Namanya Ali. Sosok pemuda dengan penuh semangat. Dia berasal dari kampung pesawahan. Lingkungan pedesaan yang membentuk karakternya. Keluarganya selalu membebaskan ia. Ali selalu menuju apa yang ia mau. Pihak keluarga selalu mendukungnya. Ali mempunyai prinsip di manapun keberadaanya ia ingin selalu memberi manfaat. Hingga tibalah suatu kesempatan saat ia sedang meraih mimpinya.
“Aisyah kemarin kamu memposting les bahasa inggris, ya?” tanya Ali pada Aisyah teman satu organisasinya.
Aisyah menjawab sambil tersenyum “Iya, Mas Ali, mau ikut kah, Mas?”.
Ali berfikir sejenak ini adalah peluang baginya untuk dapat bisa berbahasa inggris.
“Sebenarnya mas ingin ke Pare, Syah, namun kondisi tidak memungkinkan” Ali menjelaskan pada aisyah.
“Yasudah, mas ikut lesnya ya” lanjut Ali.
“Oke mas, nanti sama kak Lia yah mas” Jawab Aisyah.
Setelah percakapan dengan Aisyah. Besok paginya Ali memulai lesnya dengan Kak Lia. Sebelumnya Ali tidak mengenal sama sekali kakaknya Aisyah. Ali menjemput Kak Lia di rumahnya lalu mengajaknya keluar untuk les pertama. Ali mengajaknya ke wisata alam dekat rumah. Tibalah mereka di bawah pohon dengan pemandangan sawah membentang luas di hadapannya.
“Namaku Ali kak, kakak tahu kenapa kakak aku ajak kesini untuk belajar?” Ali memperkanalkan diri pada kak Lia.
Kak Lia tersenyum sambil menjawab “Salam kenal Ali, namaku Aulia kamu bisa panggil aku Lia. Kenapa kamu mengajakku kesini?”
Ali menjelaskan alasannya “Aku suka keindahan alam ini. Hanya di pedesaan kita dapat menikmati pemandangan ini. Otak aku lebih cepat meresponnya”.
Lalu mereka memulai kegiatan belajarnya. Angin menghembus sangat halus seperti berdamai dengan hamparan sawah yang terlihat hijau. Pohon pun membantu mereka menggapai mimpinya dengan melindunginya dari sinar matahari.
Setiap minggu mereka belajar empat kali pertemuan. Ali selalu menjemput Kak Lia di rumahnya. Pernah suatu hari Ali ditegur oleh ibunya karena mengajak Lia belajar malam hari. Namun begitulah mereka semuanya masih muda dengan semangat dan mimpi, semuanya terlihat ringan. Mereka berdua sering berdiskusi tentang apapun. Hal-hal sepele yang seharusnya tidak dibahas mereka bahas sampai lupa waktu. Sampai tiba suatu waktu Ali menjelaskan pada Lia perihal keberangkatannya ke Ibu kota.
Ali menuliskan sebuah surat bahwa dia berhenti untuk kembali belajar dengan Kak Lia. Ia menitipkan surat itu pada Aisyah. Isi surat itu tentang keberangkatanya ke ibu kota. Aisyah menyerahkan surat itu pada Kak Lia. Dibukalah surat itu oleh Kak Lia.
Satu per satu kalimat dibaca hingga tiba pada kalimat “Kak Lia maaf ya aku tidak bisa melanjutkan les belajar lagi. Dalam waktu dekat ini aku akan berangkat ke ibu kota. Aku akan meraih mimpiku di sana. Aku banyak belajar dari Kak Lia. Tentang semangat, harapan, dan mimpi. Sekarang aku sudah memutuskan untuk memulai lagi mengejar mimpiku di sana. Aku selalu mendoakan terbaik buat Kak Lia. Doakan aku juga semoga aku bisa menggapai mimpiku disana ya, Kak” Sepotong kalimat yang ditulis oleh Ali.
Suara di dalam rumah yang tadinya berisik. Seketika hening dalam pendengaran Kak Lia. Tangan Kak Lia gemetar memegang suratnya. Tak sedikitpun pandangannya teralihakan dari surat itu. Hatinya tiba-tiba gelisah. Ada apa dengan kondisi yang dirasakan oleh Kak Lia. Tidak seperti biasanya dia merasakan hal seperti itu. Suasana yang tak pernah dapat ia pahami. Bahkan dia sedikit kesal ada apa yang terjadi dengan dirinya. Padahal dalam surat itu sudah jelas Ali ingin meraih mimpinya. Harusnya dia bahagia mendengar kabar itu. Lalu ia mempasrahkan semuanya pada kehendak Tuhan. Dia pasrahkan semua perasaan itu pada Tuhan. Disimpan lah surat itu dalam dompetnya.
To Be Continue
![](https://img.wattpad.com/cover/295027651-288-k715341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPUNG ANGKASA
General FictionCerita ini tentang impian seorang gadis desa yang mempunyai mimpi setinggi angkasa.