Chapter 1 - Twenty-Four and New Beginning.
KANA'S POV
Beberapa teman mengatakan bahwa mereka iri padaku, tapi aku bahkan tidak tahu siapa aku dan seperti apa aku. Di usia delapan belas tahun, aku tahu semuanya. Aku bisa melihat kemampuan yang aku miliki, melihat diriku berdiri di atas panggung dengan sejuta kata yang tidak perlu aku pikirkan, menjadi seseorang yang punya kepemimpinan, inspirasi atau apapun kata yang bisa mendeskripsikan seseorang yang tahu dirinya. Di usia dua puluh empat, aku kehilangan jawaban atas pertanyaan, "Siapa kamu?"
Untuk membuka cerita ini, aku mungkin akan memulai dari satu bulan terakhir. Satu bulan yang lalu, aku yang sudah punya karir mapan, gaji yang cukup, gaya hidup yang nyaman dan berada di tengah keluarga mengikuti sebuah meeting. Meeting yang mempertemukan aku dengan seorang direktur yang juga merupakan ibu dan kebetulan merasa aku adalah anak yang sangat baik dan ingin menjadi mertuaku. Dramatisnya, beliau juga adalah sahabat mamiku di dunia kerja.
Nah, ceritanya tidak berakhir disitu. Aku tentu saja tidak mau. Lucunya, hal itu mengingatkanku bahwa aku bahkan tidak tahu apa yang aku lakukan. Kehidupan yang settle membuat aku merasa takut dengan ucapan, "What's next?" sementara aku tidak tahu yang aku lakukan.
Realisasi itu membawaku untuk dengan iseng mendaftarkan diri untuk magang di salah satu unit kerja persatuan bangsa-bangsa. Sesuatu yang berhubungan erat dengan jurusan kuliah yang dulu aku lakukan.
Tiga minggu kemudian, aku diterima. Minggu lalu, aku terbang ke Jakarta untuk memulai hidup yang baru, termasuk memutuskan untuk kerja work from home dari kantor. Satu-satunya alasan mamiku, dan ibu bos pemilik perusahaan tempat aku bekerja mengijinkanku untuk mengikuti magang ini adalah dengan mengerjakan semuanya dari jauh.
Win-win solution, I'd say. Aku tak perlu bingung dengan biaya hidup di Jakarta dan masih bisa mencoba sesuatu yang dulu aku takut untuk lakukan.
Cerita lainnya, yang mungkin tidak ada hubungannya dengan cerita diatas adalah sahabatku selama sepuluh tahun memutuskan untuk menikah dengan pacarnya. Ia melamar perempuan yang tak lama menjadi pacarnya minggu lalu pula, tepat ketika aku berada di bandara sendirian. Seperti klise lainnya, dia juga merupakan orang pertama yang kusukai dan orang yang membuatku menjadi Kana hari ini. Dulu, aku melihat dia sebagai orang yang ku kagumi, kemudian aku berlari-lari untuk mengejarnya dan menjadi orang yang berdiri di panggung yang sama. His pace setter.
I stopped liking him years ago. Tapi rasanya sedih mendapatkan seseorang yang aku anggap penting bahkan tidak mengabariku. Aku hanya satu dari ribuan temannya di sosial media yang mendapatkan beritanya melalui postingan manis di hari valentine.
Menyadari bahwa kamu hanya setitik cerita di hidupnya ternyata dapat membuat seseorang merasa tidak baik-baik saja.
Di dalam kamarku yang sunyi ini, aku mendapati diriku berada di dunia yang tak aku kenali.
---------------------------------------------panorama in space-----------------------------------------------
A Note from Panorama,
Hi, semua.
Pertama, mohon maaf sekali jika kamu adalah pembaca ceritaku yang lama. Maaf karena tidak menyelesaikan janji untuk revisi cerita yang akhirnya aku turunkan dan maaf karena tidak menyelesaikan cerita yang sudah aku tulis.
Secara bahasa, aku merasa memiliki banyak kekurangan. Namun aku harap cerita ini bisa menyentuh teman-teman yang juga berada di usiaku.
Jika aku memiliki satu saja pembaca, aku akan berusaha untuk update setiap hari Senin.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Twenty [discontinue]
RomanceKana decided to return to Jakarta and start a new role as an intern. She decided to step down from her role as CEO of her own small business and Director of a family-owned business. There are two reasons why she makes this decision at twenty-four...