Part 1

4.5K 276 64
                                    

Happy Reading!❤️
•••

Berada di kampus yang sama sekali bukan berasal dari kalangan Gia sebenarnya memberi tekanan batin tersendiri bagi gadis itu. Tapi tetap saja, disinilah Gia berada, di salah satu kampus swasta ternama di Indonesia, berusaha memanfaatkan beasiswa untuk mahasiswa–mahasiswi miskin yang tersebar di negeri ini.

Gia tidak sepintar itu untuk mendapatkan beasiswa bagi yang cerdas sehingga ia memanfaatkan kondisi ekonominya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Beasiswa yang Gia ambil sangat terjamin, dimulai dari segala administrasi perkuliahan yang gratis sampai jaminan bekerja di perusahaan yang terkait setelah lulus.

Gia melangkah masuk ke dalam ruangan kelas lalu mengambil kursi di deretan kedua dari depan.

"Absen dulu Gia." ujar Alena. Gadis yang duduk tepat di sebelah kiri Gia itu memberikan lembaran absen pada Gia.

Gia mengangguk lalu mengucapkan terima kasih dan mengambil kertas absen tersebut.

Gianna Abigail, nama lengkapnya.

Gadis dengan rambut sepinggang itu mencari namanya dan memberikan tanda tangan tepat di kolom yang tersedia. Setelah itu Gia memberikan kertas absen tersebut ke cowok di sebelah kanan Gia.

Gia tidak terlalu akrab dengan teman–teman di kelas ini, Gia hanya berteman dekat dengan beberapa tetangga di kompleks perumahannya yang memang kebanyakan mengambil jurusan yang sama yang Gia ambil dengan alasan kuota beasiswa terbanyak sehingga mereka memiliki peluang yang cukup besar.

"Gia, lo udah ngerjain tugas essay yang di kasih Pak Amir?" Gadis berambut panjang dengan warna cokelat gelap datang menghampiri Gia.

Gia mengangguk. "Iya, udah." Jawab Gia singkat.

"Lo ambil kasus apa?" Gadis yang Gia tahu bernama Evelyn itu menarik kursi kosong di belakang dan meletakannya disamping Gia. "Gue duduk sini boleh? Kita bahas dulu bentar mumpung dosen belum masuk, soalnya kalau nggak salah habis ini essaynya harus kita bawa ke ruangan Pak Amir 'kan?" Evelyn, nama Gadis yang sedang berbicara dengan Gia.  Evelyn memang tipe gadis yang sangat welcome dengan semua orang, namun meskipun begitu Gia tetap merasa sungkan untuk dekat dengan Evelyn karena gadis itu berteman dengan anak–anak petinggi di universitas ini.

Gia mengangguk. "Iya? Gue nggak tahu info itu." Gia menggeleng setelah mengatakan kalimat tersebut. "Gue ambil topik Kebijakan Luar Negeri Indonesia."

Evelyn mengernyit heran sebelum kembali mengubah ekspresinya menjadi biasa saja. "Iya, gue denger kayak gitu. Makanya harus bener–bener well prepare biar kalau di tanya–tanyain kita udah nguasain essay kita banget."

Gia mengangguk–anggukan lagi kepalanya. "Semoga sukses, ya." ujarnya.

"Iya, astaga. Apalagi gue suka punya gangguan panik gitu 'kan. Jadi kalaupun gue udah siapin secakep apapun itu, tetep aja detik–detik mau masuk pasti gue panik." Cerocos Evelyn sambil memasang wajah memelasnya.

Dalam hati Gia membatin, wajah orang–orang kaya memang berbeda. Mereka bebas memasang ekspresi apapun karena menurut Gia akan tetap terlihat cantik. Berbeda dengan Gia, jika Gia yang bertingkah seperti itu pasti wajahnya akan terlihat sangat jelek.

"Nggak apa–apa, makanya lo jangan terlalu mikirin, tenang aja dulu, biar pasti pas masuk lo tetap bisa kontrol." Gia berkata panjang lebar, senyum tipis–tipis ia torehkan agar menutupi ketidaknyamanannya. Gia tidak nyaman berbincang dengan Evelyn yang tidak dekat dengannya

"Gia, lo kok kaku banget sih? Biasa aja kali sama gue." Evelyn rupanya menyadari kecanggungan Gia.

Gia gelagapan, ia meringis berusaha memasang senyum untuk membalas perkataan Evelyn.

INNEFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang