12 - Guru Les as Tukang Ojek

1 1 0
                                    

"Lo pulang bareng gue."

***

Bel pulang sekolah berbunyi dan semua anak pun berlarian ke luar kelas untuk pulang begitupun dengan Nana dan teman temannya. Pelajaran hari ini cukup singkat karena para guru sedang mengadakan rapat untuk perkemahan bulan depan.

"Sumpah ya Pak Bambang kalo ngasih tugas ga mikir dulu! Bisa bisanya tugas matematika yang seharusnya di kumpulin Minggu depan, malah harus besok?! Gila ga sih?!"

Rintik dengan raut wajah yang sangat kesal berusaha untuk menahan emosinya sambil mengelap keringatnya yang tadi terus bercucuran. Kepala Rintik benar benar akan meledak setelah hari ini ia di beri banyak sekali tugas yang akan membuatnya tidak akan bisa tidur semalaman.

Auryn tersenyum tipis mendengar nya sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Rintik yang selalu saja mengeluh. "Ya udah sih kerjain aja."

"What?! Kerjain aja Lo bilang?!"

Nana yang berdiri di samping Rintik langsung menutup telinganya begitu gadis itu berteriak dengan sangat keras tepat di telinganya. Tidak di rumah, tidak di sekolah, telinga Nana selalu saja mendapatkan masalah. Nana sendiri bingung dengan Gala dan Rintik. Bagaimana bisa mereka memiliki suara yang begitu nyaring sampai bisa membuat telinga orang hampir tuli?

Dengan wajah yang memerah Rintik menghentikan langkahnya membuat ketiga temannya mau tak mau berhenti juga. Rintik menatap tajam Nana, Auryn dan juga Ambar yang tak terlihat tertekan sama sekali setelah mendapatkan banyak sekali tugas.

"Kalian ga merasa kesel gitu?!"

"Kesel sih, tapi ya mau gimana lagi," ujar Nana yang di angguki teman temannya yang lain.

Rintik mendengus kesal sambil kembali mengelap keningnya yang masih berkeringat. Ia benar-benar tidak percaya dengan reaksi teman temannya yang biasa saja. Mungkinkah hanya Rintik yang merasa sangat keberatan dengan puluhan tugas yang mendatanginya?

Keempatnya melanjutkan langkahnya kembali dengan Ambar yang masih di gendong Rintik. Raut wajah Ambar terlihat murung dan Auryn yang melihat itu sedikit khawatir.

"Lo lagi ada masalah?"

Bukannya menjawab, Ambar hanya diam saja bahkan tidak menatap Auryn sama sekali. Auryn dan Nana saling bertatapan sebelum akhirnya mereka menyadari alasan kemurungan Ambar sekarang.

"Lo masih sedih karena ga bisa datang ke acara ultah Mahesa nanti malam?" Ambar menoleh ke arah Auryn, lalu kembali mengalihkan pandangannya. "Ya udah datang aja, kan Lo juga di un—"

"GA! AWAS AJA KALO GUE TAHU LO PERGI KE PESTA SI ANJING ITU!"

Ambar berdecak kesal lalu memilih untuk turun dari gendongan Rintik membuat gadis itu kebingungan. Ambar benar benar sangat ingin datang ke pesta Mahesa, tapi ia tidak berani jika datang sendirian.

Biasanya kemanapun Ambar pergi, Rintik pasti akan selalu menemaninya karena keduanya juga bertetangga. Tapi karena Rintik tidak menyukai Mahesa, maka Ambar tidak bisa mengajaknya untuk menemaninya.

Padahal, Ambar sudah menyiapkan gaun dan aksesoris lainnya untuk datang ke pesta Mahesa malam ini. Ia juga sudah menyiapkan hadiah untuk cowok itu beberapa hari yang lalu, namun sepertinya semua rencananya Ambar akan gagal.

"Kamu... Kan... Habis... Berantem... Sama... Gala... Tapi... Kenapa... Mah—"

"LO LUPA SIAPA YANG UDAH BIKIN GUE BERBANTEM KEMARIN?!" bentak Rintik membuat Ambar hanya bisa menundukkan kepalanya. Rintik menghembuskan napasnya kasar sambil menatap Ambar malas. "Ya udahlah terserah! Mau ke sana atau engga, gue ga peduli! Tapi awas aja kalo abis ini Lo masih nganggep gue sebagai temen Lo!"

RIDING HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang