04 ; He is Mine

282 42 3
                                    

Mempunyai Levi di sisinya adalah sebuah hal yang sangat Xavier syukuri. Pasalnya, hatinya telah lama kosong. Harinya telah lama gelap. Hidupnya telah lama mati sejak masa lalunya mengkhianati.

Yeah, Xavier punya pengalaman pahit dalam hubungan. Dulu, ia memiliki pasangan yang ia pikir sempurna. Cantik, pintar, dan baik. Nyatanya, ia ditipu. Kekasihnya saat itu ternyata tidak sebaik yang ia kira. Kekasihnya ternyata adalah simpanan para pria tua tinggi kuasa.

Jujur, semenjak saat itu Xavier tidak berminat sama sekali menjalin hubungan kembali. Sebab hati, kepercayaan, dan hartanya sudah ia berikan secara tulus dan melimpah untuk kekasihnya dulu. Pengkhianatan membuat Xavier menutup diri. Sampai akhirnya, ia bertemu Levi yang ternyata memiliki pengalaman dikhianati juga oleh pasangannya.

Oleh karena itu, saat ini Xavier bertekad untuk bisa membuat hubungannya dengan Levi berhasil. Keduanya punya luka, dan keduanya bisa sembuh bersama.

"Le, maaf telat jemput kamu. Masih keburu ga kelas paginya?" Xavier turun dari motornya dengan ngos-ngosan dan memasangkan helm untuk Levi.

Levi menyentuh bahu Xavier dan mengusapnya lembut. Setelah itu, Levi berikan sebotol air mineral yang ia bawa. Xavier pun menerimanya. Saat Xavier tengah meminum airnya rakus sampe berceceran, Levi membantu mengelap keringat sekaligus air yang menetes ke leher kekasih barunya itu.

"Masih keburu kok, Xav. Udah kamu tenangin diri dulu, atur napasnya, minum yang bener. Baru abis itu kita berangkat."

"Tadi pas kamu telpon aku, aku bangun. Tapi ngantuk jadi nya ketiduran lagi. Maaf ya, Le."

"Gapapa, Xav. Masih ada 20 menit kok. Aman. Udah sarapan belum kamu?"

"Belum lah, mana sempet. Paling nanti abis nganterin kamu aku ke kantin dulu soalnya kelasku masih sejam lagi."

"Gausah ke kantin. Ini aku masakin buat kamu." Levi memberikan tas berisi bekal dan juga jus untuk Xavier. Senyum Xavier mengembang saat menerimanya.

"Makasih, cantik." Ucap Xavier sembari mencuri kecupan di pipi tembab Levi. Sontak hal itu membuat Levi menunduk malu dengan pipi yang memerah.

"Ayo berangkat, Le."

Levi pun mengangguk dan menaiki motor ninja hitam milik Xavier.

"Hari ini aku bawa motor supaya bisa ngebut ke kampusnya. Jangan lupa pegangan."

Dengan sedikit malu-malu, Levi melingkarkan tangannya di perut Xavier. Dan saat Xavier mulai melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, pelukan tangan Levi di perut Xavier pun makin mengerat. Dibalik helm nya Xavier tersenyum tipis. Akhirnya, ia bisa merasakan hatinya kembali menghangat.


...


Setelah mengantarkan Levi, Xavier pergi ke kantin dengan membawa tas bekal yang dibawakan oleh kekasih barunya itu. Di kantin sudah ada Galen dan juga Leo yang tengah berpacaran tidak tahu malu.

Xavier mengambil tempat duduk di depan mereka berdua. Lalu membuka bekal dari Levi dengan mata berbinar.

"Anjing, Xav. Lo dateng-dateng kagak salam sapa sopan santun langsung duduk gitu aja yeee..." Ucap Leo sedikit kesal.

"Siapa kalian yang harus gue salam sapa sopan santunin?"

"Bangsul. Eh lo ngebekel? Tumben amat..." Galen keheranan.

"Dibekelin ayang." Xavier mrnjawab dengan penuh kesombongan.

"OH INI DARI LEVI?" Tanya Leo dan Galen bersamaan.

Reasons for Falling in Love ; KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang