1. Kertas panitia dan Pulpen.

3 0 0
                                    

01.34 P.M

Pukul setengah dua siang bukanlah waktu yang menyenangkan. Terik matahari yang mengenai kulit terasa sangat gerah, bahkan tidak ada satupun mahasiswa Universitas Antari yang membuka matanya lebar. Bahkan beberapa pun telah menyembunyikan matanya dibalik kacamata hitam mereka, tak terkecuali gadis bersurai hitam gelap dengan dress berwarna biru muda dan tangannya yang dipenuhi oleh kertas.

"KEDOKTERAN DIMANA SIH JUL?" Teriak gadis tersebut lantang kepada teman yang berdiri disebelahnya itu, Juella.

"Bisa gak nyantai aja ngomongnya? Telinga gue udah panas makin kebakar." Jawabnya jutek.

"Hehe sorry, gue buru-buru"

"Lagian lu tuh dah semester 4 masih aja enggak hafal kampus lu sendiri. Noh disana belok kiri aja." Omel Juel kembali kepada gadis berbaju biru muda yang menyerupai langit saat ini.

"OKAY BYE LOVEE!!" Ucap gadis sembari berlari meninggalkan temannya itu, kasihan Juel.

"MAKASIHNYA MANA NORA AH ELAH!" Teriak Juel kesal, dan melanjutkan jalannya.

------

Setelah sampai di Fakultas Kedokteran, Gadis bernama Nora tersebut melanjutkan perjalanannya sembari mengatur nafasnya. Hey, berlari kencang dalam cuaca yang terik itu melelahkan!

Setelah berjalan sebentar, mata Nora terpaku oleh seseorang berbadan tinggi yang sedang berbincang dengan mahasiswa lain, Ia tersenyum dan segera mendekati pria yang sedari tadi ia cari.

"Permisi.." Ucap Nora lembut. Ia sepertinya tidak mempunyai keberanian untuk berteriak seperti pada Juel tadi.

"Ya? Oh Manora. Ada apa?" Pria tersebut membalikkan badannya dan langsung mengenal gadis tersebut. Lantas Ia membalik badannya dan menatap Nora.

"Maaf mengganggu waktu Bapak. Saya kemari mau kasih Bapak surat permohonan untuk acara Talent Show Pak." Ucap Nora sembari menahan nafasnya, Dosen satu ini memang sudah sering berurusan dengan Nora. Namun Nora tetap saja takut, aneh.

"Oh iya, nanti saya baca dulu ya. Kalau setuju saya kabari kamu." Balas dosen kedokteran yang dikenal Bapak Hari. Ia pun membalikkan badanya lagi.

Nora yang sudah merasa tidak ada urusan lagi pun ikut berbalik badan dan meninggalkan Pak Hari secara cepat. Namun dewi keberuntungan sedang tidak berada disampingnya hari ini, disaat Nora menjauh dari dosennya, ia malah tertabrak salah satu mahasiswa yang pastinya dari fakultas tersebut. Sial, apakah nasib Nora seburuk ini?

"E-eh sorry ya gue ga sengaja." Ucap Nora panik, ia pun mengangkat kepalanya untuk melihat wajah seseorang yang ia tak sengaja tabrak itu. Dan benar saja, ia salah satu mahasiswa di fakultas kedokteran.

"Santai aja, sorry gue juga ga liat." Balas lelaki berbadan tinggi dengan jaket denimnya tersebut, tersenyum kepada Nora sembari mengambil beberapa kertas yang berjatuhan dilantai. Bukan kertas miliknya, namun milik Nora.

Nora yang tersadar pun ikut mengambil kertas-kertasnya, rasanya Nora ingin sekali mengubur dirinya.

"Kertas lu banyak banget, anak BEM ya?" Tanya pria itu sembari memberikan beberapa kertas yang ia pungut kepada Nora.

"Eh iya, kok tau?" Nora bertanya dan mengambil kertas dari tangan pria itu, ia pun merapihkan kertas itu secara tergesah-gesah. Ia ingin segera meninggalkan fakultas kedokteran karena sangat malu.

"Nebak aja sih, soalnya temen gue juga BEM." Ucap pria yang baru ia temui itu.

"Ohh gitu, siapa temen lu?" Tanya Nora, walaupun ia ingin segera pergi, Nora adalah anak penuh basa-basi. Berbagai pertanyaan untuk mengobrol akan sangat mudah keluar dari bibirnya.

Somewhere Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang