BAB - 01

44 4 2
                                    

author's note

Cerita ini sepenuhnya fiksi hasil karangan dari penulis, apabila terdapat kemiripan kejadian ataupun nama karakter. Hal tersebut merupakan sebuah kebetulan dan ketidaksengajaan semata. Kritik dan saran diperlukan untuk kemajuan penulis di work selanjutnya.
Happy Reading^^

.

bab 01

_Sebab_


.


Jam istirahat pertama seharusnya dimanfaatkan untuk makan siang, seperti namanya, "istirahat" artinya kau harus berhenti dan sedikit menghirup udara segar sebelum kembali belajar.

Lihat saja kantin utama Catralingga yang masih penuh dengan keturunan adam dan hawa. Padahal beberapa menit lagi bel akan berbunyi, namun ternyata mengisi kebutuhan perut itu memanglah yang harus diutamakan. Tapi tentu saja, selalu ada yang unik diantara yang sudah biasa. Lain daripada yang lain, kita lihat ke arah lorong.

Salah seorang keturunan hawa, berjalan dengan langkah rapatnya yang berat. Tangan kananya mengepal keras-kertas yang entah apa isinya. Rambut panjangnya bergoyang seiring derap langkah yang melawan arus. Bahkan poni tipis yang menutupi dahinya pun sudah tak karuan sangking cepatnya gadis itu berjalan.

Meskipun kedua matanya memancarkan kobaran api dan air mukanya keras menahan amarah. Tentu tidak menyembunyikan paras ayu sang gadis. Gigi yang tak terlihat itu menggertak dalam mulut manisnya, alisnya menukik tajam dan mata bulat bening itu seolah memancarkan sinar laser merah. Siapapun tahu jika dia sedang marah.

Entah apa yang sudah terjadi. Salah satu siswi berpretasi Catralingga berakhir dengan ekspresi seperti itu. Dan entah siapa yang telah membuatnya marah. Tapi kuberi tahu, Aurelia Cadenza itu macan betina. Ada baiknya kau menghindar, pergilah sejauh mungkin dan jangan pernah mencari masalah dengan gadis yang biasa disapa Lia itu.

Kakinya sedikit melambat saat tiba diruangan dengan indentitas ruang osis. Tanpa ragu ataupun merasa takut, gadis itu membukanya dengan kasar siap meledak.

"Jonathan sialan!!, Brengsek, apa maksudnya ini HAH??!"

Kertas-kertas yang sedari tadi diremat itu terbang sempurna mengenai target yang disebut Jonathan. Tanpa merasa kaget sedikitpun dengan kelakuan Lia, ketua osis Catralingga itu hanya menatap Lia datar dan seolah menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya.

"Gue udah bilang ya sama Lo, Olimpiade Matematika ini BA-GI-AN-GUE. KENAPA JADI LO?!?!"

"SHIT!! JONATHAN!! LO SERAKAH, GATAU DIRI, SIALAN!!"

"BRENGSEK!!, LO MAU NUNJUKIN KE SELURUH DUNIA KALO LO LEBIH HEBAT HAH?!"

"KENAPA SIH LO HOBI BANGET NYARI MASALAH SAMA GUE, BAJINGAN!!!"

"SHIT!! SHIT!! SSHHIITTT!!"

Terberkatilah wahai orang-orang baik. Dewi Fortuna sepertinya kali ini berpihak pada Lia, ruangan OSIS itu kosong melompong, kecuali seonggok manusia jahanam —menurut Lia— yang telah mengacaukan emosinya hari ini.

Lia siap meledak kembali, rasanya sudah tidak ada lagi umpatan atau omelan pada sang ketua OSIS sangking emosinya ia.

Amarahnya itu hanya berhasil ia salurkan lewat kegemasan dan kegeregetan pada kertas-kertas tak berdosa yang dibawanya. Karena rasanya tidak mungkin ia meraung dan menerjang ketua OSIS Catralingga. Kecuali ia memang benar-benar ingin berhadapan dengan kepala sekolah.

Kertas-kertas itu kembali berhamburan, siapa lagi pelakukann jika bukan Lia. Meraung-raung sambil melemparkan kertas-kertas formulir pendaftaran yang sudah disetujui. Napas gadis itu masih naik turun, amarahnya juga belum reda bahkan kepalanya pun masih berasap karna si lawan bicara yang masih belum menanggapi apa-apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang