Chapter 4

7 1 0
                                    

Mentari pagi sudah terlihat semakin tinggi. Menembus atmosfer, gedung hingga sampai ke rumah Lia. Pagi itu terlihat cerah. Semua aktifitas di rumah Lia  berjalan seperti biasanya. Ibunya sedang mencuci. Ayah nya pergi bekerja. Aisyah adik nya pergi kesekolah. Dan Lia pergi mengajar di sekolah seperti biasa. Di tengah jalan Lia masih terpikirkan akan surat yang dikirimkan oleh Ali. Namun, sesampainya di sekolah saat masuk ke ruangan kelas untuk mengajar, pikiran itu mulai teralihkan karena melihat senyuman murid-muridnya  yang begitu tulus.
Kegiatan mengajar berjalan seperti biasanya. Hingga tiba suatu ketika saat para murid sedang mengerjakan soal yang diberikan oleh Lia, CTIIIING! Suara pesan berbunyi dari ponselnya. Lia pun segera membuka pesan itu. Tertera nama Ali di layar ponselnya.
Lalu isi pesan itu “Hari selasa nanti aku jemput kamu di rumah. Aku akan menepati janjiku. Untuk memperlihatkan keindahan pantai” Lia tentu terkejut melihat pesan itu.
Dia segera membalasnya “Aku pulang jam 12 siang, kamu bisa menjemputku jam 2 siang”. Setelah itu Lia melanjutkan mengajarnya.
Saat itu Lia sedang mengajar pada hari Senin. Lia menunggu hari esok untuk dapat bertemu Ali. Menjalankan aktifitas seperti biasanya. Hingga tibalah hari yang ditunggunya. Pagi hari Lia tetap mengajar seperti biasa lalu pulang jam 12 siang. Sambil menunggu kedatangan Ali, Lia istirahat sebentar. Di tengah istirahatnya terdengarlah suara motor Ali. Bergegaslah langsung Lia untuk bersiap berangkat dengan Ali. Setelah izin dengan Orangtua Lia mereka berdua berangkat. Perjalanan memakan waktu sampai 1 jam. Mereka tiba di salah satu pantai di daerah Jawa Barat. Setelah membayar tiket masuk. Mereka langsung parkir di depan warung.
Sebelum berangkat Ali sudah tau kalau Lia ingin belajar fotografi. Dicarikanlah oleh Ali sebuah kamera. Lia terlihat sangat senang begitupun Ali. Mereka duduk di sebuah gazebo di pinggir pantai.
Lalu Ali memulai obrolan “Kamu sudah lihat kan, di depan kita ini laut terbentang luas. Kamu bisa melepaskan semua bebanmu hanya dengan melihat laut ini”.
Namun ternyata Lia memiliki fobia terhadap laut “Aku takut melihat ombak. Dulu temanku pernah meninggal terseret ombak” Ucap Lia.
Setelah mendengar itu Ali langsung menarik Lia untuk mendekat ke pinggir pantai. Lia sedikit takut namun Ali meyakinkan Lia untuk tetap berani melawan fobia itu.
“Kamu lihat kan, ombak ini tidak akan menyeretmu. Karena ombak pun tahu kamu orang yang baik” Canda Ali.
Lia pun tetap berpegangan tangan dengan Ali. “Tetap saja aku masih takut, terbayangkan kenangan itu” Kata Lia dengan sedikit takut.
Ali terus meyakinkan Lia agar berani melawan ketakutan itu. “ Aku yakin kamu akan bisa melawan ketakutan itu. Aku akan membantumu melawannya” Ali meyakinkan.
Setelah beberapa menit mereka dipinggir pantai. Mereka menuju spot foto yang sudah disediakan di tempat wisata itu. Mereka menaiki jembatan yang disediakan untuk spot foto. Ali mengambil gambar Lia di atas jembatan. Walaupun Lia sedikit takut tapi foto tetap bisa diambil. Setelah berfoto-foto di diatas jembatan selesai, mereka turun lalu berjalan di pasir pantai.
Ali bertanya pada Lia “Coba kamu sebutkan negara mana yang ingin kamu kunjungi”.
Lia menjawab sambil tersenyum “Aku ingin ke Australia, kalau kamu?”.
Ali Langsung menuliskan kata Australia di pasir pantai menggunakan kayu.
“Kalau aku ingin ke London” Jawab Ali sambil menuliskannya di pasir.
“Coba kamu duduk disamping tulisan itu, biar aku foto” Suruh Ali pada Lia.
Setelah Lia sudah duduk di dekat tulisan itu Ali langsung memotretnya. Mereka berdua memulai mimpi bersama saat itu juga. Membuka harapan setinggi angkasa. Bukan karena mereka dari pedesaan lalu mereka tidak memiliki harapan. Tapi justru mereka mempunyai mimpi setinggi angkasa. Bagaimanapun hasil akhir mereka nanti. Setidaknya mereka sudah memulai bermimpi bersama. Lia dengan mimpinya ke Australia. Ali dengan Mimpinya ke London.

To Be Continue

CAPUNG ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang