49. Berhenti Berharap

1K 127 21
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Setelah selesai persidangan hari itu, Adneka langsung menghampiri mamanya yang berada di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai persidangan hari itu, Adneka langsung menghampiri mamanya yang berada di rumah sakit. Langkah kakinya sudah masuk ke dalam ruangan Agneta yang kini terbaring di ranjang.

Cewek itu terdiam di pintu beberapa saat sampai mamanya yang sedang mengusap kepala Agneta pun menyadari kehadirannya. Katerina pun menoleh dan melihat putrinya-Adneka yang kini hanya diam saja di tempatnya.

"Adne," panggilnya. "Sini!"

Agneta memang sudah sadar saat itu. Dari yang Adneka lihat cewek itu hanya memerlukan istirahat saja. Tapi entah kenapa ia jadi takut untuk bertemu dengan kembarannya. Apalagi setelah selama ini ia menjadi Agneta.

Tetapi Adneka tersadar ketika seseorang memanggilnya, "Kamu mau diam di sana aja?" tanya Agneta yang tersenyum lemah namun begitu menenangkan. "Kamu gak perlu takut."

Adneka pun menoleh ke arah Agneta. Apa ekspresinya sangat terbaca?

Ia pun akhirnya berjalan mendekat ke sana dan berada di antara mama lalu kembarannya. Dengan canggung Adneka pun tersenyum, belum terbiasa untuk ada di posisi ini. Seakan apa yang ia bayangkan tidak pernah terpikirkan bisa terwujud, meskipun sekarang tanpa ada kehadiran ayah.

"Lo gak apa-apa?" tanya Adneka memulai percakapan.

Agneta pun mengangguk dan kembali dengan senyuman cewek itu. "Tadi aku gelisah dan terlalu takut jadi drop deh. Cuma sekarang udah baik-baik aja, Adne. Kalau kamu? Gimana tadi sidangnya? Lancar, kan?"

"Cukup lancar." Adneka menjawabnya.

Katerina pun tersenyum memperhatikan kedua putrinya itu. Namun pertanyaan Agneta selanjutnya membuat suasana mereka seketika berubah. Menjadi begitu serius dan membuat Katerina jadi merasa bersalah karenanya.

Dalam Ribuan Hari Tentang MelukaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang