01 ; Penawaran

279 48 9
                                    

"Hai, Jimin Leviandra."

"Gue gamau basa-basi, gue akan langsung tanya ke lo apa maksud dari kelakuan lo tadi? Manggil gue lewat speaker stadion untuk dateng ke sini? Kita bukan siapa-siapa dan karena kelakuan lo, semua orang tadi ngira gue punya hubungan sama lo."

Levi melipat tangan di depan dada dengan bibir mengerucut marah. Mungkin maksud Levi adalah agar Xavier takut dan merasa terintimidasi, namun salah besar. Xavier justru tengah menahan kegemasan maksimal yang saat ini ia lihat.

"Mungkin sekarang lo emang bukan siapa-siapa gue, tapi gue yakin ga akan lama lagi lo akan jadi orang yang spesial buat gue." Ucap Xavier dengan smirk andalannya.

Alis Levi menukik tajam, tanda ia benar-benar tak suka akan perkataan Xavier.

"Maksud lo apa? Lo nyeremin kalo kaya gini. Kita ga pernah ketemu, kita ga pernah saling tau, terus tiba-tiba lo bilang mau jadiin gue orang yang spesial buat lo?"

Xavier menghela napas sebentar sembari meminta Levi yang daritadi berdiri agak jauh dari ranjangnya untuk mendekat, duduk di kursi sebelahnya. Levi menurut. Ia berjalan mendekat dan duduk di dekat Xavier.

"Jimin Leviandra. Jurusan Seni dan Musik semester 7. Maafin gue karena udah nyari tau tentang lo. Tapi gue mau ngajuin penawaran."

Xavier menatap Levi serius, tidak ada raut wajah jahil atau sebagaimana yang membuat Levi pada akhirnya mulai tertarik berbincang dengannya.

"Penawaran apa?" Akhirnya Levi membalas.

"Gue bakal bantuin lo untuk bisa lepas dari mantan brengsek lo itu, gue bersedia jadi tameng buat lo. Tapi, gue juga minta untuk lo bisa ada di samping gue. Untuk sekarang mungkin status kita bisa dikatakan "pura-pura" tapi gue rasa, baik gue dan lo akan cocok untuk sama-sama."

Levi terdiam. Bayangan akan mantannya yang kerap kali menganggunya membuatnya sedikit berpikir untuk mempertimbangkan penawaran Xavier.

"Gue ga jamin lo bisa tahan, Jungkook Xavier. Mantan gue itu toxic banget. Dan lo bilang kalo lo yakin gue sama lo akan cocok? Engga. Gue ga ngerasa gitu. Lebih baik lo cari target lain. Gue... gue ga akan pantas untuk bersanding sama siapapun."

Selepas berucap demikian, Levi bangkit dari duduknya dan bersiap untuk pergi, namun tarikan lembut dari Xavier di lengannya membuat Levi tidak siap dan berakhir jatuh terduduk di pangkuan Xavier.

Mata Levi terbelalak dan berniat untuk bangun, namun Xavier memeluk pinggang Levi cukup kuat.

"LEPASIN GUE! LO MAU APA?! LO MAU SENTUH GUE? LO MAU MAININ GUE, IYA?!" Teriak Levi kepada Xavier.

Xavier menggeleng pelan, ia menatap Levi sendu dan mengusap pipinya. "Gue cuma mau ngelindungin lo. Memang gue baru nyari tau tentang seminggu ini. Tapi itu udah lebih dari cukup untuk gue bisa tau lo ga baik-baik aja, Levi. Lo sakit dan menderita selama ini. Gue... gue ga akan bilang kalo gue jatuh cinta, karena seakan kaya gue mempermainkan lo. Gue cuma pengin ngelindungin lo karena gue tau lo aslinya baik. Lo manis dan lembut. Gue cuma mau itu."

Levi perlahan menangis dan Xavier pun mencoba untuk membawa lelaki mungil itu ke dalam pelukannya. Xavier usap punggung Levi lembut dan menatap ke arah pintu dimana disitu terdapat Erlan.

Erlan menatap Xavier dan Levi dengan raut khawatir. Erlan memberikan kode bahwa ia berterima kasih kepada Xavier yang sudah membuat Levi pada akhirnya mengakui tanpa sengaja bahwa ia memang lah rapuh. Erlan membiarkan sahabatnya dipeluk oleh lelaki yang baru Erlan kenal seminggu ini.

Yah, seminggu ke belakang, Xavier memang dibuat penasaran akan ucapan Galen tentang Jimin Leviandra. Xavier pada akhirnya mencoba mencari tahu dan menemukan fakta bahwa Erlan adalah sahabat dekat Levi. Makanya, Xavier seminggu ini meminta bantuan Erlan. Erlan juga awalnya tidak percaya, namun saat ia melihat Levi sering kali merasa ketakutan, Erlan pun akhirnya menyetujui Xavier untuk mencoba masuk ke dalam kehidupan Levi. Mencoba untuk menarik Levi dari lubang hitamnya selama ini.

Hal sederhana yang membuat Erlan cukup yakin terhadap Xavier adalah setelah mengetahui fakta bahwa Xavier adalah adik dari Namjoon Devano. Kak Devan adalah seniornya di BEM. Dan Erlan sangat mengagumi sosok Devan. Bahkan Xavier juga berkata kepada Erlan, jika sampai ia macam-macam terhadap Levi atau bahkan sampai menyakitinya, Erlan bebas untuk mengadukannya kepada Devan atau siapapun itu.

Dan hal sederhana juga yang membuat Xavier pada akhirnya mau mencoba untuk jatuh cinta lagi adalah karena saat mengamati Levi, Xavier melihat senyum bulan sabit di wajah Levi. Itu adalah senyuman terindah yang pernah Xavier lihat. Dan saat Xavier mengamati Levi, ia juga melihat bagaimana raut khawatir dan air mata sering keluar dari lelaki manis itu di kala sendiri.

Pelukan antara Xavier dan Levi perlahan terlepas. Levi menatap wajah Xavier dengan mata dan hidung memerah. Xavier juga dengan telaten menghapus air mata yang tidak bosan turun dari pelupuk mata Levi.

"Gue terima penawaran lo, Xavier. Tolong jauhin gue dari orang itu. Gue mau hidup tenang tanpa bayang-bayang dia." Ucap Levi dengan suara bergetar.

Xavier mengangguk mengiyakan. "I will."

Dan pelukan itu kembali terjalin di antara keduanya, namun bedanya kali ini adalah Levi yang membalas dengan mengalungkan tangannya di leher Xavier. Xavier tersenyum tipis. Ia berdoa semoga niatannya bisa semulus ini juga. Semoga ia bisa melindungi Levi. Dan juga, semoga ia memang bisa benar-benar memiliki Levi. Karena sejujurnya, sejak ia merasakan pelukan dari Levi, Xavier akhirnya dapat merasakan kembali bagaimana aliran darahnya seakan lebih cepat dan jantungnya yang sangat riuh. Ini sudah sangat lama sejak terakhir kali Xavier jatuh cinta.

Reasons for Falling in Love ; KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang