Levi "Sang Primadona"

308 54 15
                                    

Memiliki wajah yang tampan dan cantik serta tubuh yang banyak menjadi impian nyatanya membuat Jimin Leviandra sedikit kesal. Pasalnya, setengah dari kehidupannya adalah menolak dan mengecewakan para pria maupun wanita yang menginginkannya.

Bukannya sombong atau apa, tapi dirinya memiliki kriteria tersendiri dalam mencari pasangan. Apalagi setelah pengalaman terakhirnya berpacaran dengan orang toxic, Levi makin menutup diri dan hatinya untuk orang lain.

Siang itu, Levi diajak oleh Erlan untuk menonton pertandingan basket antar fakultas. Dan kali ini giliran fakultasnya, Fakultas Ilmu Budaya yang akan bertanding melawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Levi duduk di tribun paling depan sesuai kemauan Erlan.

"Lan, kok lo malah milih duduk di depan pemain lawan sih? Ini depan kita tim dari FEB loh."

"Ya engga apa-apa, biar lo bisa cuci mata juga kan? Bosen ga lo liat anak FIB mulu."

Levi menghela napasnya mendengar ucapan Erlan. Tapi ada benarnya juga sih, ia memang sedikit banyak bosan dengan wajah itu-itu saja yang sering ia jumpai.

Pertandingan telah dimulai, tim FEB dengan mudahnya memperoleh skor dari salah satu striker mereka yang dengan mudahnya merusak pertahanan dari tim FIB. Levi dan Erlan sibuk menggerutu mengapa fakultasnya terlihat sangat payah.

"Anjir, siapa sih itu. Heran gue, ini kan permainan tim ya, tapi dia keliatan tanpa bantuan temennya aja udah bisa masukin bola ke ring."

"Sumpah lo ga kenal sama nomor punggung 13 itu?" Erlan bertanya dengan mata membulat. Speechless kok bisa Levi tidak mengenalnya.

Levi menggeleng, "Gue gatau. Emang harus tau ya?"

"Dia itu Jungkook Xavier. Dia sebelas dua belas sama lo, 'The Most Wanted'. Masa lo gatau sih?" Erlan rasanya ingin menggetok kepala Levi karena gemas kenapa sahabatnya bisa tidak mengenal Xavi. Levi pun hanya mengangkat bahu tanda ia memang tidak tahu.

Selagi mereka membahas Xavi, terjadi insiden di lapangan yang tidak luput pula dari pandangan keduanya. Mereka melihat bagaimana Jose, salah satu pemain dari tim basket FIB melakukan pelanggaran terhadap lelaki yang mereka berdua tengah bahas yaitu Xavier.

Jose terlihat dengan sengaja mendorong Xavier dengan bahunya disaat akan merebut bola. Ditambah setelah Xavier terjatuh, Jose terlihat sengaja menginjakkan kaki pada paha Xavier. Telak hal tersebut membuat Xavier makin kesakitan dan wasit pun mengeluarkan Jose.

Terjadi kericuhan di bangku penonton maupun di lapangan permainan. Pihak dari FEB merasa tidak terima. Levi yang melihat kejadian tersebut pun tidak dapat menutupi rasa khawatirnya kepada Xavier, lelaki yang bahkan baru ia ketahui namanya 5 menit yang lalu.

Tanpa sadar, tatapan mata Levi bertemu dengan mata elang Xavier. Xavier terlihat meringis sembari menatapnya. Namun, Levi tidak ingin terlalu percaya diri. Di stadion ini, manusia banyak. Bisa saja Xavier menatap ke yang lain.

Levi berusaha mengalihkan perhatiannya, sebelum suara dari speaker stadion menggema membuat matanya membulat. "Perhatian, atas permintaan dari Jungkook Xavier, diberitahukan kepada saudara Jimin Leviandra agar segera ikut ke ruang kesehatan. Sekali lagi kepada saudara Jimin Leviandra untuk segera ikut ke ruang kesehatan."

"LEEEE???" Erlan terkejut sembari memandang Levi yang melongo.

"S-sumpah, Lan. Gue gatau. Gue ga kenal Xavier. Kenapa bisa-bisanya gue diminta ke ruang kesehatan ngikutin dia?"

"LO BOONGIN GUE YA, LE?" Erlan masih ngotot dan tidak percaya.

"Lan... Lo tau sendiri gue deketnya sama siapa aja. Gue ga pernah deket sama yang namanya Jungkook Xavier itu."

Tiba-tiba Levi melihat pelatih basket dari tim FIB, fakultasnya, datang menghampiri.

"Levi, bisa bantu saya?"

"Pak Surya, bantu apa ya, Pak?"

"Tolong kamu temani pacar kamu itu di ruang kesehatan. Ucapkan maaf dari tim basket FIB terkhususnya Jose. Bilang sama dia, tolong jangan diperpanjang permasalahannya. Saya gamau kalo tim basket FIB dibekukan oleh Universitas. Saya mohon tolong sampaikan ya, Le."

"Tapi Pak, saya...."

"Siap Pak. Nanti saya pastikan Levi akan membantu tim basket fakultas kita."

"Terimakasih banyak yaaa..."

Pak Surya pun pergi dari hadapan Levi dan Erlan dengan sedikit senyum lega. Berbeda dengan Levi yang cengo atas ucapan Erlan.

"Lo gila ya, Lan? Kalo gini ceritanya, lo minta gue untuk beneran nemuin Jungkook Xavier itu dong?"

"Le dengeri gue." Erlan berucap sembari memegang kedua bahu sang sahabat.

"Lebih baik lo turutin aja kemuannya si Xavier itu. Lo temuin dia di ruang kesehatan. Dan lo tanya apa maksud dia? Aneh banget kan tiba-tiba dia minta begitu? Dia bukan siapa-siapa lo, tapi berkat panggilan dari speaker tadi, semua orang beranggapan lo punya hubungan spesial sama dia. Ini ga masalah, setau gue Xavier ga buruk kok. Dia bahkan sempurna. Percaya sama gue, Le. Lo coba aja. Gue bakal temenin, kalo sampe dia macem-macem ke lo, tenang ada gue."

Levi sekali lagi menghela napas, ia akhirnya mengangguk dan mengiyakan perkataan Erlan. Mereka berdua pun segera menuju ke ruang kesehatan, tempat di mana Xavier mendapatkan penanganan.

"Lo pasti bisa, Le. Levi 'Sang Primadona' pasti bakal bisa ngebuat Xavier jatuh hati."

"Heh ngomong apaan sih lo. Gue dateng ke sini cuma buat nanyain maksud dia. Bukan buat bikin dia suka ke gue."

Erlan terkesan tidak peduli dan segera mendorong tubuh Levi agar masuk ke dalam ruang kesehatan. Saat Levi sudah masuk, ia mendapati Xavier tengah duduk bersandar sembari menatap dirinya.

"Hai, Jimin Leviandra."

TBC ~

Reasons for Falling in Love ; KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang