Start of the love birds
●●●Beasiswa pun, tetap saja biaya makan dan hidup akan menjadi tanggungannya. Yayasan Putri Konoha hanya akan membiayai uang sekolahnya. Sisanya, dia sendiri yang akan susah payah mencari. Dan dengan kesanggupan hati, dia, Haruno Sakura, menerimanya.
Sadar diri kalau kedua orangtuanya bukan dari golongan atas, maka dia harus pintar-pintar mencari uang tambahannya. Sudah bagus ayah dan ibunya mau memberinya uang tiap tiga bulan sekali yang mereka sepakati dikirim lewat transfer bank.
Dia tidak perlu hidup susah seperti ini jika tidak memutuskan mengambil beasiswa di ibukota. Hidup akan lebih mudah jika dia menetap saja di kota kecil mereka dan kuliah di sana.
Sayang sekali dirinya punya sifat keras kepala dan suka bertaruh. Jadilah dia pergi ke ibukota setelah memenangi debat sengit dari kedua orangtuanya dengan syarat lumayan mencekik.
Sekarang disinilah dia berdiri sambil memohon meminta keringanan biaya pada pemilik apartemen lusuh di pinggiran kota yang lebih terlihat seperti rumah susun suram.
"Aku mohon.. aku pasti akan membayar tepat waktu. Tapi tolong kurangi biayanya..." Suaranya diabuat sememelas mungkin. Dua tangannya terkatup dan matanya terpejam. Dia sudah seperti tengah berdoa di kuil.
Wanita gemuk itu memandangnya kasihan. Dia paling tidak bisa melihat anak muda yang segigih ini. Hatinya jadi pasti luluh. Hal ini mengingatkannya dengan peristiwa tempo hari. Hanya saja, waktu itu bukan seorang gadis cantik yang memohon. Melainkan pemuda tampan. Namun keduanya sama-sama berasal dari daerah.
"Bibi.. aku mohon." Pinta Sakura lagi.
Si pemilik apartemen memejamkan matanya erat-erat. Lalu dengan berat hati mengiyakan keinginan Sakura sekaligus mengikuti kemauan hatinya yang sebelumnya bertentangan. Terpaksa cara itu harus dilakukannya. Janji yang dia buat dengan pemuda itu harus sedikit dia revisi kalau begini.
"Aku ada penawaran untukmu. Apa kau mau mendengarnya?"
Mata Sakura berkilat penuh harap. Apapun akan dia lakukan asal bisa mendapatkan tempat tinggal yang murah meriah sesuai dengan kantongnya yang tipis dan budgetnya yang super irit. Jadi kepalanya mengangguk berkali-kali layaknya anak anjing yang patuh.
"Aku tidak bisa memberimu kamar ini," ucap si pemilik awalnya. "Tapi ada kamar di lantai paling atas. Lebih besar dari ini. Tapi kau harus berbagi kamar dengan penghuni lain jadi kau cukup membayar setengahnya. Lebih murah dari kamar ini tentu saja. Apa kau mau?"
"Tidak apa-apa. Aku mau bibi. Aku setuju." Sakura mengiyakan begitu cepat. Dia sudah sangat memerlukan tempat tinggal atau nanti malam dia harus tidur di tepi jalan seperti gelandangan. Satu-satunya tempat yang cukup dengan uangnya hanyalah tempat ini dimanapun berkali-kali dia dia mencari. Baik di koran ataupun di internet. Orang-orang di sekitar sini pun menyarankan apartemen kumuh ini.
"Kau tidak masalah berbagi kamar dengan orang lain? Bahkan jika itu laki-laki?"
"Bibi Anko, aku tidak masalah sama sekali." Jawab Sakura cepat. Dia jelas tidak mendengar kalau teman sekamarnya adalah laki-laki. Karena saat mereka sampai di kamar yang disebutkan, dia sangat terkejut melihat siapa teman hidupnya nanti.
***
Bibi Anko memperkenalkan mereka berdua. Menjelaskan rincian biaya yang harus mereka bayarkan. Sesuai yang dia katakan, semuanya jadi jauh lebih murah.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Found Love ✔
Storie d'amoreDisclaimer : Nama karakter di sini milik Masashi Kishimoto. Alur cerita milik penulis. Sakura dan Sasuke terpaksa tinggal di satu atap yang sama karena kekurangan biaya untuk menyewa kamar apartemen. Si mahasiswi hukum tahun pertama dan si mahasisw...