9.

31 5 0
                                    

"Dek, tolong buangin kantong sampah di deket tangga itu, gue mau mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dek, tolong buangin kantong sampah di deket tangga itu, gue mau mandi."

Yasmin yang lagi pakai apron dan sarung tangan cuci piring itu mempercepat aktifitasnya. Menata piring yang baru dibilas ke rak, baru setelah itu berlalu menuju kantong sampah yang teronggok tidak tepat pada tempatnya. "Iya."

Setelah UAS dan class meeting berlalu, sekolah memberi waktu dua minggu pada siswa-siswinya untuk libur. Dan waktu itu adalah waktu paling tepat untuk kedua kakak-beradik yang rumahnya super berantakan untuk bersih-bersih. Haedar juga lagi nggak ada kelas pagi, kelasnya baru dimulai pukul satu siang nanti.

Kala itu pukul delapan dan pekerjaan mereka sudah hampir selesai, sisa kekacauan sarapan di pagi itu juga sudah dibereskan semua.

Yasmin ambil kantong sampah yang nyatanya lebih berat dari kelihatannya pakai dua tangan, dijatuhkan kembali untuk menarik gagang pintu dan terkejut dengan apa yang dia lihat di teras rumah. "What the f- Kahl?!"

"Hey." Sapa si pemilik daksa dengan hoodie menutupi sebagian kepala. Kedua kakinya naik ke atas kursi dan tangannya dimasukkan ke dalam saku baju hangat itu. Gerbangnya memang dibiarkan tidak terkunci oleh Haedar setelah dia pulang main malam tadi. Dari teras pula bisa Yasmin lihat mobil lelaki itu terparkir sembarangan di pinggir jalan.

"Dari kapan di situ?"

"Tiga jam lalu? I don't know. Dari masih gelap." Aneh. Kahl dan kalimat 'sudah bangun pada jam lima pagi saat libur sekolah' adalah perpaduan yang aneh, karena lelapnya lelaki itu nggak akan lebih awal dari pukul tiga pagi. Dan yang lebih anehnya adalah lelaki itu datang ke rumahnya saat pagi buta tanpa melakukan apa-apa.

"Gosh." Kesah Yasmin tak habis pikir.

Yasmin menatap Kahl sekali lagi sebelum lanjut mengangkat kantong sampah, membawa dengan kewalahan sebelum kemudian kantong sampah itu terlihat ringan ketika berpindah pada cekalan Kahl.

Yasmin memperhatikannya. Bagaimana lelaki itu meletakkan kantong sampah ke depan rumah, lalu kembali menuju ke arahnya dengan tangan dimasukkan ke kantung hoodie. Dan fokusnya terbagi dua pada muka Kahl yang pucat, bawah matanya yang menghitam, pula pada bibirnya yang kering.

Yasmin tahu lelaki itu melewati malam dengan buruk.

Atau kalimat lebih tepatnya, malam nggak pernah begitu ramah pada Kahl. Jika diibaratkan, tujuh dari sepuluh malam yang dilewati lelaki itu hanya berisi mimpi buruk. Lalu sisanya Kahl isi dengan pergi bersama Jay, menyibukkan diri dengan buku, atau menghabiskan waktu dengan menelepon Yasmin. Kesemuanya dilakukan semata-mata agar pagi lebih cepat menjemputnya.

Dan sayangnya panggilan pada beberapa hari lalu nggak lebih baik dari mimpi buruk yang biasa lelaki itu alami. Yasmin sedikit ngerasa bersalah karena itu.

"Ngapain ke sini?" Tanya Yasmin, dihadiahi kedikan bahu oleh Kahl. Lelaki itu seolah nggak punya ide untuk mengarang dengan baik, atau menjawab dengan jujur, kalau dia ke sini cuma karena ingin dengar suara gadis itu, untuk ditemui presensinya secara nyata.

The Cut That Always Bleeds • Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang