01🦋

1.7K 185 3
                                    

Lalisa Kim, dalam benak gadis itu. Sekalipun, ia tidak pernah berfikir jika akan menyukai seorang laki-laki asing yang ia temui dua tahun yang lalu, tepatnya saat ia masih menginjak SMA kelas dua. Ia kira mungkin itu hanya rasa penasaran atau sejenisnya.

Tapi, bagaimana itu bisa berjalan selama dua tahun lamanya? Rasanya ia ingin kembali ke masalalu saja, menyeret pemuda itu keluar dari area bangku penonton kemudian mengajaknya mengobrol. Oh tapi, Lalisa masih gadis lugu saat itu.

Ahn Jungkook! Sungguh. Pemuda itu membuat Lisa sangat penasaran. Dulu, mungkin ia bukanlah orang pertama yang berkata senyumannya manis. Tapi, rasanya sangat berbeda saat dia mengucapkan itu.

Lisa ingin mendengarkannya lagi. Manis, dan lucu.

"Kau bengong?"

Lalisa mengerjapkan matanya, ketika seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya. Dia, Kim Jennie.

"Jennie? Tidak."

"Haha, jangan berbohong. Aku melihatmu dari kejauhan." Canda Jennie.

Lalisa berdehem. Lalu membenarkan letak duduknya. "Kau tidak ada pemotretan?" Tanya Lisa. Jennie berdecak sebal, Lalisa pasti akan menanyakan hal yang sama setiap hari. Mempertanyakan ia ada jadwal pemotretan atau tidak.

Jennie adalah model, yang menurut Lisa dia lumayan terkenal. Nyatanya majalah yang di modeli oleh Jennie sering kali terjual ludes.

"Apa aku sesibuk itu sih? Sampai-sampai kau selalu menanyakan hal yang sama?" Kesal Jennie.

Lalisa terkekeh. "Hehe, maaf. Tapikan kau emang sibuk. Jennie." Ujar Lisa. Jennie mengangguk setuju, ia memang sibuk sih. Tapi kalau Lisa yang memanggilnya atau memerlukannya , Jennie akan sigap dan akan meninggalkan pekerjaannya.

"Lalu, kau tidak ada kelas?" Ujar Jennie.

"Em.. pukul sepuluh nanti."

Jennie melirik jam tangannya, "ini sudah jam setengah sepuluh bodoh. Kenapa kau masih ada di taman?" Decaknya. Lalisa memutar bola matanya.

"Ck. Masih setengah jam lagi. Itu masih lama." Bantah Lisa.

"Tidak ada alasan. Ayo aku antar!" Jennie berdiri lebih dulu dari duduknya.

"Jennie... "

"Lisa... "

"Ck." Terpaksa Lisa mengikuti Jennie. Gadis itu menuntunnya menuju mobil merah miliknya. Uh.. untung tadi Lisa tidak membawa mobil.

Lalisa masuk ke dalam mobil Jennie dengan raut wajah yang sebal. Sesekali Jennie melirik ke samping.

"Kau merenggut?"

"Ck."

Jennie terkekeh kecil. "Haha, itukah sudah seharunya menjadi kegiatan mu, Lisa. " Ujar Jennie.

"Yaa, aku tahu. Tapikan aku benci menjadi pusat perhatian." Sebalnya.

"Itu sudah menjadi konsekuensinya. Coba tanyakan kepada dirimu sendiri, kenapa kau sering kali menjadi pusat perhatian." Ujar Jennie. Lisa diam sejenak, sepertinya gadis itu benar-benar memikirkannya.

"because, I'm pretty?" Tanya Lisa. Kini giliran Jennie yang memutar bola matanya.

"Kau masih bertanya?" Kesal Jennie.

"Yakk, sebenarnya aku ini tidak yakin kalau aku cantik, Jennie. Saat aku melihat ke kaca, sepertinya aku ini juga sama saja dengan orang-orang. Aku biasa-biasa saja." Ujar Lisa.

Jennie melirik ke samping, boleh Jennie membuangnya ke sungai? Kalau Lisa mau menjadi model pun pasti Jennie akan kalah. Bukan apa, tapi Lisa itu memiliki aura nya sendiri. Saat pertama kali bertemu dengannya saja, Lisa seperti sudah memikatnya dengan daya tariknya.

Seperti ada suatu hal yang membuat, Jennie sangat ingin berteman dengan gadis itu.

"Ck. Sudahlah jangan pikirkan itu. Yang penting kau pergi ke kampus sekarang!"

"Akh! Jen!!"

Baru saja Jennie kembali fokus dengan acara menyetirnya, gadis di sampingnya itu sudah kembali mengecoh. "Hm, apa?"

Jennie menuggu gadis itu untuk kembali berbicara. "Apa, Lisa?!"

"Sebentar, aku lupa."

Jennie menatap gadis itu kesal, lama-lama Lisa benar-benar akan ia buang ke sungai. Menyebalkan.

•••

Lalisa menghela nafas. Lagi-lagi ia harus kembali menginjakkan kakinya di universitas ini. Tidak, Lisa tidak malas untuk belajar. Hanya saja, Lisa malas jika harus kembali menjadi pusat perhatian.

Seperti saat ini. Meski gadis itu baru juga sampai, dan baru turun dari mobil merah milik Jennie. Lisa merasa, semua pandangan tertuju padanya. Sering kali Lisa bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ada yang salah? Apakah pakaiannya mencolok. Dan sebagainya.

"Apa yang kau pikirkan, cepat masuk." Decak Jennie dari dalam mobil.

"Jen.. "

"Ck. Keluar saja kau dari kampus kalau tidak mau belajar."

"Mulutmu Jen." Kesal Lisa.

"Habisnya, kau ini sudah sekali sih di suruh masuk."

"Iya-iya aku masuk."

"Bye-bye, oh ya. Jika kau pulang jangan lupa telfon aku."

Perlahan mobil merah itu meninggalkan area univ. Malas, sangat malas. Terpaksa Lisa harus menuju kedalam, ke kelasnya. Kan, kan, kan Lisa baru berjalan saja banyak pasang mata yang melihatnya.

Lisa jadi membayangkan kau ia berjalan di catwalk . Bakal seperti apa dia?

Tanpa Lisa sadari, dua anak manusia memperhatikannya sangat intens. Lebih intens dari yang lain. Keduanya berdiri di koridor lantai dua, memperhatikan Lisa dari atas sana.

"Bukankah dia yang sering di omong-omongkan oleh warga kampus?"

"Hm. Baru tahu?" Ia menggeleng.

"Aku sering mendengar namanya. Dia pintar dalam segala hal. Damn! She's perfect. Lalisa Kim, jika bisa akan ku jadikan dia milikku. Haha."

"No!" Ia melihat kesamping, Dimana temannya itu kini menatapnya dengan aneh.

"Why?" Bingungnya.

"Kau pernah bertanya kenapa she is perfect?"

"Hah?" Lagi-lagi, ia dibuat bingung.

"Because, she's my girl."

"Hah? Apa?!" Tanpa menjawab kebingungannya, temannya itu pergi begitu saja. Ia masih berfikir apa maksud dari pemuda itu. My girl? Tidak mungkin sih.

"Ahn Jungkook!!"


•••
Bersambung...
•••

Sorry jika ada typo dan
sejenisnya..
••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Bye, thank you.

She's Perfect || LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang