Mereka memutuskan untuk tidak beristirahat, berjaga-jaga jika Lira yang kini bersama mereka bukanlah nyata. Oca masih tidak mau berbicara pada siapapun, dia diam meski terlihat jelas matanya sangat lelah dan ingin tidur. Tapi jika memang lira yang ia tolong bukanlah nyata ia mesti bertanggung jawab demi keselamatan yang lainnya.
Lira membuka bicara di suasana yang hening dan canggung. " Sorry, gue buat kalian nggak percaya. Tapi ini beneran gue Lira" ucapnya masih ragu karena teman-teman menatapnya penuh tanya dan waspada.
" Kok lo bisa selamat dari jurang? dan selama ini Lo kemana?" Silfa menyaut untuk mengomentari Lira.
" Gue juga nggak nggak tau, kalian pasti nggak akan percaya. Tapi waktu jatuh kedalam jurang bangun-bangun gue ada di bawah pohon besar banget, badan gue diiket kuat, dan disana udah ada Bimo, nggak lama akhirnya ternyata Sita juga ada disana. Kita bertiga" jelas Lira.
" Berarti lo tahu dimana sita dan Bimo sekarang?" Oca antusias ketika mendengar pernyataan Lira.
" Bener, Lo bisa bawa kita ke tempat Bimo dan Sita di sembunyiin" tambah Daffa.
Tapi bukanya mengangguk, Lira justru menggeleng " nggak bisa, disana yang bisa ngelepasin adalah diri kita sendiri. Disana kita cuman di kasih clue 'sadar' dan setelah itu kita yang berjuang gimana caranya" tambah Lira.
" Lo nggak lagi membual kan?" Silfa masih ragu.
" Trus kenapa Lo tiba-tiba disini? Teriak minta tolong? Masa Lo nggak inget gimana cara Lo keluar" tegas Zefanya mengintrogasi.
" Gue sadar sama kesalahan apa yang gue buat dan minta maaf sama diri gue sendiri untuk nggak ulangin lagi kedepannya, setelah itu gue nggak inget apa-apa dan bangun udah ada di tengah hutan yang sama sebelum gue berpisah dari kalian" Lira benar-benar mengatakan kejujuran, selama ini ia memang punya citra buruk di mata semua orang, tapi ia tidak pernah berbohong tentang apa yang dilaluinya. Meskipun ia yakin bahwa yang lain tidak akan mudah percaya ucapannya.
" Gue percaya sama lo Ra? Sebelum nya kita juga dapet clue yang sama berupa kata 'sadar' yang dibuat sama monster menakutkan itu" Oca membuka jalan untuk petunjuk selanjutnya.
" Jadi clue 'sadar' itu ada di diri kita masing-masing. Pantesan monster itu terus ngejar kita dan belum ada tanda-tanda jalan keluar untuk pulang atau sekedar jalan utama tujuan kita" via membuka pikiran semuanya dengan ucapannya yang merupakan semua kesimpulan dari sulitnya jebakan yang terus terjadi.
,
Pagi sekali mereka sudah bangun. Bersiap untuk mencari petunjuk lagi dan berharap dapat menemukan Bimo ataupun Sita. Terlihat via mengamati jam dan tanggal di handphone nya. Sudah 4 hari, dirinya berhasil hidup bebas meski sulit dan takutnya luar biasa.
Ia mengamati banyak temannya yang berjuang untuk pulang, wajah mereka yang tadinya begitu putih,bersih dan rapih saat ini compang-camping kelelahan. Ia berhasil untuk menghindari pengobatan rutin.
Jauh didalam hatinya ia pun terus bertanya-tanya, bagaimana reaksi mamah papah nya, orang tua seluruh teman-temannya yang begitu disiplin terhadap banyak kegiatan seharusnya.
Pastinya cemas namun juga marah karena mereka semua membantah. " Maafin via mah,pah tapi via pengen ngerasain jadi anak pada umumnya sekali aja seumur hidup" ujarnya sambil menatap langit dari balik daun yang lebar.
Tieogo kini duduk tepat dismping via. Via tersenyum melihat pria disampingnya, semua orang menganggapnya sebagai orang yang urakan dan biang masalah tapi kenyataannya sejauh ini Tiego adalah laki-laki paling baik yang pernah ia kenal.
Laki-laki yang selalu mementingkan dirinya meski dirinya susah, sayangnya Tiego harus menyukai dirinya yang sakit-sakitan. Harusnya dia bertemu dengan perempuan sehat, lucu,cantik seperti Oca contohnya. Via sadar betul bahwa Oca tertarik dengan Tiego.
" Sudah minum obatnya?" Tanya nya memastikan.
Via mengangguk, namun terlihat pula Oca di belakang sana terus mengamati mereka.
" Tie mending kamu pakein ini ke Oca, aku pengen banget punya temen perempuan yang jepit nya sama" via meminta dengan harap." Oke, aku kesana dulu ya" tanpa banyak pertimbangan Tiego langsung mengiyakan.
,
Tiego berjalan ke arah Oca dan berhenti tepat disana " ca, ini ada jepit dari Via. Dia minta gue pakein ini ke lo, maaf yah gue pakein" ucap Tiego dengan senyum terbaiknya.
Oca diam seribu bahasa, mimli apa dia semalam ketika bangun pagi mendapati Tieogo memasangkan jepitan di rambutnya langsung. " B..boleh kok" jawab Oca sedikit ragu sambil mengangguk.
" Cantik" setelah memakaikan tie mengucapkan satu kata itu yang pasti membuat Oca makin grogi saja. " Gue balik kesana ya" sapa nya menjauh.
Oca hanya menjawab dengan anggukan. Bibirnya tersenyum lebar, sepanjang perjalanan bahkan ia tak henti terus tersenyum sambil sesekali memegangi jepitan rambut yang dipakaikan langsung oleh Tiego.
Gevan yang melihat itu paham betul, tapi rasa nya lega karena hari ini senyum diwajah Oca terbit kembali meski Gevan sadari senyum itu bukan karena dirinya. Tapi itu sudah lebih dari cukup.
Sedang berjalan tak tentu arah tiba-tiba saja sebuah benda terlihat jatuh dari atas tepat didepan mereka ber-8, ternyata benda yang dikira jatuh itu adalah Bimo yang tidak tahu dari mana asalnya.
" Bimo!!" Teriak semuanya yang kaget sekaligus lega. Gevan mengecek keadaan Bimo yang ternyata baik-baik saja dilihat dari detak jantung dan nadinya. Hanya saja seperti lira, Bimo juga penuh dengan luka-luka dan keadaan nya saat ini adalah pingsan.
Daffa mencoba menepuk-nepuk wajah Bimo berusaha membuat siuman. Dan benar saja Bimo segera tersentak dari tidak sadar nya. " Guys, gue nggak mimpi kan bisa balik?" Ucap nya tak percaya.
" Lo kenapa bisa hilang malem itu bim, sita gimana?" Silfa malah mendera Bumi yang baru saja bangun dengan pertanyaan tentang keberadaan sita.
" Sita, sita bahaya" Bimo mengucapkan itu dengan sangat tergesa sehingga nafasnya belum stabil.
" Bahaya kenapa Bim?" Oca panik.
" Waktu kita nggak boleh lama, ini tempat aneh. Kemaren gue dapet clue baru kita hanya boleh sampai 5 hari disini atau nggak akan pulang sama sekali!" Jelas Bimo mengejutkan, jelas makin membuat mereka panik luar biasa. 1 hari lagi waktu mereka untuk menemukan jalan keluar.
" Gue tahu dimana Sita, kita harus ke ujung hutan dan disana kita harus bener-benet yakin kalau kita kerja sama dan nggak kesal sama sekali. Selama ini gue, lira dan Sita ada ditempat yang terus kalian lewatin hanya aja kalian yang panik, dan punya rasa kesal nggak akan lihat itu" jelas Bimo lagi.
" Puzzle nya makin lengkap" Zefanya berseru. " Nggak ada pilihan lain, kita singkirkan dulu perasaan pribadi kita untuk temuin lira dan segera keluar!" Seru Zefanya lagi.
" Apa disana nanti akan ada monster itu lagi?" Tiego berjaga-jaga takut jika via nanti tidak bisa ikut berlari sekencangnya.
" Ada! Pasti ada, mereka semua ngawasin kita. Tapi kita harus buat strategi untuk mengecoh makhluk aneh itu dan bawa sita keluar baru ketemu di satu titik" kehadiran Bimo benar-benar menjadi titik terang petunjuk-petunjuk lain terbuka.
" Gue punya ide" Gevan berseru sambil mengeluarkan kertas karton putih di tasnya beserta spidol.
Pertaruhan di mulai untuk menentukan dapat atau tidaknya mereka keluar dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKING (END)
Misterio / Suspenso10 orang siswa merencanakan Hiking atau sebuah rencana pendakian pada sebuah bukit yang cukup sering didaki oleh para pecinta alam. Mereka tak tahu sebenarnya seperti apa tempat itu namun saat melihat gambar atau suasana dari pencarian internet. Me...