48: Last Night

159 8 0
                                    

My first love, Ayra
-Bagas Aditama.

---000---

Di luar dugaan Ayra, jam segini basecamp sudah sangat rame. Mereka semua mengenakan pakaian tertutup karena perintah dari osis dan pihak sekolah memang begitu. Berbagai alat untuk bakar-bakar juga sudah tersedia. Karpet berbahan katun yang sangat panjang dan sangat luas sudah digelar. Lampunya terang, tidak seperti biasanya.

"Ra, kita gabung sama temen-temen kelas aja ya?" Fani berbicara.

Ayra mengangguk.

Panggung sederhana sudah tertata rapi.

"Ayo bakar sosis" ajak Keke.

"Udah dimulai kah?" Tanya Ayra.

"Boleh kok. Tuh liat" Keke menunjuk kelas sebelah yang sibuk membakar sosis.

"Gaskeun lah" Fani langsung beranjak berdiri.

"Minum nya coca cola" Riana menenteng coca cola besar.

"Itu yang beli elo?" Nasha yang baru datang langsung bergabung.

"Dikulkas ada banyak" jawab Riana.

"Kulkas nya letaknya dimana e? Dulu  kaya nya disini deh, sekarang pindah?" Ucap Ayra.

"Udah lama pindah, masa gak tau" Fani berkomentar, padahal gadis itu sedang sibuk membakar sosis.

"Lama banget. Lagian ngapain gue kesini"

"Ada jagung nggak? Gue pengen niih" ucap Keke.

"Ayo dilihat" ajak Riana.

"Lo aja sana" suruh Keke.

"Ayo!" Riana langsung menarik tangan Ayra.

"Kok guee!" Ayra merengek.

Mereka jalan berdua beriringan.

"Awas wae, sampai bawa miras kesini tak ketak siji-siji!"

"Kok kaya suara Bagas..." gumam Ayra.

"Ri lu aja ya yang ngambil, gue kesitu dulu" Ayra menunjuk pintu belakang.

"Eh ngapain kesitu? Itu pintu ke sumur, gelap"

"Bentar doang, duluan aja nanti" Ayra menepuk pundak Riana. Kemudian berjalan mendekati pintu yang katanya jalan menuju ke sumur tua.

Kreeek.

Ketiga lelaki itu menoleh ke sumber suara.

"Ayra?" Pekik salah satu dari mereka, Bagas.

Ayra menyengir.

"Sorry, tadi kedengeran dari luar" katanya.

Sekali lagi Bagas menatap dua lelaki itu, sepertinya mereka kelas 9A dan 9E.

"Inget" ucapnya.

"Iyo iyo" jawab mereka.

Salah satu lelaki bertopi hitam itu tersenyum miring, "Yank mu o?"

"Iyo, ngopo?" Bagas menoleh ke Ayra sebentar, kemudian menatap mereka lagi dengan senyuman kecil.

"Rapopo" jawab lelaki itu.

"Sik yo" satunya lagi menepuk pundak Bagas. Kemudian mereka berdua berjalan melewati belakang basecamp yang gelap.

"Mereka mau bawa miras?" Ayra mendekat ke Bagas.

"Denger denger iya"

"Jangan dibolehin"

"Pasti lah" Bagas mengelus puncak kepala Ayra.

Dear, B!✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang