1. The Three Sweethearts

43 9 35
                                    

Pintu gerbang bergerak menutup tepat setelah kakiku menginjak area sekolah. Aku segera berhenti dan mengatur nafasku, menarik nafas sedalam-dalamnya untuk mencari udara bersih yang baik untuk paru-paruku.

"Aaah, yatta! Hampir saja," monologku sedikit terengah.

Sesaat setelah itu, seorang pemuda—tidak, dua orang maksudku, namun satunya di gendong temannya—berhenti tidak jauh dari posisiku sekarang, saat itu juga pintu gerbang tertutup secara sempurna.

"IORIN SAFE!" ujar pemuda itu.

"YOTSUBA-SAN! TURUNKAN AKU SEKARANG!"

B-baiklah, lihat apa yang ada di depan mataku ini sangat membuatku ingin tertawa saat ini. Lihat saja ! dua pemuda itu baru saja menunjukan adegan paling buruk yang terjadi di antara laki-laki, si surai biru cerah itu menggendong si surai raven, aku menahan tawaku.

Namun tiba-tiba tawa seseorang terdengar, refleks aku menoleh dan mendapati seorang pemuda bersurai toska sedang menertawakan kedua temannya.

"Apa yang baru saja kau tertawakan Isumi-san,". ujar yang bersurai raven itu, ah! Izumi Iori, itu namanya, lalu berarti yang surai biru cerah itu Yotsuba Tamaki, dan si surai toska yang menggemaskan itu, Isumi Haruka.

"A-Apa apaan itu? HAHAHAHAH bagaimana aku tidak tertawa setelah melihat HAHAHAHAHA seorang Izumi Iori baru saja di gendong ala bridal oleh Yotsuba Tamaki? HAHAHAHAH!" ujarnya seraya masih tertawa terbahak.

Wajah Izumi tertekuk, "Sialan kau Isumi-san!" umpatnya. Sementara Yotsuba di sebelahnya hanya memasang wajah tanpa dosa, tidak mengerti letak kesalahannya di mana.

Aku melongo, sepertinya sebentar lagi akan terjadi pertengkaran, segera aku berbalik, melanjutkan langkahku menuju gedung sekolah, sebelum salah satu dari mereka menyadari keberadaan ku.

Namun ternyata aku telat, si surai raven itu punya ketelitian yang baik, baru saja aku berbalik terdengar dehamannya, ia berjalan mendekatiku dan menepuk pundakku, lalu berkata "K-Kau! Kau pikir kau bisa pergi begitu saja setelah melihat apa yang baru saja terjadi?"

"E-eh? A-Aku?" Balasku ragu. Sial kenapa aku jadi terlibat dalam hal seperti ini. Tubuhku membeku kaku, dalam hati ku rutuki diriku sendiri.

"Siapa lagi ? Tentu saja, hanya kau yang melihatnya selain Isumi-san bukan ?" Ia menatapku penuh intimidasi. Satu bulan ku injakkan kakiku di sekolah ini, kenapa harus tatapannya yang mengintimidasi itu tatapan pertama yang kudapatkan huh?

Tatapan itu berlangsung beberapa detik sebelum ia sadar dan mengalihkan pandangannya, bersamaan dengan aku yang memandang kesekitar. Benar, Kami benar benar orang terakhir yang memasuki gerbang pagi ini.

"Iya ?" ujarku,

"Huh? Berani kau sebarkan apa yang kau lihat barusan, jangan harap hidupmu akan tenang," ancamnya.

Aku memiringkan kepala. Hey ? Siapa juga yang berniat menyebarkan hal itu? Aku mengangguk, lalu berbalik dan mengambil jalan menuju ke gedung sekolah, namun sekali lagi ia memanggilku, "Hey!"

Aku berbalik. Oh Tuhan, apa yang ia pikirkan? Muncul semburat merah, yang pada akhirnya aku mengetahui alasan semburat tipis itu. Aku menatapnya, menunggu kata kata yang akan ia lontarkan.

"J-Jangan berpikir m-macam-macam, Yotsuba-san hanya refleks mengendongku saat melihat gerbang akan tertutup, lagi pula a-a-aku itu n-n-normal kok," jelasnya. Aku tertawa pelan, Ya Tuhan apa yang baru saja ia katakan di luar nalarku, aku jelas tidak berpikir hal seperti itu sama sekali.

"Pfft, tidak kok... tenang saja," balasku. Aku tersenyum tipis dan kembali berjalan.

"Ano!" ah, apa lagi ? aku tetap berbalik. Si Surai toska itu yang memanggilku, dengan pipi yang merona, terlihat menggemaskan, membuatku ingin mencubitnya, eh-

A Girl & The Three Sweethearts [TRIO HIGH SCHOOL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang