Part 8

1.2K 131 77
                                    

🖤 Happy Reading!🖤
•••

"Beb, aku cariin kamu disini ternyata?" Dave melangkah menghampiri Gia, mengambil tempat diantara mereka yang sedang mengerjakan tugas kelompok.

Gia pucat pasi, seakan pasokan udara di sekitarnya hilang.

"Beb?!" Evelyn mengucap kaget. "Beb?! Lo..??" Ujarnya lagi, kali ini dengan mata melotot ke arah Dave.

Dave menunjukan senyum tipisnya lalu mengalungkan tangan ke bahu Gia. "Kenapa?" Tanyanya seolah tidak ada apapun yang terjadi, seolah buta terhadap Gia yang duduk seperti tak bernyawa di sampingnya.

"Lo sama Gia?" Evelyn bertanya terpatah–patah. "Gia... lo sama.. Dave?" Ia menatap juga ke arah Gia lalu mengutarakan pertanyaan yang sama.

"Gue ada janji sama Gia, tapi dia nggak balas chat gue, ternyata lagi disini." Dave berucap sembari memberi tekanan pada kata chat. "Ini belum selesai juga?" Tanyanya pada Evelyn.

"Udah sih, tapi—" Evelyn mengernyitkan alisnya.

"Kalau udah gue ijin permisi bawa Gia, ada janji lunch soalnya," Dave berdiri dengan sebelah tangannya menarik Gia.

Tepat setelah Dave berbalik, Ren sudah berdiri di belakangnya sehingga wajah mereka saling bertatap dengan jarak sekitar tiga puluh senti.

Ren memiringkan kepalanya lalu mengangkat ponsel, menunjukan pada Gia yang berada di belakang Dave. "Bokap gue suruh lo ke rumah sekarang."

"Bro, she's with me right now." Dave ikut memiringkan kepalanya—menghalangi pandangan Dave dengan Gia. "Gue anter dia ke rumah lo setelah urusan gue selesai sama dia." Lanjutnya lagi.

Ren tidak peduli, cowok itu maju lalu melepaskan telapak tangan Dave dari pergelangan tangan Gia dengan cepat dan menarik cewek itu mendekat. Hal tersebut disaksikan beberapa pasang mata disana.

Dave memegang bahu Ren, menghentikan langkah cowok itu. "Ren, dia cewek gue. Pagar makan taneman lo, eh?"

"Gue nggak peduli dia cewek lo atau kacung lo, yang gue tahu cuman— gue harus bawa dia ke rumah gue sebelum kontrak kerja nyokapnya diputusin." Ren yang sudah membelakangi Dave kembali berbalik.

"Nanti," ucap Dave. Kedua cowok itu ada dalam suasana tegang saat ini. "Dia bisa ke rumah lo setelah habis sama gue."

"Habis apa?" Ren terkekeh, pandangan cowok itu menyiratkan sesuatu terpendam dalam perkataannya. "Lo sepenting apa sampai bokap gue harus nunggu urusan lo selesai dulu?"

Tersenyum miring, Dave melangkah maju. "Gue harus jelasin disini?" Ia mengedarkan pandangannya menatap seberapa banyak orang yang duduk menikmati makan siang di kantin lalu beralih menatap Gia. "Gue harus bongkar sekarang?"

Gia yang semula tampak sombong seolah Ren datang menyelamatkannya mendadak pucat pasi. Ia menggeleng cepat. "Nggak, gue ikut lo." Gia menarik tangan Dave menjauh, cewek itu sedikit gemetar.

Ren kembali menghalangi jalan mereka. "Jam empat Gia, sore ini. Kalau nggak berarti nyokap lo nggak bisa kerja lagi sama keluarga gue."

Singkat, namun cukup mencengkam bagi Gia.

"Lo nggak sekaya itu untuk bisa biayain Gia dan nyokapnya. Jadi berhenti bersikap seolah mereka di bawah kontrol lo." Ren melanjutkan lagi perkataannya sebelum melangkah maju menghampiri Evelyn.

•••

"You look different," Evelyn menatap kekasih—dengan status kejelasan yang nggak terarah disampingnya lengkap dengan kerutan di alis cewek itu. "Is something happen?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INNEFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang