"Maamiiihh...!"
Tak ada jawaban.
"Miiihhh...!"
Masih-tak-ada-jawaban.
"Maamiiihhh....! Cepetan dandannya, dong, Ningning udah mau telat iniiii...!" seru Ningning sangat menggelegar.
Sebentar-sebentar ia akan menghentak-hentak kecil kedua kakinya bergantian. Kesal dan tak sabar karena yang ditunggu belum juga terlihat turun. Guna mengantarnya ke sekolah seperti biasa.
Iya, meski Ningning itu anak orang kaya, tak sekalipun ia menggunakan jasa supir pribadi untuk pulang-pergi sekolah. Semua karena permintaan sang ibu sendiri.
Mamih Joy.
"Ck, iso-iso telat maning aku iki!" gerutunya.
"Loh, Nduk! Kok ngedumel sendiri gitu, sih? Ono opo, toh...?"
Suara lembut itu berasal dari ayahnya yang kalem, Papih Kun. Pria itu baru selesai menata menu sarapan pagi mereka di atas meja makan.
"Ini, loh, Pih! Mamih itu lama banget dandannya, nanti aku telat lagi, loh!" Ningning merajuk dengan pipi gembungnya yang lucu. Tak lupa kedua alis gandengnya.
Menarik seulas senyum di wajah tampan Kun hingga lesung pipinya terlihat.
"Oalah... ya wes, tunggu, ya! Tak omongi Mamihmu dulu... Kamu makan dulu itu nasi goreng atau roti bakarnya juga boleh, oke?"
Dengan langkah santai, yang justru membuat Ningning di belakang makin hampir naik darah, Kun mulai masuk ke dalam kamarnya. Hanya untuk menemukan sang istri yang cantik jelita, tengah berdiri mematung di hadapan cermin besar. Yang besar dan panjangnya dua kali lipat dari cermin normal kebanyakan. Sebenarnya Kun pernah terpikir untuk sekalian saja menambahkan cermin ala studio tari di dalam kamarnya itu. Agar sang istri berhenti merasa insecure.
"Dek," panggil Kun pada sang istri.
Meski terpaut lebih tua delapan bulan dari Joy, panggilan kesayangan Kun untuk wanita cantik itu adalah 'Dek'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Bapak Kuncoro
FanfictionAdalah Kuncoro Adi Asmoro, seorang kepala rumah tangga yang akrab disapa Kun, akhir-akhir ini merasa harus ekstra sabar dalam menghadapi kelakuan putri semata wayangnya beserta sang istri. Sang putri yang baru saja memasuki dunia SMA, Ningsih alias...