Vero berdiri di depan gerbang sekolahnya dengan telinga yang tersumpal headset. Dia sedang menunggu Cia yang mengambil motor miliknya di parkiran sekolah. Motor itu milik Vero, namun Vero malas mengambilnya. Lebih tepatnya, malas berdesakan di parkiran. Akhirnya, dia menyuruh Cia mengambil motornya dengan bayaran akan mengantar Cia ke rumahnya. Cia memang tidak membawa motor ke sekolah jadi biasanya dia akan naik angkot atau membonceng pada Vero. Walaupun rumah mereka tidak searah, Vero santai saja mengantar Cia, itung-itng jalan jalan pikirnya.
Sambil menunggu Cia mengambil motornya, Vero memainkan ponselnya. Tiba tiba, layar pnselnya tertutup tangan besar. Vero yang takut ponselnya drebut paksapun langsung mundur selangkah dan menyembunykan ponselnya di belakang tubuhnya. Matanya mengamati siapa pemilik tangan itu. Adrian. Dia kini melambai ke arah Vero sambil tersenyum.
'Hai," sapanya ramah.
Vero tidak membalas sapaannya, dia kemudian kembali fokus memainkan ponselnya.
"Kenalin, Adrian Rayyanza." Adrian mengulurkan tangannya.
Tanpa membalas uluran tangan Adrian, Vero bergumam "Udah tau."
Adrian terkekeh pelan, "Pulang sama siapa?"
"Bukan urusan lu." Vero menjawab ketus dengan tanpa memandang Adrian.
Adrian kembali terkekeh. Untuk pertama kalinya, dirinya dicueki. Pertanyaannya bahkan hanya dijawab singkat tanpa memandangnya.
"Mau gua-" Belumsempat Adrian menyelesainakn ucapannya, perkataannya sudah dipotong oleh Cia yang berteriak dari atas motornya tak jauh dari tempat Vero berdiri. "Vero, buru! Udah di klaksonin dari belakang, nih."
Vero menganggk. Dia kemudian berjalan melewati Adrian. Namun Adrian mencegatnya. Adrian menarik tagan Vero sampai sang empunya menoleh. "Ada nomor WA? Atau mungkin username instagram?"
"Gua kirim pesan pake merpati. Puas, lu?!' Vero menghempaskan tangan Adrian. Dia kemudian berlari kecil menghampiri motor yang dikendarai Cia.
Adrian hanya tetawa kecil melihat penolakan Vero. Dia kemudian berbalik dan berjalan menuju mobilna yang terparkir tidak jauh dari gerbang sekolah. Parkiran mbil memang dibedakan dengan parkiran motor karena memang keterbatasan lahan.
***
"Ngapain Ver berduaan sama Adrian tadi?" ujar Cia sedikit berteriak. Mengobrol diatas motor memang butuh perjuangan agar kata-kata yang keluar dapat ditangkap dengan benar.
"Gatau, gajelas."
"Adrian coba deketin lu, ya? Kenapa engga ditanggepin, Ver? Lumayan loh, pacar pertama siswa most wanted," ujar Cia sambil terkekeh.
"Ganteng begitu gamungkinlah gapunya pacar. Yang ada ntar gua dikira pelakor." Dari kata-kata yang keluar dari mulut Vero, sepertinya dia tidak lagi menampik fakta kalau Adrian lumayan tampan.
"Ngaku juga lu akhirnya kalau Adrian lumayan. Emang sih, engga akan ada yang berani ngomong Adrian jelek kecuali matanya udah buta atau ada kataraknya. Gua yakin."
"Oh iya, Ver. Anak-anak PMR lagi butuh anggota baru, nih. Terlebih dari kelas 11. Kalu lu berminat, bisa hubungin gua ya. Ini bisa jadi kesempatan u satu-satunya, Ver. Soalnya PMR udah gakan bukan open recruitment buat kelas 11 lagi."
Vero mengangguk mendengar tawaran Cia. Sejujurnya, dia memang sudah teratrik dengan PMR sejak lama. Apalagi sejak Cia mulai aktif menikuti eskulnya. Sepertinya menyenangkan. Namun, tahun kemarin dirinya tidak bisa mengikuti PMR karena Ibunya melarangnya.
