8. end

295 31 1
                                    

Adiknya Caelus masih didalam ruang kaca, juga dilengkapi perlengkapan hidup sama dengan mamanya. Ini akan jadi hari pertama Caelus membacakan cerita.

"Mama... Suka cerita apa ya?" Bingung Caelus di tempat buku, gurunya Zhongli menghampiri.

"Kenapa dengan mamamu?"

"Mama sakit, dia tak bisa bangun. Papa bilang aku harus membacakan cerita agar mama tidak bosan"

"Ah... Diluc kecelakaan lagi ya? Ini cerita nya ringan... Tentang adeptus" Zhongli menunjuk buku bacakan bergambar.

"Makasih pak"

Setahun kemudian, akhirnya adiknya diperbolehkan untuk lepas alat, meskipun Diluc belum. Adiknya itu memiliki kulit hitam eksotis seperti papanya.

"Papa, aku mau lihatt" Rengek Caelus.

Kaeya menyamakan tingginya dengan Caelus. Bayi yang digendongnya perempuan. Namun fisiknya lebih lemah dari Caelus. Pernafasan nya lemah karena saat lahir, dia keracunan ketuban.

"Uwaaah... Cantik" Gembira Caelus.

"Kau mau memberinya nama?" Tanya Kaeya.

"Uhm... Bagaimana kalau Melissa? "

"Baik, Melissa.... Ini Caelus kakakmu"

Caelus ingin menggendong sang adik dengan hati-hati, dia begitu manis. Namun dia berbalik lagi, mamanya masih berbaring di sana.

"Mama... Hiks... Pa, kenapa mama tidak bangun? " Sedih Caelus

"Mama capek, papa akan memandikan Dan menyusui adikmu kau mau ikut?"

"Tidak... Aku mau sama mama... " Caelus menggandeng Diluc, meskipun Diluc tak menggandeng nya balik. Caelus tersenyum pahit, mamanya tidak kunjung sadar.

Papanya juga kakek nya tahu akan hal itu, Melissa di rumah diurus oleh kakek nya sendiri, sedangkan Caelus masih setia untuk ke RS. Dia masih merasa bersalah, dia kadang ditemani Venti, rekan Diluc.

"Apa papa sudah melupakan mama ya?" Sedih Caelus sambil melihat jendela.

"Tidak, Kaeya adalah orang yang takkan bisa melupakan Diluc... Dia bahkan memukulmu saat tahu kau menikamnya"

"Jangan begitu om Venti, nanti mama tahu.... "

Namun Diluc tak bereaksi, dia seperti mayat hidup diatas ranjangnya. Venti memegangi tangannya Dan melepasnya lagi.

"Caelus, ayo kita pulang"

"Aku mau menginap disini. Mama nanti kesepian"

"Baik... "

Caelus mengerjakan pr nya sambil terus memperhatikan mamanya sesekali, dia bercerita pada mamanya segala hal di sekolah. ketika infus habis, dia akan memanggil dokter.

"Mama.... Maafkan aku ya.." Sedih Caelus. Dia masih belum bisa memaafkan dirinya karena dia menikam orang yang dikasihinya itu. Seandainya saja dia dapat bertukar, merasakan sakit yang diderita oleh mamanya.

"Mama, kemarin yang memilihkan buku itu pak Zhongli. Cerita nya aneh ya? Tapi aku gatau mama suka cerita apa" Oceh Caelus.

Sedangkan Kaeya di rumah sangat lelah sepulang kerja, dia tak henti menatap foto Diluc di ruangannya sendiri. Terkadang dia berhalusinasi bahwa Diluc di sampingnya.

Bajunya yang berbulu tebal, itu adalah favorit Diluc, Diluc berkata bahwa keringatnya nempel disana dan Diluc suka. Suka akan bau feromonnya, hal hal yang tak bisa Diluc gapai saat dia ditahan. Dia tak meminta lebih sekarang, Diluc disampingnya, dia hanya ingin Diluc sadar, tak peduli jika Diluc benar akan lumpuh.

Kaeluc TRAUMA Modern au IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang