Ternyata sekolah di Tempat internasional seperti ini bukanlah hal mudah. Pintar bukan menjadi alasan supaya kita disegani.
Orang kaya, visual oke, jika mereka memiliki kedua itu niscaya banyak yang akan menyukai mereka.
Fanay, dia gadis dari keluarga berkecukupan, setiap dia mendongak ingin melihat sekeliling, yang dia dapatkan hanyalah pandangan remeh, dan lirikan sinis. Apa dia sehina itu sehingga mereka menatapnya sampai begitu?.
Untung keadaan itu tidak berlangsung lama karena setiap satu pelajaran selesai langsung istirahat.
Saat ini fanay dan dania sudah berada salah satu meja kantin, tunggu!? Kantin? Ah bisa dibilang ini restoran mewah, ini jauh beda dengan kantin di sekolah fanay yang lama. Suasananya begitu menyenangkan, dan menunya juga enak-enak.
Tapi yang membuat mereka berdua tidak nyaman adalah pandangan orang terhadap mereka terutama fanay. Kejadian tadi pagi memang disaksikan banyak orang sehingga sampai sekarang wajah fanay begitu dikenali.
"Gue aja yang pesan, lo tunggu disini aja" dania menepuk pundak fanay sebelum pergi memesan makanan untuk mereka berdua.
Sembari menunggu dania, fanay memilih membuka ponselnya daripada telinganya panas mendengar perkataan perkataan yang ditujukan terhadap dirinya.
5 menit fanay menunggu dan akhirnya dania datang dengan nampan berisi beberapa camilan dan dua minuman dingin.
"Wow kayanya enak banget" Ucap fanay seraya menyimpan ponselnya kembali. Dania tersenyum lalu duduk disamping gadis itu.
"Hari ini gue yang traktir" Perkataan dania barusan membuat fanay mendongak menatap bingung.
Seakan mengerti arti tatapan itu dania mengangguk pelan masih dengan senyuman "karna lo udah mau jadi teman gue" Cicitnya.
Fanay mengulum senyum "gue ikhlas jadi temen lo,thanks juga karna mau nerima gue sebagai temen lo" Mereka tertawa bersama karna merasa lucu dengan pembicaraan mereka.
"Em Nay, gue mau mesan Stik dulu ya, lo tunggu disini dulu oke?"
"Oke" Begitu mendapat jawaban, dania membawa nampan yang ada mangkok mie gorengnya dan melangkah pergi.
Tapi saat berbalik, nampan itu terjatuh dan mie tadi tumpah mengenai sepatu hitam seseorang dihadapannya. Dania mendongak dan langsung menunduk kembali saat mengetahui sosok itu.
"Nevan... sorry... gue gak sengaja" Tubuhnya bergetar hanya untuk mengatakan itu.
Fanay berhenti dengan aktivitas nya dan memilih untuk diam seraya mendengar dari tempat duduknya. Sesekali dia menoleh kebelakang untuk melihat apa yang terjadi, tapi dia kembali memalingkan wajahnya.
"Apa gini cara lo deketin cowok?" Senyuman muncul di sudut bibirnya dengan maksud meremehkan. Nevan menatap dania yang menunduk takut-takut.
"Nevan, gue... gue minta maaf, gue gak sengaja" Dania mendongak sekali lalu kembali menunduk, sekarang gadis itu seperti anak kecil yang kebingungan dengan tempat asing. Dia gugup dan gemetar.
"Gue..bakal bersihin sepatu lo atau gue beli yang baru" Dengan suara bergetar dania mencoba meminta maaf.
"Beli sepatu yang baru? Lo tau ini sepatu apa? Ini dibuat khusus di Paris! Lo bisa beli ini?" Tanya nevan sinis dan masih dengan senyuman sinis dan remeh.
"Jangan terlalu keras ,van. Dia cewek Manis" Timpal Nelson yang sebenarnya mencoba menghentikan nevan.
"Gue ingin menebusnya, gue.. gue bakal lakuin apapun asal lo maafin gue" Dania mencoba memegang tangan nevan dan cowok itu langsung menghindarinya.
"Apapun itu?" Dania diam, orang yang menyaksikan itu hanya menonton dan tidak sedikit yang merekamnya. Lio, haikal dan Nelson hanya diam berdiri di belakang nevan. Fanay tetap pada posisinya.
"Lo bisa apa?" Tanya nevan.
"Dia bisa bersihin sepatu lo sekarang" ucap seseorang yang langsung disoraki heboh oleh siswa lain.
"Atau menjilatnya" Ucap orang itu lagi dan sorakan semakin keras. Namun terhenti saat nevan mengangkat tangannya keatas.
"Itu?, tapi sebenarnya gue gak keberatan sih" Dania menatap takut nevan, bagaimana mungkin dia menjilati mie itu?
"Jilat" Nevan mencondongkan sepatunya kedepan, sehingga memperlihatkan mie yang tergeletak diatas sepatu hitamnya yang mengkilat.
Dania diam dan menatap sepatu itu.
"Mungkin kalo lo jilat sepatu gue, gue bisa maafin lo"
"Jilat"
"Jilat"
"Jilat"
"Jilat"
"Jilat"
"Jilat"
"Jilat"
BRAK
Fanay bangkit sambil memukul meja dengan keras.
Mereka semua terdiam dan kantin jadi hening kedap suara, mereka semua mengalihkan pandangannya ke seorang gadis yang berdiri disamping mejanya.
Fanay berbalik dan melangkah cepat lalu berdiri diantara Nevan dan dania.
Nevan menatap gadis yang menunduk gugup itu, senyuman kecil masih terpampang jelas diwajahnya.
(Yang nonton F4 thailand ep1 pasti tau seperti apa senyuman Thyme saat gorya dihadapannya).
"Apa yang lo lakuin" tanya nevan. Tapi fanay hanya diam.
"Jawab gue"
"Gue rasa itu berlebihan" Ucap fanay cepat saat nevan selesai berbicara.
"Lo bilang apa?" Barangkali nevan tidak percaya atas perkataan gadis itu.
"Gue bilang, itu berlebihan" sekarang dengan berani fanay ikut menatap nevan.
"Lo bisa lihat, temen gue gak sengaja kan? Lo bisa gak maafin dia? Tolong lepasin dia" Dengan raut gugup, khawatir, fanay masih menatap nevan.
"Lo berani ngomong gitu sama gue?"
"Gue gak-" Ucapannya terhenti saat mendapati nevan yang menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.
"Tentu saja" Nevan kembali berdiri tegak dan menelusuri sekitar dengan matanya.
"Tentu saja, gue Maafin temen lo sesuai perintah lo" Nevan menatap datar fanay lalu menoleh ke dania.
"Lo salah paham... gue gak... " belum sempat fanay menyelesaikan ucapannya, nevan melangkah melewati nya dan berdiri dihadapan dania.
Nevan mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu.
"Lo beruntung punya teman yang sangat baik" Setelah mengatakan itu nevan menarik kembali tubuhnya untuk menjauh dari dania dan melangkah pelan, dia melewati tubuh fanay dan meninggalkan kantin didiikuti f4.
🖤🖤🖤🖤
Part ini done ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
School 2025 (F4) | ON GOING
Fanfiction!!! AWAL PART AKAN MEMBOSANKAN TAPI KEDEPANNYA AKAN LEBIH BAIK!!! Nevan dan Fanay, dua insan yang dipertemukan dengan perbedaan. Nevan anak pengusaha terkenal dan sukses sedangkan fanay anak dari penjual roti. NOTES : Dalam story ini akan ditemuka...