Ebony Eyes

1.4K 61 5
                                    

Setelah beberapa lama Jiyeong berbincang dan bercanda gurau dengan kedua sahabatnya, Ia berpamitan untuk pulang lebih dahulu. Berbagi tubuh dengan janin berumur 3 bulan membuat Jiyeong kerap merasa cepat kelelahan dan mual-mual. Rasanya Ia hanya ingin bermalas-malasan diatas sofa sembari meminum teh mint dan memakan sedikit biskuit asin untuk mengurangi mualnya.

Angin musim panas memang yang terbaik. Hangat dan sejuk seimbang. Sekarang Jiyeong sedang menunggu taksi tepat didepan café yang tadi Ia kunjungi. Hawa sore ini makin panas saja, tatapi tidak sepanas mata Jiyeong ketika melihat sesuatu yang tak ingin Jiyeong lihat. Jiyeong melihat suaminya baru saja keluar dari sebuah bar yang berada tepat disebrang dimana Jiyeong sekarang berpijak. Luhan tak sendiri, Ia bersama seorang lelaki berperawakan tinggi berkulit pucat, lelaki itu merangkul mesra Luhan.

Jiyeong terkejut bukan main. Lelaki yang sedang merangkul mesra suaminya itu adalah penyebabnya. Tubuh tinggi tegapnya, kulit pucatnya yang sangat kontras dengan rambut blondenya, hidung bangirnya, garis dagu yang kuat, serta rahang yang kuat itu membuat Jiyeong tercengang. Tampan luar biasa. Benar-benar kontur wajah yang sempurna. Namun, bukan itu alasan mengapa Jiyeong tercengang ketika melihat lelaki itu. Itu karena lelaki itu adalah Lee Sehun. Lee Sehun yang pernah Ia kenal dahulu. Mendadak, memori Jiyeong tentang Lee Sehun mengalir kembali.

Dan Jiyeong melihat senyum itu lagi, senyum bahagia Luhan yang tak pernah Ia dapatkan. Jiyeong mengepalkan tangannya diluar kesadarannya. Sulit sekali mendeskripsikan perasaannya ketika melihat suaminya bermesraan dengan seorang pria, di diskotik gay bernama Adam's bar pula. Jiyeong memejamkan matanya erat-erat, Ia hanya ingin segera pulang.

......

"Hannie, kau benar-benar ingin pulang? Ini masih terlalu sore. Apa kau tidak merindukanku?" Luhan dan Sehun sudah berada dihalaman depan bar, tetapi Sehun malah memberatkan Luhan untuk pulang. Sebenarnya, Ia masih ingin bersama dengan Sehun. Tidak ada tempat yang lebih menyenangkan selain berada didekapan Sehun. Hanya saja, Luhan harus sadar diri bahwa ada seseorang yang sedang menunggunya dirumah. Luhan harus menepati janjinya, Ia tidak boleh membiarkan Jiyeong tahu tentang rahasia gelapnya bersama Sehun. Luhan harus menjaga perasaan istrinya.

"Maaf Sehun, ada beberapa pekerjaan kantor yang belum aku selesaikan. Kita akan bertemu kembali setelah kepulanganmu dari Itali." Luhan melemparkan senyuman termanis untuk Sehunnya agar kekasihnya itu tidak terlalu kecewa.

Sehun mengedus lalu berkata, "Baiklah." Salah satu tangannya merangkul Luhan, mengantar Luhan untuk masuk kedalam mobil terlebih dahulu.

Ketika Sehun hendak ingin masuk kedalam mobil menyusul Luhan, Sehun dikejutkan dengan seorang wanita bermata indah yang sangat tak asing baginya. Irisnya berwarna hitam pekat dan jernih seperti danau kaca. Wanita itu mengenakan gaun pendek berwarna putih gading, rambut cokelatnya dibiarkan tergerai indah, bibir tipisnya tampak merah karena dilapisi gincu. Hanya saja ekpresi wajahnya terlihat seperti orang yang sedang tertekan, Ia tampak menyedihkan. Wanita itu tidak pernah berubah. Selalu membuatnya terpukau. Wanita yang selalu indah dimata Oh Sehun, wanita yang selalu menjadi bunga tidurnya.

Sehun tak bisa melepaskan pandangannya dari wanita disebrang jalan itu. Perlahan, tatapan sendunya tadi berubah menjadi tatapan kebencian yang teramat membara. Ia tidak boleh merasa lemah hanya karena perasaan bodohnya. Luhan adalah cinta satu-satunya. Ia harus menghancurkan wanita yang seharusnya sudah menjadi bagian dari masa lalu kelamnya itu. Segera. Sehun pasti akan bahagia, bahagia karena dendamnya telah terbayar, bahagia karena tak akan ada yang mengusik percintaanya dengan Luhan lagi.

"Hannie, Bisakah kau cepat sedikit? Aku tidak bisa berlama-lama." Teriakan Luhan yang terdengar dari dalam mobil membuyarkan lamunan Sehun.

"Yes, Princess!" Balas Sehun lalu langsung bersegera masuk kedalam mobil menyusul Luhan.

I'm not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang