est la vie [Druig]
FanfictionDisclaimer: Druig x OC Semua karakter Eternals adalah milik Marvel. Semua Original Character dan jalan cerita adalah milik saya. Harap meminta izin apabila hendak menggandakan karya ini. . . . "Hal seindah itu terlalu sayang untuk dijadikan mitos" "...