First Meet

2 0 0
                                    

Membosankan. Pak Wira, Guru Kewarganegaraan sekaligus walikelas Vero tahun ini mengawali hari pertama sekolah dengan ceramah. Ada banyak hal yang dibahas, mulai dari keluarganya, anaknya, istrinya, bahkan tentang ayat-ayat suci kitab agamanya. Vero tidak begitu mengetahui tentang apa yang dibbicarakan oleh Pak Wira karena matanya sudah terkantuk-kantuk. Belum lagi suara Pak Wira yang lembut seperti dongeng pengantar tidur untuknya. Tidur jam 2 pagi dan bangun jam 6 membuat matanya tidak bisa lagi terbuka dengan lebar.

Vero terkerjap saat Tania menyenggol tangannya dan membuat kepalanya yang tertopang tangannya menjadi hampir terjatuh. Vero kemudian menatap Tania dengan isyarat 'kenapa' yang langsung dibalas Tania dengan dagunya yang menunjuk Pak Wira.

"Bagaimana Vero?"

Vero menatap Tania bingung. Berusaha bertanya tentang apa yang sedang ditanyakan Pak Wira. Tania menggerakan bibirnya mengatakan 'Ketua Kelas'. Memahami apa yang ditanyakan Pak Wira, Vero menjawabnya pelan. "Saya tidak berminat, Pak untuk menjadi ketua kelas. Mungkin yang lain ada yang lebih baik dari saya."

"Vero, saya wali kelas kamu tahun kemarin. Saya tahu bagaimana performa kerja kamu selama menjadi bendahara dan menurut saya kamu potensial untuk menjadi ketua kelas. Lagipula, ketua kelas tidak sesibuk itu." Bujuk Pak Wira, mencoba meyakinkan Vero.

Sebenarnya apa yang dilakukan Pak Wira dapat ditebak oleh Vero. Namun dia hanya menebak kalau tahun ini, dia hanya akan ditunjuk menjadi bendahara kelas seperti tahun sebelumnya. Namun ternyata tahun ini lebih parah. Pak Wira memang tipikal guru yang suka mengistimewakan siswanya, terlebih siswa yang dianggapnya 'potensial'.

"Saya tidak berminat, Pak," tegas Vero. Walupun Vero menganggap Pak Wira terlalu menyorotnya, sebenarnya Pak Wira bukan termasuk guru yang menyebalkan. Beliau baik dan ramah.

"Baiklah, mungkin kita adakan voting saja untuk ketua kelas dan alat kelengkapan lainnya." Untungnya Pak Wira tidak memaksanya. Vero tidak tahu lagi akan beralasan seperti apa kalau Pak Wira memaksanya.

Risa dan Putri berbalik menatapnya. Tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Vero. Vero menatapnya balik sambil menampakan ekspresi 'kenapa'. Risa dan Putri tidak mengatakan apapun dan kembali berbalik menghadap depan.

Aneh.

***

Vero berjalan berdampingan dengan Cia menuju kantin. Setelah hampir satu setengah jam Pak Wira ceramah yang digabung dengan pemilihan ketua kelas dan alat kelengkapannya, Vero akhirnya bisa keluar dari kelasnya.

"Gua jadi bendahara kelas, Ver."

"Bagus dong, selamat." Cia memang bukan bendahara kelas kemarin, dia hanya sering menemani Vero menagih uang kas ke teman-temannya. Tentu saja karena Vero tidak begitu hapal dengan teman-temannya, sehingga dia butuh bantuan Cia untuk mencari dimana orang dengan nama yang tertera belum membayar. Vero menganggap kalau Cia punya kemampuan untuk jadi bendahara.

"Gua gabisa, Ver. Dulu gua nemenin lu doang karena lu gaapal muka temen sekelas. Gua nunjukin doang mana orangnya. Gua gabisa kalo suruh nagihin orang." 

Vero mengangguk malas. Dia tidak tertarik dengan arah pembicaraan ini. Menurutnya Cia memiliki potensi, namun dia terlalu skeptis. Dan Vero malas untuk mendebatkan hal itu.

Sesampainya di kantin, seperti biasa kantin ramai oleh para siswa yang sudah jengah di hari pertama sekolah ini. Warung kantin yang biasa didatangi Vero dan Cia, Warung Bu Sri tampaknya paling ramai. "Ci, pindah warung sebelah, yuk. Males ngantri. Ntar gacukup waktu istirahatnya buat ngantri doang," tawar Vero.

Cia mengangguk. Di SMA Angkasa hanya ada 2x waktu istrahat yang masing-masing hanya 15 menit. Rasanya tidak akan cukup untuk menikmati makanan dengan nikmat apalagi dengan antrian yang sebegitunya. Daripada berdesakan, memang lebih baik pindah ke warung sebelah. 

Cia dan Vero kemudian berjalan mengitari kantin, mencari warung yang paing sepi. Dan tibalah mereka di warung pojok. Warung yang meman biasanya hanya di datangi kaum adam. Karena sudah tidak ada pilihan, Vero dan Cia memberanikan diri untuk tetap menghampirinya.

Begitu Vero dan Cia datang, semua siswa yang memang mayoritas cowok itu menatap mereka semua. Sepertinya mereka heran ada siswi yang berani memasuki markas mereka.

Cia bersembunyi di belakang Vero, sedangkan Vero dengan tanpa ragu langsung memesan makanan favoritnya. Esteh manis 1 dan batagor gapedes dan tanpa timun. Cia yang risih dipandangi kaum ada itu langsung mengikuti pesanan Vero tanpa berpikir panjang.

Vero sebenarnya tidak begitu masalah dipandangi seperti itu, toh mereka juga tidak kenal. Mungkn lebih tepatnya, Vero tidak mengenal mereka. Walaupunbegitu, menyadari Cia tidak nyaman Vero memilih untuk membungkus makanannya dan memakannya di depan kelas.

"Ver, Ver." Cia memanggil Vero pelan sambil menarik lengan Vero yang dia gelayuti.

Vero menoleh, "hmm?"

"Adrian, tuh. Ganteng banget. Dia liatin sini." Cia menunjuk seseorang yang sedang makan di ujung meja warung tersebut dengan dagunya.

Vero mengaati arah yang ditunjuk oleh Cia. Dan benar saja. Disana duduk seseorang yang katanya bernama 'Adrian' itu. Da cukup tinggi, wajahnya putih bersih dan benar dia melihat ke arah mereka.

"Hmm." Vero menanggapi Cia singkat. Sejujurnya Vero tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Namun dirinya terpaksa harus mengaduh lantaran Cia yang memukul pelan lengannya.

Tak lama kemudian, pesanan mereka sudah siap. Vero kemudian membayar pesanannya dan membawnaya pergi. Setelah agak jauh dar kantin, barulah Cia mulai mengomel.

"Gila, Ver. Lu engga terpesona apa sama Adrian? Ganteng banget gilaa. Mana tadi dia lihatin kita. Deg-degan gua sampe sekarang."

"Biasa aja. Gantengan juga Baekhyun." Byun Baekhyun, main vocalist salah satu boygroup terkenal Korea, EXO. Baekhyun merupakan ultimate bias Vero. Vero akan membandingkan semua cowok yang dia temui dengan Baekhyun. Itulah alasannya tidak berpacaran sampai sekarang. Karena menurutnya, tidak ada yang seperti Baekhyun.

"Duh, Ver. Kalo lu gitu terus gua yakin lu gakan punya pacar sampe tua. Udah Ver, lu harus nurunin standar lu. Percaya deh, kalo lu nurunin pacar lu pasti banyak. Sekarang aja coba hitung, udah berapa banyak yang lu tolak gegara dia engga kayak Baekhyun?"

"Iya, nanti juga turun sendiri standar gua." Vero menjawab asal. Perdebatan yang ujungnya selalu sama alias tidak berguna. Cia entah sudah berapa kali menyuruh Vero menurunkan standarnya. Tapi Vero memang sampai sekarang belum menemukan seseorang yang cukup 'pas'.

Tapi sejujurnya omongan Cia benar. Vero entah sudah berapa kali menolak pernyataan cinta karena berpikir mereka tidak seperti Baekhyun. Hal itu jugalah yang membuat Vero belum pernah berpacaran sampai sekarang.

HER BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang