05 ; Bersyukur

224 27 8
                                    

Sampai saat ini, menjadi kekasih dari Jungkook Xavier adalah suatu hal yang masih belum bisa Jimin Leviandra sangka. Bagaimana ia yang awalnya benar-benar tidak mengenal pemuda tampan itu, lalu tiba-tiba dalam waktu singkat kini sudah berstatus sebagai kekasihnya.

Banyak pertanyaan, banyak prasangka hingga rasa tak percaya menghinggap di dadanya. Seakan menakutkannya bahwa ini semua hanya sementara. Bahwa Xavier, kekasihnya, hanyalah sebuah mimpi belaka.

Levi bersyukur. Sangat bersyukur sebab orangnya adalah Xavier. Levi bersyukur bahwa ia dipertemukan oleh seseorang yang sangat menjaganya. Menjaga hatinya maupun dirinya. Levi menjadi berpikir, apakah Xavier juga bersyukur memilikinya?

Levi mengoleskan lipbalm strawberry di bibir berisinya sebelum ia pergi ke kampus. Xavier sudah menunggu di basement dan Levi tidak mau membuat kekasihnya makin lama menunggu. Segera Levi mengambil tasnya dan berlari ke arah lift yang langsung membawanya ke basement.

"Xav, maaf udah buat kamu nunggu." ucap Levi dengan napas yang ngos-ngosan.

Xavier yang awalnya tengah memainkan ponsel sembari bersandar di kap mobil pun sedikit tersentak.

"Le..." Xavier mengeluarkan sapu tangan di saku celananya sebab melihat banyak keringat di pelipis Levi.

"Kenapa lari? Aku kan ga lagi ngeburu-buruin."

"Gamau bikin kamu nunggu lama."

Xavier tersenyum tipis dan mengusap rambut Levi lembut. "Ya udah ayo masuk mobil, biar kamu kena AC dan ga kepanasan lagi."

Sebelum Xavier masuk ke dalam mobil, Levi menahan lengan atas pemuda tampan itu hingga Xavier menoleh dan 'cup'. Levi menempelkan bibir penuhnya di atas bibir tipis Xavier.

Mata Xavier membulat. Hal ini tak pernah ia duga. Sejujurnya Xavier sudah sadar, namun dirinya seakan ragu untuk melumat bibir yang terasa kenyal di atasnya ini. Sampai Levi memejamkan mata dan menarik kerah kemeja hitam yang dikenakan Xavier.

Xavier tetap diam. Tak membalas, tak bereaksi. Levi pun akhirnya mengakhiri. Dengan mata sendu yang menatap Xavier. Dengan bibir yang melengkung ke bawah. Dan dengan tangan yang bertautan di depan.

"Maaf..." lirih Levi dengan wajah yang menunduk.

Xavier memiringkan wajahnya bingung. Alisnya mengerut dan jemarinya mengangkat dagu Levi agar mata bulan sabit indah favoritnya dapat ia lihat dengan jelas.

"Kenapa minta maaf?" tanya Xavier lembut.

"Udah lancang... cium kamu." Levi menggigit bibir bawahnya.

Xavier tersenyum tipis dan menangkup pipi Levi lembut. "Engga lancang sayang, aku kan pacar kamu." Wajah Levi memerah tatkala mendengar Xavier memanggilnya 'sayang'.

"Aku tadi kaget. Selain itu juga aku masih suka takut." lanjut Xavier mengusap pipi Levi yang mulai menghangat.

"Takut apa, Xav?"

"Takut bikin kamu ga nyaman. Takut bikin kamu ngerasa ga aman juga. Maksud aku, aku gamau sampe ngebuat kamu berpikir bahwa aku ini cuma bernapsu. Jujur, Le... aku masih suka takut. Aku bener-bener berusaha hati-hati bersikap ke kamu. Aku takut salah, aku takut nyakitin kamu. Aku mau jadi comfort place buat kamu."

Levi tertegun mendengarnya. "Aku tau tadi bukan ciuman pertama kita. Tapi ada perasaan dimana aku ga mau maksain kamu, Le. Aku beneran bisa nunggu sampai berapa pun lamanya kamu butuh waktu. Kamu jangan sampai ngerasa tertekan sama aku."

Levi menggeleng pelan mendengar ucapan Xavier. "Engga, Xav. Aku ga pernah ngerasa gitu sama kamu."

"Apa aku udah bisa jadi tempat ternyaman kamu?" tanya Xavier.

Levi mengangguk. "Bahkan ciuman kamu selalu bisa jadi penyemangat dan penyembuh aku, Xav. Rasanya berbeda dari yang dulu. Aku tau di ciuman kamu ada cinta. Aku bisa rasa. Aku bersyukur jadi kekasih kamu, Xavier. Aku bersyukur kamu milih aku."

Xavier menarik tubuh mungil Levi ke dalam pelukannya. Dagunya bertumpu di bahu sempit Levi. Tangannya mengusap punggung Levi naik turun dengan teratur.

"Kamu harus tau sebersyukur apa aku bisa milikin kamu. Sebersyukur apa aku bisa jadi sandaran kamu. Ngedenger sendiri kamu bilang bahwa aku bisa jadi penyemangat dan penyembuh kamu aja rasanya aku terharu."

"Kalo gitu, setelah ini jangan ada rasa ragu dan takut lagi, Xav. Aku menerima kamu sepenuhnya sekarang." ucap Levi mengalungkan lengannya ke leher Xavier.

Xavier tersenyum makin lebar. Dahinya bertemu dengan dahi Levi. "Bibir kamu rasa strawberry tadi." ucap Xavier yang dibalas kekehan ringan oleh Levi.

"Mau coba lagi?" tanya Levi sembari memainkan mata.

"Kalo boleh." jawab Xavier.

Levi memejamkan mata dan memajukan bibirnya 3 cm ke depan. Dengan posisi yang masih memeluk leher Xavier. Xavier tertawa pelan dan mulai memajukan wajahnya untuk mencium bibir penuh Levi yang sangat menggoda.

Di sela ciuman tersebut, keduanya tersenyum dengan perasaan membuncah. Xavier mengusap pinggang Levi pelan yang mampu membuat Levi makin terlena.

"Enak?" tanya Xavier bercanda yang dibalas tepukan lembut oleh Levi. "Gausah ngegoda. Kamu juga keenakan."

Keduanya tertawa sekali lagi sebelum masuk ke dalam mobil dan berangkat ke kampus. Hari ini hubungan keduanya makin menguat. Memang di setiap hubungan dibutuhkan kepercayaan dan kesabaran. Xavier dan Levi sedang mencoba untuk membuat hubungan keduanya berhasil. Berdamai dengan masa lalu dan siap membangun untuk masa depan. Semoga...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reasons for Falling in Love ; KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang