LINGKUP YANG BERBEDA

28 3 0
                                    

Perjalanan yang cukup melelahkan. Kondisi hati yang hancur ditambah fisik yang rapuh seakan senyum di wajahnya semakin meredup.

Sambutan hangat keluarga besar di rumah sedikit memberi energi baru dengan tatapan harap terlontar dari setiap pandangan yang tertuju padanya.

Tugas mengabdi di pondok telah usai, dan kini waktunya untuk mengamalkan apa yang telah ia dapat meski pengetahuan terbilang belum ada apa-apanya dibanding ilmu yang Allah ciptakan. tapi, apapun pasti ada barokah disetiap apa yang didapat.

Alina Tsuroyya.
Nama pemberian dari abah nya. Gadis dengan suara yang lembut kental dengan bahasa jawa krama dan dilengkapi sikap ramah yang diturunkan dari umi nya. Kulit kuning langsat, tinggi semampai dengan berbalut baju khas santri yang selalu menjadi favoritnya. Sosoknya bagaikan paket komplit yang sangat langka untuk ditemui di zaman serba modern ini.

Gadis sederhana, selalu berpenampilan santri dimanapun tempat. hingga selama di pondok dulu tidak ada yang mengetahui bahwa dia anak dari salah satu kyai yang tersohor.

Hari-hari terus terlewati,
Dengan suasana yang berbeda.
Ia selalu berusaha berdamai dengan keadaannya sekarang. meski rumahnya sendiri, Tapi bagi dia masih butuh beradaptasi karena terlalu lama di pondok dan lama tidak pulang.

Setiap hari dia selalu disibukkan dengan mengabdi di madrasah khusus anak yang dirintis abahnya . Pada dasarnya memang sifat ke-ibuan dia sudah terlihat meski masih usia 20 tahun. Dia sangat suka terjun di dunia anak, mengingat selama di pondok dia juga diamanahi merawat cucu abah yai.

"Ning Ayya.."
Sapa seseorang dari dapur, suaranya terdengar asing. Tapi, sosok yang terlihat mata sepertinya tak asing untuk dikenali.

"Enggeh dalem" Geragap nya.

"Panjenengan wangsul kapan ning?" Bergegas menghampiri ning Ayya yang baru keluar dari kamar mandi

"Kolowingi dalu mbak" Sambil berusaha mengingat.

"Panjenengan taseh kemutan kaleh kulo?kulo Siti ning" Terangnya

"MasyaAllah mbak Siti, kulo pangkling saestu"

Akhirnya, sekian lama tak bertemu, mereka lanjut berbincang-bincang seru di dapur santri. Mbak Siti adalah salah satu santri yang mengabdi dan dulu yang diamanahi abah untuk menemani Ning Ayya jika keluar dari rumah.

Saking asyiknya mengobrol ternyata Ning Ayya tidak menyadari ada kang Barik di dapur sedang mempersiapkan untuk masak buat para santri, kang barik termasuk salah satu kang santri yang ikut menjadi abdi ndalem.

Ning ayya agak kaget, namun ning Ayya berusaha mengakrabi kang Barik yang sedari  tadi di dapur. karena sikap ning Ayya yang ramah, dia tidak pernah merasa siapa dia. Baginya semua sama, dan dia tidak suka jika disegani. Baginya, dia bukan siapa-siapa, karena orang yang pantas disegani adalah orang yang berilmu seperti halnya abah, umi, dan kakak-kakak nya. Meski di rumah, dia tetap merasa sebagai santri yang mengabdi kepada kyainya.

Meski kadang dia terlihat dewasa, namun sikapnya kadang masih seperti kekanak-kanakan untuk usianya. Dikalangan santri terkenal kalau dia adalah putri abah paling manja dan paling akrab dengan semua santri.

Ning Ayya merasa seperti baru melihat kang barik setelah di tanya-tanya ternyata memang dia baru setahun dipondok.

Meski ning Ayya berusaha mengakrabi namun tetap saja naluri santri tidak bisa di buang dari kang barik yang sedari tadi tertunduk sungkan, meski sesekali mencoba mencuri pandang kepada ning Ayya. Tak sekali logat tubuhnya menggambarkan kecanggungan. Karena tingkah aneh nya, ning Ayya semakin penasaran, karena semua kang santri yang tau ning Ayya pasti sudah mengenali betul karakter ning Ayya jadi jika bertatap muka pasti biasa tapi tetap disertai rasa hormat.

Ternyata tidak hanya ning Ayya, kang Barik juga ikut penasaran semenjak pertemuan pertamanya. Kang barik yang baru pertama kali melihat putri bungsu abah itu terus berusaha mencari tahu. Sesekali bertanya tentang ning Ayya melalui mbak Siti yang sesama abdi ndalem.

Singkat obrolan dan sekejapnya waktu pertemuan pertama di dapur siang itu, timbullah rasa penasaran antara ning Ayya dan kang Barik. Terlalu cepat dan simpel memang, tapi siapa yang tau apa itu rasa? Dengan siapa rasa itu ada? sama-sama tidak tahu kapan hadir? kenapa hadir? Bagaimana bisa hadir? Dimana rasa itu hadir?
Ahhh semua memang rumit jika kita membahas perihal hati apalagi menyangkut rasa.

Katamu Aku Rumah!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang