Ini yang Ketiga

3 1 0
                                    

Pergi jalan-jalan sebenarnya bukan sepenuhnya ide milik Shava. Saat kemarin Aji mengajaknya makan di warung garang asem, laki-laki itu menyinggung soal pergi berlibur yang akhirnya menjadi keputusan Aji untuk mengajak Shava dan juga adik-adiknya sekalian. Sisi lain inilah yang membuat Shava bisa bertahan dengan Aji yang sangat minim dalam berkomunikasi, laki-laki itu lebih mengutamakan aksi ketimbang harus berbicara panjang lebar, dan dari sisi ini juga Shava bisa melihat kepedulian Aji kepada adik-adiknya.

Setelah berpamitan dengan ibu, mobil Aji meninggalkan pelataran rumah dan bertolak menuju tempat tujuan mereka.

"Oh ya, kita mau kemana Mas? Kemarin Mas Aji belum bilang sama aku kemana tujuan kita," tanya Shava.

Shava berkata jujur, Aji memang mengajaknya untuk berlibur tapi laki-laki itu tak mengatakan apapun soal tempat tujuan mereka. Jawaban yang Shava ingat saat ia bertanya di warung makan waktu itu membuatnya tak bisa lagi bertanya banyak dan hanya diam melanjutkan makannya.

"Nanti juga kamu tahu sendiri."

Tapi lain dengan kali ini, Aji menjawab pertanyaan Shava walaupun sangat-sangat singkat, "Bukit Bejagan."

"Kalian kalau mau makan, di jok belakang ada snack. Tadi Mas sempet mampir minimarket buat beli," tawar Aji pada adik-adik Shava yang masih tampak diam. Tapi Shava tak bisa menyangkal perihal bunga-bunga yang terasa mekar di hatinya dan ia ikut merasa senang, saat menyadari raut antusias yang coba disembunyikan adiknya.

"Nggih Mas," jawab Ana pelan, adiknya itu memang masih merasa sungkan dengan Aji yang notaben-nya adalah kekasih kakaknya.

Dari kaca tengah, Shava bisa melihat Atta yang seperti tengah ingin berbicara namun tak jadi karena sepertinya ia juga masih merasa sungkan dengan Aji sama seperti Ana.

"Atta mau ngomong sesuatu?" tanya Shava pelan sambil menoleh ke belakang, menatap adiknya dengan lembut mengantarkan sedikit keberanian untuk Atta.

"Eh-enggak Mbak, hehe," ujar Atta terdengar canggung. "Eh, tapi... Mas Aji, bukit Bejagan itu yang ada rumah pohonnya ndak si Mas?" lanjut Atta bertanya dengan suara pelan.

Shava yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, lalu duduk kembali seperti semula. Akhirnya adiknya sudah mau mulai mencoba berbincang dengan mas Aji-nya.

"Iya, kamu tahu?" jawab Aji sedikit antusias. Kalau tidak salah ingat Ini adalah kali kedua Atta mengajaknya berbincang terlebih dahulu.

"Sedikit, soalnya temen-temenku pada cerita kalau di sana emang pemandangannya baguus banget."

Atta terdengar sangat antusias dan lebih percaya diri saat menceritakan cerita yang ia dengar dari teman-temannya yang pernah pergi ke Bukit Bejagan pada Aji yang terlihat dengan sungguh-sungguh mendengarkan celotehan adiknya, walaupun laki-laki itu harus membagi fokusnya ke jalan dan juga cerita milik Atta.

Shava yang melihat interaksi antara Aji dan adiknya hanya bisa tersenyum tipis, hatinya sedikit menghangat melihat adik-adiknya yang sudah sedikit lebih ceria dari kemarin. Walaupun dari kaca tengah Shava bisa melihat adiknya Ana yang tertidur dengan kepala menyandar pada jendela, ia sadar jika ini memang keputusan terbaik untuk mengajak adik-adiknya berlibur. Ingatkan Shava untuk berterima kasih kepada Aji nantinya.

***

"Mas Aji, makasih ya buat hari ini," ujar Shava sungguh-sungguh.

Saat ini mereka sedang duduk di warung yang memang berada di sekitar lokasi wisata, setelah melewati medan yang cukup menguras energi mereka memutuskan untuk beristirahat di warung dangan membeli beberapa minuman hangat. Suasana di lokasi memang agak mendung namun tidak sampai hujan ataupun gerimis, tapi udara di sana tetap menghantarkan hawa dinginnya. Tapi hal itu tak membuat adik-adik Shava hanya berdiam diri sekadar memandangi hamparan pemandangan hijau di sana, karena sekarang mereka berdua telah berburu spot foto menarik di sana setelah mendapat wanti-wanti dan juga petuah dari Aji.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang