Setelah perjalanan Afma untuk mencari pujaan hatinya selesai. Rika segera mengajaknya untuk makan. Betapa bodohnya, Rika baru menyadari sebab Afma tidak makan sedari tadi. Bukan karena Kafa, melainkan Afma yang tidak suka dengan soto.
"Dimakan Ning nasi gorengnya," ucap Rika pada Afma yang hanya mengaduk-aduk tanpa minat nasi goreng spesial pakek telor yang ada di depannya.
"Pernah gue mikir, kalau enggak akan bisa move on dari Kafa sampai kapanpun. Dan ini udah dua tahun." Afma kemudian menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya. Ia mengunyah dengan pelan. Sampai membuat Rika jengkel.
"Tap-" Afma langsung diseret Rika untuk meninggalkan warung dan menjauh dari sekumpulan teman laki-laki mereka yang berjalan ke arahnya.
Dua jam sudah alumnus SMAF itu berkeliling menikmati kebun coklat. Semuanya telah berkumpul di tempat parkir. Kali ini Afma harus terpisah dengan Rika, karena keterbatasan kendaraan yang mereka bawa dan ada Azhim yang sudah pulang terlebih dahulu.
"Af, lo sama Kafa ya." Attar berbicara pada Afma dengan santainya. Tapi Afma seperti spot jantung. Pasti akan canggung jika semobil dengan Kafa. Ya, walaupun mereka tidak hanya berdua, tetapi tahu sendiri kan Afma orangnya salting parah.
Di mobil, Afma hanya diam di antara Ila dan Ulin.
Afma hanya melihat pergerakan tangan Kafa yang mengendalikan stir mobil. Kedua netranya tak henti menelisik gerak gerik Kafa yang kemudian menekan radio mobil dan memutar lagu Rumah Singgah. Lagu Fabio Asher yang buming beberapa waktu ini.
Jika memang ini tak ada harapan
Mengapa aku yang harus jadi tujuanSaat hatimu terluka
Aku yang jadi obatnyaTanpa pernah kau hargai...
Cinta kasih yang setulus ini...Mengapa sulit
Ting...
Akhirnya fokus Afma teralihkan dengan notifikasi ponselnya. Ia tersenyum membaca pesan menggelItik dari Arka. Bagaimana bisa lelaki itu mempunyai sisi humor yang tinggi. Berbeda dengan Attar yang sedikit kaku.
Saat Afma mendongak, tak sengaja ia bersitatap dengan Kafa yang melihatnya di kaca kecil depan mobil.
Ada muka tak suka yang dipancarkan Kafa. Cepat-cepat Afma menghilangkan praduganya. Tidak mau jika harus sakit hati karena hal sepele seperti ini.
Afma kemudian mengetikkan kembali beberapa kalimat balasan, dengan senyum melekat di wajahnya.
Atensi Kafa sepertinya masih dirasakan oleh Afma. Begitupun dengan seluruh penghuni di mobil ini. Tak terkecuali Attar yang berada di kursi depan, samping Kafa. Ya bagaimana Attar tidak tahu, ia adalah salah satu kru yang mensukseskan 'peristiwa' yang terjadi pada Kafa dan Afma, beberapa tahun lalu.
Tiga puluh menit berlalu. Kini ke lima orang itu sudah tertidur dengan Edgar yang menyetir dan Kafa yang tepar di kursi paling belakang.
Edgar menyetir dengan santainya, kemudian ia mengarahkan mobil itu menuju resto makanan khas malang. Masih belum ada yang terbangun saat itu, hingga Afma terbangun dengan kebingungan.
"Af, minta tolong bangunin semuanya," pinta Edgar yang duangguki oleh Afma.
Mereka duduk di meja yang isinya enam. Berkumpul layaknya keluarga besar, hehehe.
"Pesen apa kalian?" Edgar begitu dengan lentangnya. Karena jujur saja, perutnya sudah keroncongan.
"Soto aja ya, semua samaain," ucap Attar.
Afma yang ingin menimpali dihentikan dengan Edgar yang bersuara, "Yang satu, ganti pecel ya." Spontan mereka menoleh pada Edgar. "Buat Afma kan?"
Attar mengernyit heran. Sementara tatapan Ila sudah tidak bisa dikondisikan.
"Alergi ayam?" Attar berkata dengan nada penasarannya.
"Enggak kok, semua makanan suka. Kecuali soto." Semuanya mengangguk paham.
"Kalo gue, suka nggak?"
"He?!" Beberapa pasang mata menoleh ke meja mereka berada. Memang sudah biasa, suara berisik mereka mesti mengganggu orang di manapun berada.
"Biasa aja dong, gengs. Di sini lagi ada tamu nih, Afma. Sekali-kali enggak papa kan bercanda. Nggak ada yang panas juga kan di sini?" Sungguh, Attar si paling kondisional. Ya, memang ada seluk beluk ketika ia berani menggoda Afma.
Tetapi bukan untuk maksud buruk. Sekedar mencairkan suasana saja, tetapi semua malah baper.
"Hehehe." Afma tersenyum canggung.
Tidak lama kemudian, makanan pesanan mereka sudah datang. Mereka makan dengan khidmat. Dan makanan mereka pun tanda dalam waktu singkat. Dan melanjutkan perjalanan pulang.
...
Sekarang Afma sudah berada di villa. Dan malam ini dia harus prepare karena besok mereka sudah harus kembali.
Untuk yang pertama, Afma melipat pakaian yang sudah ia cuci dan dimasukkan ke dalam koper. Namun, ketika ia mengerek resleting koper, ada yang bergetar di bawah koper. Dan ternyata HP nya berbunyi.
"Kafa? Yang bener? Salah pencet kali." Ketika hendak mengabaikan panggilan tersebut, Afma menjadi urung.
"Ya Assalamu'alaikum?"
"Wa'alaikumsalam. Afma besok lo pulang bareng gue ya? Soalnya gue mau mampir ke Nenek." Afma mengerucutkan bibirnya. Kenapa semua orang jadi pemaksa seperti ini sih.
"Maaf sebelumnya. Gue sudah janji sama seseorang buat pulang bareng. Maaf banget. Sekian terima kasih." Afma menjadi kesal. Biar saja Kafa tidak suka padanya setelah kejadian ini.
Namun, saat hendak menutup panggilan, Kafa mengucapkan satu kalimat yang membuat dunianya terguncang.
"Bahagia terus ya, sama kakaknya Attar."
Next chapter...
JADIKAN AL QUR'AN SEBAGAI BACAAN UTAMA.
Alhamdulillah yey, update lagii.