***
Begitu sampai di rumah, Vero langsung memasukkan motornya ke dalam garasi dan berjalan menuju dapur. Ibunya pasi ada di dapur. Dan begitu masuk dapur, benar saja ibunya ada di dapur sedang mengleni adonan. Ibunya memang sering membuat pesanan kue-kue. Dan alasannya tidak diperbolehkan engikuti eskul tahun kemarin adalah karena dia harus membantu ibunya untuk membuat kue atau mengantarkannya.
Namun Vero harus mberani mengutarakan keinginannya. Tahun depan dirinya sudah kelas 12, tidak akan adalagi kesempatan untuk mengikuti eskul karena SMA Angkasa sendiri memang tidak memperbolehkan siswa kelas 12 untuk ikut eskul. Mereka harus fokus untuk UN dan ujian masuk perguruan tinggi lainnya.
Vero mendekati ibunya, "Bu," panggilnya takut-takut.
"Vero, udah pulang? Cepetan ganti baju terus bantuin ibu."
Sudah terduga. Pasti disuruh bantuin.
"Ibu, Vero mau ngomong."
"Kenapa, Ver?"
"vero pengin ikut--" Belum sempat Vero mengutarakan keinginanya, Ibunya langsung menimali ucapan Vero.
"Gausahlah, nak. Ikutan eskul kaya gitu gaada manfaatnya. Mending kamu bantuin ibu, biar makin laris. Kan ntar juga uangnya buat kamu lagi. Ibu udah tua, dan kamu satu-satunya anak ibu, Ver. Kalu bukan kamu mana mungkin ada yang bantuin ibu. Ibu juga belum sanggup untuk ambil karyawan. Jadi sementara kamu bantuin ibu dulu ya. Gausah aneh aneh."
"Tapi tahun depan Vero udah kelas 3 bu, udah gabisa ikut eskul lagi. Sekarang satu-satunya kesempatan Vero."
"vero, udahlah. Kamu mending sekarang ganti baju terus buruan bantuin ibu. Ini kuenya buat dianter jam 7 malem nanti. Sekarang udah jam setengah 5 dan ibu baru bikin separuh."
Vero mengangguk pasrah. Dirinya tahu kalau perdebatan ini engga akan dia menangkan. Memang sekarang dirinya lebih baik mengalah. Anggap saja dirinya tidak pernah mengutarakannya.
Vero kemudian berjalan masuk ke kamarnya untuk berganti baju. Begitu dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, ada sebah notifikasi masuk dari nomer tak dikenal.
Adrian
Hai, Ini adrian. Save nomor gua, ya
Vero mendengus kesal. Darimana Adrian dapet nomornya?
Tak lama kemudian, Vero mendapat sebuah pesan. Dari Cia.
Cia
Vero, sorry. Gua kasih nomor lu sama Adrian. Lagian ditawarin barter sama nomornya Furqon. Mana bisa gua nolak. Sorry bangett.
Me
Bgst
Pantas saja Cia langsung memberikan nomornya. Furqon merupakan crush Cia sejak kelas 10. Cia begitu mengaguminya dan Vero tahu hal itu. Namun, Cia merupakan tipe siswi yang pemalu. Dia hanya akan memandangi Furqon dari jauh tanpa berani melakukan tindakan berarti. Terlebih, Furqon merupakan salah satu siswa IPS sehingga nomornya cukup sulit. Itulah mengapa Cia sampai berani memberikan nomornya untuk ditukar dengan nomor Furqon. Tapi tunggu, bagaimana ceritanya Adrian tahu kalau Cia mengincar nomor Furqon?
KAMU SEDANG MEMBACA
HER BOYFRIEND
Teen Fiction[Based on True Story] Not overall, just a little bit. Maybe, just like inspired by my own experience. lol Veronnica Huang, atau yang biasa dipanggil Vero merupakan siswi kelas XI-IPA 5 SMA Angkasa. Tahun pertamanya dilalui dengan baik baik saja, sam...