Chapter 9 - Regret

9 0 0
                                    







Akio Sato, terlahir dari seorang ibu Indonesia dan ayah dari Jepang. Ayahnya meninggal ketika ada bencana Tsunami dan ibunya yang berada dalam duka, meninggalkan Akio kecil kepada Randi, sahabat baik ayahnya. Selagi ibunya menata hati, ia berada di keluarga baru yang menerimanya dengan tangan terbuka.

Tentu saja, keluarga Kana tidak sempurna. Ayah dan ibu Kana bercerai, dan satu tahun berikutnya, Kana dibawa tinggal bersama Randi yang menjadi ayah tirinya. Tidak mudah bagi Kana dengan luka masa kecilnya, dan pedih yang dirasakan ibunya untuk akhirnya tumbuh baik-baik saja di keluarga yang berusaha mengisi lubang dengan ukuran yang salah.

Hanya Kio satu-satunya yang membuat Kana merasa dicintai.

Suatu hari, hati ibunya yang terluka telah terobati dengan membangun keluarga baru di Amerika Serikat. Keluarga yang bercukupan dan mencintai ibunya sepenuh hati. Beberapa tahun membangun keluarga baru, ibunya menyadari ada yang kurang di hidupnya. Kio.

Kio tidak menyangka Kana akan bertanya hal ini padanya di hari ini. Walaupun ia sudah membayangkan kehadiran pertanyaan ini, ia masih berusaha menjawabnya.

Haruskah ia berbohong?

Tapi sejujurnya ia ingin menceritakan semuanya.

Lukanya telah tutup, sembuh, namun bekasnya masih ada.

"New family, new life. Awalnya mereka memperbolehkan aku untuk kontakan sama kamu karena hutang budi ibuku yang tidak akan bisa dibalas dengan apapun ke keluarga kamu, An. Tapi mereka mulai lelah sepertinya, berpikir aku tidak bisa menyayangi adik-adik baruku, keluarga baruku dan tidak menyayanginya."

"What happens?"

"They took away my phone, my laptop. I went homeschooled. Even if I got the access, I feel like there's no point in telling you. So, I studied hard. Help the business, make some money, think of reaching you and finally here."

Dada Kana sesak mendengar cerita Kio yang tenang, namun terdengar penuh luka.

Kana merasa sesak, berusaha menghela napas berkali-kali dan membuat Kio panik hingga ujung jarinya memutih.

Kana berusaha menyentuh tangan Kio dan mengenggam tangannya erat.

"I am okay, I am okay."

"Kamu, kamu punya panic attack, An?" Tanya Kio beberapa menit setelah Kana tenang di genggamannya.

Kana berlinang air mata dan memeluknya erat.

"Kak Kio, kenapa sih kamu gak bisa bahagia? Kenapa sulit sekali sih untuk bahagia? I though it was a happy ending for you." Ucap Kana perlahan.

Ia menatap Kio yang masih dengan raut wajah khawatir dan mengenggamnya erat, di momen ini ia tahu ada banyak yang tidak Kio ceritakan padanya. Dan ia bisa merasakannya.

Turns out, there is no permanent happiness or an objective answer to happiness.

"I thought you don't want me anymore."

About Twenty [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang