❤️Happy Reading!❤️
•••Ren mengacak rambutnya. "Sialan! Ini gue nggak berniat mainin cewek itu 'kan?" Cowok itu berbicara dengan pantulan dirinya di depan cermin.
Hanya informasi saja, Ren sudah berdiri disitu sejak sepuluh menit yang lalu.
Ren masih menyipit, berkutat dengan segala hal yang mengelilingi kepalanya—nyaris merenggut kewarasan Ren untuk kesekian kalinya. Ren masih tidak percaya ia menawarkan tumpangan pada Gianna, adik tingkat yang baru belakangan ini berinteraksi dengan Ren terkait jualannya itu.
Tidak, seberapa bajingan Ren dalam mempermainkan cewek, ia tidak akan pernah menjatuhkan pilihannya pada cewek seperti Gia,—tipikal cewek miskin dengan beban hidup satu ton di pundaknya. Ren tidak sombong, hanya saja Ren tahu betapa bejat dirinya jika sudah bermain dengan perempuan. Sejauh Ren tidak menemukan titik betah, maka sesingkat itu hubungan mereka dan Ren tidak mau menarik tipe cewek yang akan menggoyahkan nuraninya untuk sekedar bermain bersama dalam lingkup percintaan Ren.
Ren harus menghindari hal ini.
Ponsel di atas kasur yang sempat ia lempar asal–asalan berbunyi membuat lamunan cowok itu buyar.
Evelyn.
Nama yang tertera di layar ponselnya seakan membuat segala kesadaran Ren kembali ke tempatnya. Dengan cepat cowok itu menekan tombol hijau untuk mengangkatnya.
"Kamu dimana?" Suara Evelyn terdengar lembut dan halus meskipun lewat panggilan suara.
Ren berdehem sebentar sebelum menjawab. "Rumah. Kenapa?"
"Oh nggak, papi nanyain kamu tadi, katanya udah lama kamu ga main ke rumah."
"Iya, nanti aku main–main kesana ya sayang."
Ren berjalan menuju balkon lalu menghempaskan badannya di sofa yang terletak disitu.
"Udah? Itu aja?" Suara Evelyn kembali mengejutkan Ren, cowok yang sedang menyalakan rokoknya itu lalu berdecak sebal.
"Apa sayang?"
Lagi dan lagi, Ren hanya akan selalu merespon dengan pertanyaan ketika ada keluhan dari Evelyn dan tidak dia pahami.
Diujung sana Ren dapat mendengar Evelyn merenggut kesal.
"Aku tutup dulu ya, kamu mungkin capek jadi mulai kesel nggak jelas." Ren langsung mematikan panggilan tersebut dan menyimpan ponselnya diatas meja.
Sebenarnya malam ini Ren punya janji dengan beberapa kawannya di kampus untuk sekedar nongkrong ganteng di apartmentnya, well—nongkrong yang Ren maksudkan ini tidak terlepas dari minuman keras dan beberapa game yang akan mereka mainkan. Tipikal nongkrong Ren dan teman-temannya ada dua; jika membutuhkan perempuan maka kelab adalah pilihannya, namun jika murni ingin menghabiskan waktu bersama maka apartemen Ren akan menjadi tempat yang menyenangkan.
Ren memang punya satu unit apartemen yang dibelikan Rodrig untuk putra pertamanya itu, apartemen yang Ren minta ketika usianya mencapai batas legal menjadi dewasa dan tentu saja Rodrig memberikannya meskipun Emma bersungut takut jika apartemen itu akan digunakan Ren sembarangan. Namun Rodrig tetaplah pria dewasa yang pernah melewati masa muda seperti Ren dan dia paham sekali hal apa saja yang akan dilalui Ren, Rodrig tidak mempermasalahkan itu selagi Ren tidak berada dalam lingkup obat–obatan terlarang.
Melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan Ren, ia bangkit dari duduknya kemudian bersiap. Sebelum ke apartemen nanti Ren akan singgah di beberapa toko minuman keras.
•••
Gia mengambil sendal jepit lalu merapatkan sweater rajut yang ia kenakan sebelum keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNEFABLE
RomanceSequel INTERSECTION HALF ADULT [18+] Satu hal yang Gia tanamkan dalam dirinya adalah tidak akan pernah berurusan dengan kumpulan mahasiswa-mahasiswi kaya di kampus tempat Gia mengenyam pendidikan, terlebih jika mereka berasal dari fakultas yang sam...