09🦋

629 82 0
                                    

Salah satu hal yang sangat dibenci Mingyu, mengendap-endap bagaikan buronan yang ketahuan melakukan suatu tindakan kejahatan. Dan sialnya, Somi malah memaksanya untuk mengendap-endap seperti sekarang ini.

Bersembunyi dibalik semak-semak yang Mingyu yakin kalau tidak sengaja' jatuh kesana akan memberikan efek gatal-gatal pada kulit. Padahal, menurutnya menyamar akan lebih baik dan lebih mengurangi resiko ketahuan.

Kau tahu apa yang dilakukan mereka berdua? Memantau Lalisa dengan seorang pemuda yang Somi yakini itu adalah Jung Jaehyun. Meskipun wajahnya belum terlihat sama sekali.

"Apa gunanya sih memantau mereka?" Bisik Mingyu dari belakang Somi. Terlihat cukup malas mengamati hal yang ada di depan sana.

"Gawat kalau kak Lisa menyukai Jaehyun."

Ctak!!

"Awwh.. Sakit Ming!" Decak Somi. Pemuda itu tiba-tiba menjitak dahinya.

"Aku lebih tua darimu!." Decak Mingyu, ia rasa Somi sepertinya menganggap semua orang sana rata. Ia yang beberapa tahun lebih tuapun, gadis itu enggan memanggilnya kakak. Atau hanya dengan pria? Pasalnya Somi masih memanggil Lalisa dengan embel-embel kakak.

"Kalaupun Lisa menyukai Jaehyun. Ya, tidak apa-apa. Bukankah itu salah Jungkook yang tidak cepat tanggap mencapai gadis itu?" Ujar Mingyu. Kali ini Somi berfikir, apa yang dikatakan Mingyu cukup benar. Meski Jungkook sering memberikan alasan, tapi alasan itu belum jelas adanya.

"Tapi..., Bukankah kasihan dengan Jungkook? Yaaa, dia kan sudah suka dengan kak Lalisa cukup lama."

"Kalau Lalisa-Nya sudah terlanjur jatuh kepada Jaehyun, bagaimana? Apakah Jungkook harus memaksa? Tidak mungkin kan?"

Benar, apa yang dikatakan Mingyu sangat benar. Walaupun Jungkook sudah menyukai Lalisa sejak lama, tapi Lalisa jatuh hati kepada Jaehyun. Apakah Jungkook harus memaksa? Dengan alasan apapun, Jungkook tidak mungkin bisa memaksa Lalisa untuk menyukainya nanti.

"Lalu? Apakah sepupuku itu harus merelakan kak Lalisa?" Tanya Somi pelan. Antara sedih dan penasaran menjadi satu, ia sudah membayangkan bagaimana kalau Lalisa menjadi salah satu anggota keluarganya. Akan sangat asik rasanya jika bisa bertemu dengan Lalisa setiap hari.

Tapi, kalau Lalisa memilih Jaehyun?

"Tidak tahu, lihat saja nanti. Semuanya belum ada yang jelas. Jungkook saja tidak tahu kemana anak itu sekarang."




•••






Didalam ruangan yang kedap suara. Dimana banyaknya kertas-kertas yang berada di atas meja, serta beberapa alat musik. Jungkook pikir, ia tidak akan masuk kedalam ruangan ini lagi. Apalagi dengan sang kakak, Ahn Taehyung. Ternyata salah, buktinya sekarang ia malah mengamati setiap deretan alat musik yang ada disana. Dengan Taehyung yang duduk di kursi dekat meja.

"Berapa lama kau tidak berkunjung kesini? Terlihat berdebu." Ujar Taehyung, mengamati meja yang berdebu di depannya. Awalnya ia menyentuhnya tadi, dan itu membuat jarinya sedikit kotor.

"Tidak tahu. Yang pasti sejak ayah melarangku bermain dengan musik." Jawab Jungkook.

"Seharunya dulu kita tidak menuruti kemauan ayah saja, jika dipikir-pikir ayah terlihat seperti seseorang yang serakah." Ujar Taehyung.

Jungkook terkekeh pelan, "bukankah memang serakah? Nyatanya ia tidak mau membagi hak waris dengan paman kan? Dengan alasan, ia yang merasa kakek, sedangkan paman tidak." Decak Jungkook.

"Hm..., Iya juga sih." Setuju Taehyung.

"Lalu, sekarang kita harus bagaimana? Seperti biasa, kalau menolak pasti dibalas yang lebih menyebalkan."

Taehyung diam sejenak, mengingat sesuatu. Lalu melanjutkan, "seperti saat kau masuk universitas bukan? Hahaha, aku masih ingat bagaimana kesalnya wajahmu saat ayah mengancam akan menjodohkanmu, kalau kau tidak mau masuk dengan jurusan yang ia mau."

Jungkook memutar bola matanya, Taehyung masih mengingat itu? CK.

"Hm, lupakan."

"Kenapa? Malu?" Tanya Taehyung. Jungkook mengangkat bahunya acuh, sekarang bukan waktunya mengingat masa itu. Melainkan, memikirkannya bagaimana kedepannya nanti.

"Em.., Jung!" Panggil Taehyung secara tiba-tiba.

"Hm?"

"Bagaimana kalau...., ....."

"Kau gila?"

"Yaaa, kalau kau masih sih. Aku kan hanya memberi saran, kalau tidak kau gunakan, ya sudah. Lagipula kan, kau bilang padaku, kau benar-benar ingin keluar dari dunia musik?"

Diakhir kalimat, Taehyung nampak ragu bertanya. Jungkook memang pernah berkata demikian, tapi.. apakah kata-kata itu benar-benar dari hatinya atau bukan, Taehyung tidak tahu pasti. Direlung hati Taehyung yang paling dalam, tanpa ada diketahui oleh siapapun. Taehyung sebenernya, sedikit berharap masih ada minat Jungkook terhadap musik.

Sebagai saudara, Taehyung merindukan sesuatu yang membuat hubungan mereka bertambah erat. Seperti menyelesaikan baitan lagu, bermain musik, bernyanyi bersama dan masih banyak lagi.

Kiranya, semenjak Jungkook menginjak dunia perkuliahan, mereka sudah tidak pernah melakukan itu.

"Musik yaa?"

Taehyung mengangkat sebelah alisnya, menunggu Jawaban Jungkook.

"Ya."

Satu jawaban yang membuat Taehyung cukup bingung, "Ya yang kau maksud. Ya yang bagaimana?"





••


Dua manusia berlawan jenis yang sedang berjalan di trotoar jalan, mengabaikan langit yang panasnya melebihi kira-kira karena berada di jam pukul 11:30 siang hari.

Lalisa dan Jaehyun, meski sudah berjalan 20 menit, lamanya. Itu tidak membuat keduanya merasa lelah. Keduanya malah terlihat lebih menikmati suasana?

Entah ini hanya halusinasi Lalisa atau  sifat kege-eran nya yang muncul. Lalisa rasa, Jaehyun sedari tadi tidak berhenti melirik wajahnya. Lalisa rasa tidak ada apa-apa diwajahnya, apa yang dilihat Jaehyun.

"Kenapa?"

Lalisa menggeleng pelan, memandang lurus ke depan. Sepertinya ia ketahuan memandang Jaehyun bingung.

"Dua hari lagi, kau ada waktu tidak?" Tanya Jaehyun.

Antara penasaran dan bingung. Lalisa menggeleng, "sepertinya tidak. Bukankah hari Sabtu?"

"Ada yang ingin aku katakan padamu, hal serius."

Lalisa mengerutkan keningnya, wajah Jaehyun memperlihatkan kalau pemuda itu benar-benar berkata serius. Tapi, hal apa yang ingin ia katakan?

"Apakah tidak sekarang saja? Maksudku, melihat wajahmu yang terlihat serius, itu membuat aku penasaran. Haha." Lalisa tertawa canggung merasa tidak enak.

"Kau yakin?"

"Hah? Em... Jika kau tidak keberatan. " Ujar Lisa.

Jaehyun memandang lurus, dari setiap langkahnya, sebenarnya ia merasa gugup sekarang. Bukan hanya gugup, tapi juga sangat ragu. Ia tidak tahu, langkah yang ia ambil benar atau tidak.

"Ada dua hal yang ingin aku sampaikan kepada mu."

Keduanya hanya diam, Lalisa yang menunggu lanjutan kata Jaehyun, dan Jaehyun yang masih masih menyusun kata-katanya.

"Satu, aku menyukaimu."

Menoleh dalam sekejap, tentang itu. Ia tidak terlalu terkejut. Tapi kejujuran yang di ucapkan Jaehyun, cukup membuatnya gugup. Ia tidak tahu harus membalas apa. Dua kata itu membuat Lalisa merasa bingung, terlebih lagi dengan ucapan Jaehyun selanjutnya.

"Dua. Kau mencari seseorang yang bernama Jungkook, bukan? Aku tahu itu."






••


Nekat update walaupun cuma sedikit.

She's Perfect || LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang