Hari kembali pagi dan aktivitas pun dimulai untuk waktu yang panjang. Semua siswa kembali berjalan dengan ramai dari asrama menuju sekolah. Selain sekolah yang selalu mendapatkan predikat baik, diadakannya asrama pun melatih para siswa untuk mandiri mulai dari masalah pakaian dan kebutuhan lainnya, tidak melulu harus di awasi dan di ladeni oleh orang tua atau asisten rumah tangga.
Zefanya pagi ini terlihat begitu cantik seperti hari-hari biasanya. Rambut panjang yang terurai melewati bahu dan sangat rapih. Selalu menenteng buku dan tas laptop ditangannya. Selain cantik,pintar,ramah, Zefanya juga sangatlah produktif. Mulai dari pakaian,cara berhias yang sesuai dengan umur dan aturan sekolah serta kegiatan menulisnya. Beredar rumor bahwa ia punya satu karya seperti novel di platform menulis dan pembacanya sudah jutaan. Pasti sebentar lagi jadi penulis terkenal yang bukunya selalu best seller.
Sedang berjalan tenang ia melihat Daffa, Bimo dan Gevan sedang berjalan juga tidak jauh dari dirinya sambil sesekali tertawa riang. Maybe jika saja author ada di salah satu mereka sudah nangis di pojokan kali yah, melihat cobaan teman yang sangat-sangat berbakat dan godlooking.
skip.
Zefanya tersenyum cukup lama padahal ia terkenal sebagai gadis yang dingin dan jarang sekali berekspresi pada siapapun. Hal ini menjadi teka-teki bagi banyak teman seangkatan maupun adik atau kakak kelas yang melihat. Pasti perihal pria yang ia sukai ada diantara Daffa,Bimo dan Gevan. Satu circle rupawan jadi menambah tingkat kerumitan admin-admin ghibah dalam memecahkan sebuah rahasia yang masih terjaga rapih oleh si empunya.
Setelah sadar selanjutnya ia kembali menetralkan wajah dan ekspresi dan melanjutkan perjalanan yang tetunda untuk menuju kelas.
,
Mata pelajaran pertama adalah matematika. Kebetulan Bu Tyas guru mata pelajaran nya tidak masuk, mereka semua hanya diberi tugas dan deadline pengerjaan. Meski tak ada guru bukan berarti ada alasan untuk bermalas-malasan untuk tidak mengerjakan, mereka semua malah makin leluasa untuk belajar lebih paham dengan beberapa cara yang coba dijelaskan oleh teman yang memang paham betul.
Tapi kali ini Gevan malah mengajak Oca, Silfa,dan Sita untuk ikut bersamanya dan 2 teman baiknya siapa lagi kalau bukan Daffa dan Bimo. Mau tak mau Oca ikut karena yang lain mengangguk setuju dan barangkali ada hal penting yang harus segera dibahas.
Sampailah mereka di belakang gudang olahraga yang memang sangat sepi setelah meminta izin tentunya pada ketua kelas yang dijabat oleh Raya. Jujur saja Oca baru kali ini tahu bahwa di sekolahnya ada tempat se-sepi dan jauh dari keramaian seperti saat ini.
"Mau ngomongin apa sih?" tanya Sita pada Bimo yang asik mengunyah permen karet dan bermain game di handphone-nya.
Bimo tidak sama sekali merespon sehingga Daffa yang berinisiatif menjawab " kita juga belum tau, Gevan ajak kita kesini dan bilang mau bicarain sesuatu".
"Lanjut Van mau ngapain kita??" Kini Oca angkat bicara.
Gevan celingak-celinguk mengecek betul bahwa tidak ada yang menguping atau lewat kemari. " Gua ada ide gila buat liburan semester ini, tapi gua gak tau kalian setuju atau enggak" kini Gevan mulai memberi awalan pada rencananya.
"Ujian aja belum udah mikir liburan" sanggah Silfa yang diangguki seluruh-nya.
"Justru itu kita harus rencanain dari jauh hari biar gak mepet. Ini sih sedikit gila menurut gua sendiri, gua mikirin ini karena gua tahu kalian gak akan dijemput kan semester ini? apalagi ini liburan kenaikan kelas, kita pasti dikirim guru les lagi" lanjut Gevan.
Lama cukup hening akhirnya Bimo,Daffa dan sita langsung buka suara " iya pasti sih" jawabnya ketiganya kompak.
"Selama di SMA Pramudya gua gak sama sekali liburan atau sekedar pergi piknik. Semester pertama kelas 10 kemarin cuman jalan ke mall doang, udah itu aja" tambah Sita mendramatisir keadaan.
"Tandanya ada kalaupun cuman sekali Maemun!" Kesal Silfa pada Sita.
" Emang-nya apa rencana lo Van" kali ini Daffa yang ingin memastikan.
"HIKING" jawab Gevan cepat dengan wajah sumringah.
"Bukanya hiking itu kayak pendakian gitu kan? yang biasa disukain sama anak pecinta alam? emangnya kita bisa?" Bimo kini ragu pada dirinya sendiri terlebih ada 3 perempuan yang ikut bersama.
" Iya, tapi kita gak usah ndaki gunung yang biasa dijelajah sama anak PA, kita cukup ndaki bukit aja. Tadi malem gua udah coba cari di internet bukit apa yang bagus dan cukup populer juga di daerah sini dan gak perlu keluar kota" Gevan ini kalau sudah merencanakan sesuatu selalu totalitas dan terstruktur jadi jangan sangkal atau mengira bahwa ia tidak bisa menjawab pertanyaan dari yang lainnya perihal ini.
" Gua kurang yakin sih apalagi kita gak tahu apa-apa tentang tempat, kondisi dan apa yang dihadapin di sana nanti" saran Silfa antisipasi.
" Gue juga" kini Oca malah tidak memihak Gevan.
" Gua mikirin ini semua untuk kesenangan kita juga, gua nggak mau diantara kita ada yang yang kayak kak Jody tamat dari sekolah ini kena kanker otak atau fatalnya kak Anita, meninggal karena gak pernah ada yang tahu selama ini tertekan sama semua aturan sekolah dan orangtuanya. Kita cuman remaja 17 tahun yang seharusnya dan saatnya tumbuh berkembang dengan bebas meski dengan batasan aturan. Harusnya dengan beban yang mereka beratkan mereka sadar untuk kasih waktu buat kita, anak mereka bukan hanya belajar dan belajar. Gua juga tahu kalau selama ini kalian juga tertekan tapi gak mau ngebantah. Gua juga gitu tapi ini momentnya karena setelah ini gak akan pernah keulang lagi" Gevan meyakinkan.
Karena memang pada awalnya ia ingin mengukir satu kisah panjang yang bisa dikenang sampai 10-50 tahun kedepan bahwa ia pernah menikmati masa remaja. Lebih tepatnya memberi satu kesan indah di masa SMA untuk cinta pertamanya,Oca. Mengingat setelah lulus dari sini ia tidak bisa lagi bersama karena rencana sudah sedemikian rupa ia atur yaitu kuliah di luar negeri.
Semuanya mendadak diam tidak ada yang bersuara. Gevan benar, ia hanya menyuarakan isi hatinya untuk teman-temannya juga. Terutama Oca kini tertunduk dalam, jauh di hatinya ia tidak bisa untuk berbohong pada orang tuanya. Tapi dipikir lagi memang benar, kenapa mereka semua tidak memikirkan Oca dari sisi anak yang seharusnya bisa bebas mengenal banyak hal bukan hanya belajar. Meski Oca sendiri tahu belajar adalah salah satu kunci masa depan.
Sedang dalam keheningan tiba-tiba saja seorang muncul dari dalam gudang yang jelas sangat mengejutkan. Orang itu Lira, gadis urakan yang tidak pernah taat aturan. Keluar dengan tampang kucel,rambut berantakan dan satu lagi sebatang rokok yang masih hidup ditangannya.
" Akhirnya ada yang satu pemikiran sama gue" ucapnya dengan senyum tengilnya yang sinis.
" Lo denger semua nya??" tanya Bimo langsung bertindak.
Lira mengangguk dengan gaya cold-nya
" gue nggak akan bocorin tenang aja. Asal kalian ajak gue kalo keluar, kalo lo cuman semasa SMA gak lagi bebas gue apa kabar? gue yang kalian anggap barbar, brandal sekolah atau bebanlah itu adalah target selanjutnya setelah kak Jody dan Anita. Gue hampir mati disini sampai saat ini!" Dengan gaya sok-nya itu Lira menyampaikan unek-unek yang selama ini hanya ia lampiaskan pada rokok setiap harinya.Cukup kaget dengan pengakuan Lira tapi ini adalah kali pertama mereka mendengar suara Lira dengan kalimat panjang. Biasanya ia hanya melengos dengan tatapan sinis dan main tangan jika ada yang mencoba memaksa.
"Jadi gimana? Ini keputusan kalian semua guys?" Gevan meminta keputusan dari teman-temannya.
Lama mereka berlima diam, bertarung dengan pikiran masing-masing hingga akhirnya menemukan jawaban yang sama yaitu.....
Selamat membaca untuk seluruh penikmat cerita di dunia. Dimanapun kalian berada semoga dalam keadaan baik ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKING (END)
Mystery / Thriller10 orang siswa merencanakan Hiking atau sebuah rencana pendakian pada sebuah bukit yang cukup sering didaki oleh para pecinta alam. Mereka tak tahu sebenarnya seperti apa tempat itu namun saat melihat gambar atau suasana dari pencarian internet. Me...