19 - First Day Study

0 1 0
                                    

"Ja-jawabannya..."

***

Nana berjalan ke arah ruang laboratorium bersama dengan teman-teman kelasnya yang lain. Mereka memakai jas lab untuk belajar kimia di sana, dengan Pak Pandu sebagai guru mereka. Nana bersama yang lainnya duduk di tempat duduk yang sudah di siapkan setelah mereka di bagi menjadi beberapa kelompok.

"Di pelajaran kimia kita hari ini, kita akan mempelajari tentang nitrogen dan fosfor serta reaksinya," jelas Pak Pandu.

Salah satu teman yang duduk di samping Nana berbisik, "Na, gue serahin semuanya sama Lo, ya! Lo kan tahu, kelompok kita isinya orang buangan semua."

Nana menghela napasnya sebentar setelah mendengar bisikan Awan yang sangat menyebalkan baginya. Nana menatap teman-teman kelompoknya bergantian, dimana tidak ada satupun yang bisa Nana andalkan untuk membantunya. Jangan mereka, Nana saja tidak mengerti dengan penjelasan yang di jelaskan Pak Pandu.

Andaikan saja pembagian kelompok tidak di pilih oleh Pak Pandu langsung. Nana pasti sudah satu kelompok dengan Auryn ataupun Rintik yang sudah jelas otak mereka jauh lebih pintar dari pada Nana. Entah kenapa rasanya Nana sangat menyesal karena selalu bolos les bersama dengan Samudra.

Mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat terakhir kali Nana bertemu dengan Nakula, cowok itu benar-benar tidak memperdulikan nya. Nakula secara terang-terangan terus memamerkan kemesraannya dan Asya di depan mata Nana langsung. Nana menghembuskan nafasnya kasar mengingat reaksi Nakula saat dirinya di culik. Cowok itu tidak melakukan apapun saat Nana di culik begitu saja di depan matanya sendiri.

Nakula berubah menjadi pribadi yang acuh pasti karena si Tamasya sialan. Gadis itu sudah pasti menghasut Nakula dengan berbagai hal sampai membuat sifat cowok itu berubah 180 derajat. Nana sangat tahu sifat asli Nakula yang sangat penyayang dan lembut. Nakula adalah pribadi yang humble, sopan, bahkan tidak pernah sekalipun berbicara kasar. Tapi sekarang? Tamasya sialan itu pasti sudah memeletnya.

"Wan, di rumah Lo ada daun kelor, ga?"

Awan mengerutkan keningnya mendengar ucapan Nana, lalu berkata, "Daun kelor? Buat apaan?"

Selain memiliki otak yang lemot, Awan juga di kenal sebagai orang yang cukup menyebalkan sekaligus cowok bermulut dower di kalangan teman-temannya. Kenapa? Karena Awan adalah tipe orang yang selalu mengumbar aib atau rahasia orang lain. Mulutnya berhenti mengoceh hanya saat ia sedang tidur saja. Jika sehari saja Awan tidak mengumbar aib orang, maka tubuhnya akan langsung kejang kejang dan butuh 1000 dukun untuk menyembuhkannya.

Nana memperbaiki posisi duduknya agar ia tidak ketahuan sedang mengobrol dengan Awan. "Jadi gini, akhir-akhir ini gue ngerasa kalo orang yang gue suka itu udah di pelet sama cewek lain," ucapnya membuat Awan langsung membulatkan matanya sempurna. "Karena itu gue mau sembuhin dia pake daun kelor. Lo mau kan, bantuin gue?"

"Oke, gue bakal bantuin Lo tapi dengan satu syarat."

Awan lalu membisikkan sesuatu di telinga Nana membuat gadis itu langsung melotot ke arahnya. Awan tersenyum miring melihat raut wajah kesal Nana, dan ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Pak Pandu yang masih menjelaskan tentang pelajaran.

"Sekarang bapak akan bertanya, apa yang akan terjadi jika cairan nitrogen bertemu dengan ekspor? Ada yang bisa jawab?"

Semua murid nampak diam karena mereka sama sama tidak tahu jawaban dari pertanyaan Pak Pandu. Pak Pandu menatap para muridnya namun mereka sama sama kompak dengan menundukkan kepala agar Pak Pandu tidak menunjuk mereka untuk menjawab pertanyaannya.

Pak Pandu menghembuskan napasnya kasar lalu tatapannya tertuju pada Nana yang tidak ikut menundukkan kepalanya seperti teman-teman nya. "Nacita? Apa jawabannya?"

RIDING HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang