Kun Dan Hak Milik Joy

69 6 0
                                    

Kun membuka pintu kamar dan masuk dengan perlahan. Sepulang dari mengantar Ningning, ia sudah bertekat untuk menyelesaikan masalahnya dengan Joy. Sebelum ia kembali melanglang buana selama sebulan ke depan. Terutama sesuai pesan dari sang buah hati saat mereka dalam perjalanan menuju sekolah tadi.

"Pih," Ningning meminta atensi ayahnya, Papih Kun.

"Iya, Nduk?" Kun mengalihkan pandangannya untuk memperhatikan putrinya sebentar.

Ekspresi Ningning ternyata cukup serius. "Ningning nggak tahu, ada masalah apa antara Mamih dan Papih..."

Kun menahan nafas. Tak menyangka sang putri benar-benar peka pada situasinya bersama Joy.

"Tapi... Ningning cuma mau pesen..." ujar gadis itu pelan.

"Iya, Sayang? Apa itu, Nak?" Kun kembali memusatkan konsentrasinya untuk mengemudi. Meski dalam hati ikut berdebar menanti kalimat selanjutnya yang akan Ningning sampaikan.

"Tolong Papih selesaikan semua masalah sebelum berangkat besok, ya?" gadis itu tanpa banyak buang waktu langsung menuju inti permasalahan, "Ningning tahu ini bukan urusan Ningning karena masih di bawah umur. Cuma..."

Jeda sebentar.

Ningning menatap Kun yang asyik menyetir di sampingnya, "Apa Papih tahu, selama ini kalo Mamih lagi kangen sama Papih... dan itu hampir berlangsung tiap malam... Mamih selalu datengin Ningning yang lagi tidur di kamar. Biasanya merhatiin Ningning lamaaa banget sampe akhirnya ikutan tidur di belakang Ningning sambil nangis."

Jeda lagi. Ningning bisa melihat perubahan raut wajah ayahnya yang diliputi rasa bersalah.

"Dari mana Ningning tahu? Waktu Mamih ngigau kangen Papih sampe Ningning kebangun. Begitu Ningning peluk Mamih, Mamih langsung tenang terus tidur lagi..."

Kun hanya diam mendengarkan. Di dadanya juga mulai bergemuruh berbagai perasaan campur aduk saat ini.

"Mamih itu cinta banget sama Papih. Ningning harap Papih nggak kecewain perasaan tulus Mamih itu, ya, Pih..."



"Dek?"

Hati Kun berdebar tak menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati Kun berdebar tak menyenangkan. Istrinya yang cantik jelita ini hanya melengos saja ketika ia memanggil. Bahkan dengan menggunakan panggilan kesayangan darinya, Joy seakan tak menganggapnya ada. Tapi saat tubuh ramping yang berjalan gontai itu melintas, tangan Kun dengan lebih cepat meraih pergelangan tangan Joy.

Menariknya hingga ia terlempar ke dalam dekapan hangat Kun. Dengan sempurna.

"Jangan tinggalin aku..." bisik pria itu. Memeluknya posesif. Ia sudah tak bisa menahannya lagi dari semalam.

Ego yang ia pertahankan berdampak sama sekali tak menyenangkan apalagi menenangkan batinnya.

"Maafin aku, Dek... Mas mohon dengerin penjelasan Mas sekali lagi, ya?"

Keluarga Bapak KuncoroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang