Chapter 2

12 2 0
                                    

London, menginjakan kaki di kota impian adalah sebuah rasa bangga yang sangat mendalam bagi seorang gadis desa. Rasanya seperti terbang ke angkasa melintasi beribu ruang dan waktu. Pagi ini di London sangat cerah. Bangunan khas Eropa terlihat megah dan menakjubkan bagi seorang gadis desa sepertinya. Susunan bangunan ini sangat rapi begitupun lingkungannya yang bersih. Teriakan khas yang sangat dikenal membuyarkan pandangannya dari keindahan kota London.
“Aisyah, sudahlah jangan bengong terus melihat bangunan itu!” teriak Kak Lia.
“Biarlah kak, Aisyah suka aja melihatnya. Andai saja di negara kita bangunannya rapi seperti disini ya, kak” jawab aisyah.
Mendengar Aisyah menjawab seperti itu kakaknya segera menghampirinya.
“Ayo kita pulang, kakak sudah menyiapkan makanan untukmu” ajak Kak Lia pada Aisyah.
Mereka pulang ke tempat tinggal Kak Lia. Mereka tinggal di salah satu apartemen di kota London. Kak Lia berada di London karena sedang ada urusan bisnis. Impiannya sejak dulu yang ingin memperluas bisnisnya kini sudah terwujud. Bisnisnya sudah sampai ke London. Ini sebuah pencapaian yang sangat luar biasa. Kerja keras Kak Lia yang bekerja sejak pagi hingga malam tentu tidak sia-sia jika dilihat dari hasil yang ia dapatkan.
“Masuklah ke kamarmu Aisyah di sebelah ruang tamu. Kamu bereskan barang bawaanmu, kakak akan masakan buat makan malam kita” suruh Kak Lia.
“Baik kakak, Aisyah masuk kamar dulu ya” jawab Aisyah.
Setelah beberapa jam semua hidangan sudah siap di meja makan. Aisyah pun sudah membereskan barang bawaannya. Mereka berdua berkumpul di meja makan.
“Masakan kakak selalu enak kok” Puji aisyah.
“Ya sudah habiskan makananmu ya” jawab kak lia.
“Aku jadi teringat suasana rumah, Kak. Biasanya ada ayah dan ibu yang menemani kita untuk makan” ujar Aisyah.
“Baru satu hari kamu di sini loh, sudah kangen rumah aja“ jawab Kak Lia.
“Kamu tahu Aisyah, kita bisa berada di sini juga perlu hal-hal yang kita korbankan dan perjuangkan” Kak Lia meneruskan.
“Apa itu, kak?” tanya aisyah. 
“Kita mengorbankan keluarga, teman, desa,cinta, dan cita-cita. Selain itu kita juga memperjuangkan keluarga, teman, desa, cinta, dan cita-cita.”ujar Kak Lia.
“Kenapa mengorbankan dan memperjuangkannya sama, kak?” tanya aisyah.
“Kita mengorbankan itu sebab kita harus di sini, Aisyah. Jauh dari mereka. Kita akan selalu merindukan mereka. Itu yang kita korbankan. Rasanya berat memang, Aisyah. Namun, itu harus kita hadapi” Ujar kak lia dengan nada sedih.
“Lalu kenapa kita harus memperjuangkan itu? Karena kita di sini atas usaha dan doa mereka. Kita punya alasan untuk apa kita di sini. Harapan dan cita-cita mereka semuanya dipercayakan pada kita aisyah” ujar kak lia dengan nada terharu.
“Jadi kita jangan menyia-nyiakan mereka, Aisyah. Kita harus selalu ingat Capung Angkasa”.  Tutup kak lia.
“Siap Kak Lia, Aisyah akan berusaha semaksimal mungkin” semangat Aisyah.
Makan malam pertama di London yang sangat berkesan. Mereka dua sosok yang saling mendukung satu sama lain. Mimpi lah yang telah mempertemukan mereka berdua di London. Setelah percakapan dengan kakaknya aisyah Kembali ke kamar. Membuka ponsel yang tergelatak di atas kasur. Dia membuka album 2 tahun lalu. Dia teringat dua temannya. Malam itu 1 minggu sebelum keberangkatan Aisyah ke London.
“Aisyah kalau kamu sudah dilondon nanti jangan lupakan kami yah” Ujar Dea
“Iya Aisyah, jangan lupakan aku juga” sahut Nabilah
“Tenang saja aku tidak akan melupakan kalian. Kalian teman terbaikku. Salah satu alasan kenapa aku bisa kesana juga ada pada kalian” jawab Aisyah
“Oh, iya satu hal lagi, ingat kamu akan mewakilkan mimpi–mimpi kita. Kita akan mendukung dan mendoakanmu selalu Aisyah. Jadi jangan mengecewakan kami” Ujar Dea.
“Tenanglah aku akan memperjuangkan itu” Jawab Aisyah dengan nada tegas.
Temannya ini memang selalu mendukung Aisyah. Dalam beberapa kegiatan desa ,saat Aisyah mempunyai ide untuk mengembangkan desanya. Dua temannya inilah yang pertama kali percaya dan mendukung idenya. Pertemanan yang solid. Mereka membangun desanya atas dasar pengabdian. Tidak ada unsur lain. Pemudi yang peduli sosial. Banyak kenangan yang mereka lalui di desanya. Sampai tumbuh lah rasa cinta terhadap desa. Ingin rasanya mereka selalu mengembangkan desanya. Namun mimpi menunda dulu untuk itu. Aisyah memilih untuk belajar lagi agar ilmunya semakin bertambah. Setelah itu baru Kembali untuk mengembangkannya.
Setelah kenangan Bersama temannya. Aisyah teringat pada keluarganya dirumah. Pagi itu setelah pekerjaan rumah selesai semua, ayah pulang dengan membawa makanan dan minuman.
“Ayah pulang, ini ayah membawa makanan dan minuman kesukaan kalian semua” Kata ayah dengan raut wajah gembira.
“Yes! Ayah emang baik deh, terima kasih ayah” Ucap Aisyah.
“Ayah, kenapa nggak sering-sering begini” Kak Lia menyahut.
“Hey, gadis-gadisku! Hari ini ayah bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Tuhan”  Ujar ayah.
“Bersyukur atas apa sayang?” Tanya ibu pada ayah.
“Ibu kau lupa kalau hari ini gadis-gadis kita ini sudah mempunyai mimpi mereka masing-masing. Itu sungguh karunia yang sangat berharga bagi ayah” Senyum ayah terlihat.
“Mereka semua akan meraih mimpi – mimpi mereka sayangku. Semesta ini akan selalu membantu mereka untuk mencapai mimpinya” lanjut ayah.
“Lalu kalian tahu apa yang paling bikin ayah Bahagia?” tanya ayah.
“Apa itu yah?” Aisyah bertanya.
“Kalian akan mewarnai keluarga, desa, negeri, dan dunia ini atas mimpi kalian. Itu yang bikin ayah bahagia”
Suasana sangat gembira waktu itu. Ayah dan ibu Aisyah yang selalu mengingatkan agar ingat terhadap perjuangan keluarga yang  mendukungnya. Rasa sayang dan cinta orang tua memang selalu tulus terhadap anak-anaknya. Beberapa jam Aisyah mengingat kenangan masa lalu. Jam di dinding  telah menunjukkan  waktu tidur. Aisyah bergegas untuk tidur, mematikan lampu dan langsung memejamkan matanya.

*****
Suara alarm berbunyi nyaring sekali. Membangunkan aisyah yang sedang tidur. Pagi itu semangat aisyah sangat membara. Aisyah langsung bergegas siap-siap untuk berangkat kuliah. Setelah semuanya sudah siap aisyah langsung berpamitan pada kak lia.
“Kak Lia aku akan berangkat kuliah sekarang” pamit aisyah.
“Yasudah hati-hati ya, Aisyah. Ingat Capung Angkasa!”  Jawab kak lia.
“Siap kak, Aisyah sekarang sudah tau apa yang harus Aisyah perjuangkan. Daaaaah, Kak Lia!” ujar aisyah.
Suasana di London pagi itu selalu cerah. Secerah hati Aisyah yang selalu yakin pada mimpi-mimpinya.


To Be Continue

CAPUNG ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang